“Heh Banci mau lari
kemana lo”
Ah, Sial Cowok itu
lagi.
“Woi jangan lari Lo
Banci”
Gawat,` 2 orang itu
sepertinya masih dendam padaku.
Dengan langkah
gemetar kedua kakiku berlari kencang. Entah dapat kekuatan dari mana aku bisa
tiba-tiba menghindari orang yang postur tubuhnya jauh lebih besar dariku
itu.
‘yes, aku berhasil menghindar’
“Gila, Cepet banget
Tu banci larinya. Udah biasa kali dikejar Hansip. Awas aja kalau ketemu lagi
bakalan gue kasih perhitungan Cowok jadi jadian satu itu” tanganya mengepal
kuat dan matanya menatap tajam ke mana mana.
Aku Meringkuk tak
jauh darinya, aku mendengar suaranya, kakiku masih bergetar, nafasku tersengal
satu-satu.
‘Sial Bau Got’
berusaha kutahan nafas sampai pria Berbahaya itu Pergi.
****
“Brakkk..” Kubanting
pintu begitu masuk kamar.
“Ehh, Kenapaa lo”
Kakakku menghampiri kesal. Wajahnya Bingung mengecil mirip cuplis unyil.
“Huh.. Ini semua
gara-gara kakak Tau Gak !”
“Gara-gara Gue.
Apanya (-_-)”
“iya, INI SEMUA
KARNA AKU NGIKUTIN IDE GILA SETUJU TARUHAN SAMA KAKAK” dengan kesal aku
mendorong dada kakak dan membuatnya hampir terjatuh menabrak pintu “Tadi ituh,
waktu pulang sekolah aku dikejar sama cowok yang kemarin. Pake ngatain aku
Banci lagi” wajahku berkerut kesana kemari, ingin rasanya aku teriak menangis.
Tapi aku berusaha kuat sebagai laki-laki.
“Apa, Dikejar-
kejar. Ha ha ha” Lagi-lagi wajah nya yang penuh jerawat terbahak meledekku.
“Ih, Lebay. M e n y
e b a l k a n” aku membuka sepatu dan berlalu begitu saja. Kakakku masih belum
berhenti Tertawa. ‘Sial ini semua benar-benar karna kakak ku Jovi’
Sampai di kamar
Langsung Kurebahkan tubuhku di kasur. ‘Ahhh’ Kuacak rambutku yang sudah mulai
Seleher kututupi mataku dengan Bantal, kucoba untuk tidur tapi pikiranku
menjelajah kemana mana. Bagaimana ini ?!! Semuanya jadi Kacau, AArrrgghhh
sekarang Aku dicap Banci. Bukan karna wajahku yang cantik sebagai laki-laki,
bukan karna rambutku yang hampir gondrong, tapi karna kak jovi dan temannya kak
erin telah menjebakku. kemarin malam saat kesadaran ku dibawah pengaruh
alkohol. Kami taruhan, Aku ditantang Mencium Seorang Mahasiswa Hetero yang
terkenal Playboy di Kampus dan brengsek di luar kampus. Dan gilanya aku menurut
saja.
{Flashback }
“eh, kita Minum dulu” Kak Jovi menarik
tanganku dari belakang. memaksaku seenaknya.
“Gak Kak udah malem,
pulang ih aku malu masih pake seragam sekolah. Nanti ada yang lihat hari gini
belum pulang” aku menolaknya halus. Tapi kak jovi tetap tak mau.
“Tunggu dulu Indira,
kalau kamu pulang dirumah juga gk ada apa-apa. Kita makan dulu kalau kamu gk
mau Minum. Oke. Liat nih jam tangan kakak masih jam Sebelas” sambil menunjukkan
jam tangannya kak Jovi Menenggak botol minuman hijau itu. Dia setengah Mabuk,tak
mungkin aku meninggalkannya akhirnya aku terpaksa duduk menemaninya sampai dini
hari.
Aku tak tau ini
makanan apa. Teman Kak jovi yang memesankannya sebelum dia pulang. Namanya kak
Erin. Karna terkenal sering Nongkrong di daerah ini kak Erin tau betul menu
makanan special apa yang dijual di kafe bertema Punk ini. Aku memintanya
memesan 2porsi. Dengan nama LePak Jahannam 48, aku sudah jauh Horor mendengar
namanya apalagi ketika menatap seonggok daging yang disediakan. Warnanya Merah
padam sesuai tema Kafe dan Nampak seperti bukan santapan makan malam.
‘hum’ baunya cukup
enak. Tak ada salahnya mencicipi kuliner berbeda sesekali. Akupun menyantapnya
setelah kucucuk garpu. Belum lama kumengunyahnya, jus jerukku pun belum datang.
“Blah..Huek pedas
sekali rasanya". Kerongkonganku serasa Terbakar. Haahh… Pedas sekali Mana
Minumnya …
Tak bisa menunggu
lagi satu satunya minuman yang ada di mejaku hanyalah minuman ‘kencing setan’
yang sudah membuat Kak Jovi mabuk. Ah, aku tidak peduli ini Darurat.
“Glek, Glek”
Kutenggak tanpa ampun minuman yang terasa seperti Spirtus itu. Kak Jovi hanya
tertawa pelan. “Hey itu Alkohol gue”
ya, sebelumnya aku tak pernah minum minuman
Haram ini. Lagi-lagi ini karna kak Jovi. Entah kenapa setelah pedas di mulutku
hilang Tiba-tiba aku merasa Ringan. Pandanganku jauh ke depan, aku tak
memikirkan hal lain. Aku merasa damai, seakan terngiang dentingan Harmoni merdu
membuatku Fly Away.
“Hahaha Gue Mabuk.
Aseekkk” Omonganku tak terkontrol lagi. Semua yang kufikirkan saat itu terucap
begitu saja. Hidupku tanpa Beban. Beginilah rasanya orang Mabuk..
‘Waktunya Party…’
Dug, Deg, Dug, Deg.
Musik menggema
begitu Keras di ruangan, tanpa sadar aku dan kak jovi sudah tertidur 2jam
dilesehan kafe karna mataku terasa berat. Tak ada yang membangunkan kami karna
tempat ini biasa semakin ramai di malam hari.
Tiba2 gue terbangun.
‘Ah, baju gue.
Sumpah. Gue harus pulang sekarang’ aku menarik jaket tipis kak Jovi
melingkarkannya di leher ku. Setidaknya ini bisa menutupi Simbol Sekolahku agar
tak ada yang melihat.
“Kak, ayok pulang”
aku menarik tangannya. Tapi sepertinya dia mabuk berat.
“Hm__” hanya itu
sahutannya
“Sial. dia masih
mabuk” tanpa fikir panjang aku pergi ke Toilet mengambil segelas air. Aku akan
menyiram kak jovi agar dia bangun.
‘plak’ tangan itu
tiba2 menghalangiku ketika aku hendak menyiramkan air ke wajah kak Jovi
“Jangan Dira, nanti
dia basah” Suara kak erin. Ternyata dia datang lagi. Mencoba menenangkanku
karna aku juga masih setengah sadar.
“Eh, lu kira gue
mabuk sampe gk bisa bangun. Gue Cuma belum mau pulang aja” kak jovi membuka
matanya dan langsung duduk di sampingku. Tangannya melingkar di
punggungku. ‘kak, kenapa sekarang
kakak kayak gini !’aku menatapnya sedih.
Memang semenjak
kepergian mama. Banyak hal yang membuat kak Jovi berubah. Dia belum siap
menjadi tulang punggung keluarga, dia juga belum siap menjaga ku sebagai adik
satu-satunya ini. Memang Usia kami hanya terpaut 2tahun. Dan dia bukan kakak
kandungku, kami berbeda agama. Padahal sudah sejak sepuluh tahun lalu mama
merawat dan menjaganya sama sepertiku. Aku menyayanginya meskipun kadang
tingkahnya membuatku sangat Kesal. Aku memaklumi semua kelakuan nya. Karna
sejak kecil aku dan kak Jovi sama-sama tidak pernah merasa kasih sayang ayah.
“Jov, lo liat gak
tuh si Ikran. Gayanya buat gue Kebelet boker” kak Erin tiba-tiba membuka
pembicaraan yang amat tidak penting. Sudut matanya memperhatikan seorang pria
Tampan bertubuh Biseps yang tengah merangkul wanita cantik berpakaian semi
Lingery.
“Eh itu ikran mantan
lo, yang udah tega Nyampakin lo ke tong sampah hah” dengan ngawur kak jovi
menyambung perkataan kak erin. Kak erin tersenyum kecut, sambil melintir lintir
rambutnya.
Mendengar apa yang
mereka katakan aku seperti menyimpulkan sesuatu. Ah, sudahlah ngapain aku
ngurusin mereka.
‘ Ikran. Gue akan
buat lo malu malam ini’ kak erin menatapku teliti, sesekali mengedipkan
matanya “Ehm, Dira lo mau gak pulang
naik Mobil Silver gue” masih dengan tatapan nakalnya kak erin meletakkan kunci
mobilnya di depanku. Aku tidak memperhatikan kunci itu. Aku malah lebih
memperhatikan tubuh kak Erin yang putih mulus, belahan dadanya terlihat jelas
di balik tangtop merah jambunya.
“hey, ditanyain malah bengong. Mau gak gue
pinjemin mobil gue” sergahnya lagi
“e-eh Ma-mau dong
kak. Itu mobil impian gue sejak masih sekolah menengah. Gak kebayang gimana
cewek2 bakalan histeris kalau liat gue naik Mobil Ferari kakak ” aku
mengalihkan pandanganku tanpa berfikir curiga “tapi apa yang harus aku lakuin
biar bisa pake mobil kakak ?”
“Gampang, Lo Tinggal
Deka__”
“Oke, gimana kalau
kita Taruhan. Siapa yang menang Dapat ini” kak jovi tiba-tiba memotong
pembicaraan kami. Dia meletakkan kunci kereta Ninjanya di atas Meja.
“taruhan !!”
sergahku masih tak mengerti
“Oke Jov, kalau lo
menang bisa bawa ini” kak erin pun menyambung permintaan kak Jovi, sambil
menimpakan kunci mobilnya di atas kunci kereta. “Dira, lo punya apa. Letakkin
disni”
“Apa, gue gak
ikutan. Duit gue juga tinggal 200ribu disayang sayang” ulasku tak penting
“udah, ikut aja biar
seru” Kak jovi menarik dompet di celana belakangku dan meletakkannya pula di
antara kunci kunci itu. Kami bertiga saling pandang.
“Oke peraturan
Taruhannya dari gue yang modalnya paling Gede” sergah kak erin sambil menenggak
minuman yang sama seperti kak Jovi. Perlahan kak erin ikutan mabuk.“Gue pengen
Lo (siapa yang berani) deketin si ikran. Trus lo cium bibirnya, kalau bisa
sampe lo Gerayangin Badannya. Buat dia Horni. Gimana berani Gak ?“ kak erin
menatapku dan kak jovi bergantian.
“Oke, Gue berani”
masih di bawah pengaruh alkohol. Aku langsung berjalan Rileks, mendekati pria
tampan yang dimaksud kak Erin. Semakin jauh dari kak erin, lampu kafe terasa
semakin redup. aku berdiri di dekat pria itu, aku mencari kesempatan. Saat
wanita yang tengah bersamanya pergi, aku langsung Menarik lengan laki-laki itu,
menciumnya dan membuatnya gerah. Aku bisa merasakan laki-laki ini memang
brengsek. Dia bahkan tidak peduli pada siapa saat ini dia Berciuman. Yang pasti
dia sangat menikmati ciuman dariku dan harus kuakui ini ciuman terbaik yang
pernah kumainkan. Dia sangat lihai, sampai aku benar2 meraba seluruh bagian
tubuhnya, sampai apa yang di balik celananya. Penisnya berdiri tegak ‘sempurna’
gue menangin semua taruhan kak Jovi dan kak erin. Aku tersenyum simpul
menghentikan semua percumbuan gila ini.
“Eh, tunggu cantik,
mau kemana kamu. Kamu Hot banget malam ini. Nama kamu siapa ?” laki-laki ini
(ikran) kembali menarik tanganku. Merangkulku dari belakang dan menciumi
rambutku sampai leher. Ah, Sial. Tempat ini terlalu sedikit cahaya. Dia fikir
aku seorang wanita. Rangkulan itu sama sekali tidak kunikmati, aku malah jijik
sampai akhirmya dia meremas dadaku. ‘Deg, mampus Gue’
“Anjing,Lo banci ya”
laki-laki itu menyalakan lampu blackberry nya. Dia melihat wajahku sekilas
sontak langsung mendorong tubuhku. Akupun bergegas pergi darinya. Tapi Sialnya
dia sempat melihat Simbol di baju Seragamku. ‘sial kalau begini dia bisa mencariku
ke sekolah.
Aku berpapasan dengan wanita yang bersama
laki-laki bernama ikran tadi. Dia tampak bingung. Tapi kehadirannya membuat
ikran tak jadi mengejarku.
Aku kembali bersama
kak Jovi dan kak Erin. Mereka berdua menertawakanku. Memujiku dan mengatakan
tidak menyangka aku berani melakukan itu. Tapi seperti perjanjian awal aku
menang taruhan bodoh ini.
“Thanks ya Dira. Dia
pasti bakal malu banget kalau satu kampus tau hal ini” kak erin memandangi
ponselnya. Ternyata adegan asoi antara aku dan ikran diabadikan oleh kamera
androit kak erin. Biarlah, aku tak peduli. Karna wajahku tak terlihat jelas di
rekaman itu dan yang pasti aku mendadak kaya hari ini. Haha ha
Aku tersenyum
sumringah. Kak jovi dan kak erin tetap pada kebusukannya yang tak berbatas.
****
‘Tok, tok’. Kak jovi
mengetuk pintu kamarku. Dan masuk begitu saja.
“Indira, Maafin gue
ya, selama ini gue gak bisa jadi kakak yang baik buat kamu. Harusnya kakak bisa
lebih ngejagain kamu malam itu. Bukannya ngebiarin kamu nurutin apa yang
diperintahkan erin” kak jovi mengatakan itu dengan tulus. Ya, aku bisa
mendengar logat bicaranya agak lembut dan penuh kasih sayang.
Aku masih sangat
kesal. Meskipun sepenuhnya ini bukan salah kakak, aku juga dibawah pengaruh
alkohol saat itu. “yaudah kak bukan sepenuhnya salah kakak juga” aku menatapnya
sejenak lalu memunggunginya
‘aku mau istirahat’
aku kembali memejamkan mataku. Tapi dia tidak segera beranjak pergi. Dia malah
ikut merebahkan diri di kasur kecilku. Kak jovi memeluk punggungku hangat dan
membuatku tidur nyaman. Terkadang saat-saat seperti ini membuatku rindu pada mama.
Tapi sekarang mama sudah tidak bersama kami. Hanya tinggal kami berdua. Dan aku
hanya bisa berharap kejadian seperti kemarin tak akan terulang lagi.