Hamil di luar nikah
atau Merrid by Accident.
Ya, Gak bisa
dipungkiri di jaman yang udah serba maju gini, kejadian semacam hamil di luar
nikah udah banyak menimpa Remaja di indonesia.
Oke, Tapi bukan itu yang ingin saya bahas di
sini, saya tidak ingin membawa bawa Sara' dan saya akan bercerita melalui Fakta
yang terjadi di lingkungan sekitar saya.
Mungkin bukan hanya
satu-dua kali kita mendengar seorang anak putus sekolah karna Hamil di luar
nikah, faktanya sudah jadi rahasia umum bila ada seorang siswi mendatangi bidan
kandungan. Untuk tujuan Salah satunya 'menggugurkan bayi'.
Sebuah
data statstik tentang pengguguran kandungan semakin meningkat 20% setiap
tahunnya di imdonesia. Bukankah membunuh calon bayi sama halnya dengan membunuh
manusia, bukankah setiap ibu punya rahim sempurna yang diciptakan Tuhan untuk
menitipkan segumpal janin. Berfikirkirlah janin itu tidak bersalah, ulah orang
tua nya lah yang menyebabkan janin itu dititipkan Tuhan disana. Jadi apa
susahnya menjaga janin yang tidak bersalah itu, dan apa susahnya berfikir untuk
tidak mengulang kesalahan dua kali. Setidaknya jika dulu orang tuanya pernah
melakukan kesalahan (seks diluar nikah), jangan lagi melakukan kesalahan dengan
membunuh 'calon bayi' yang tak tau apa-apa. Jadi, setujukan kamu jika saya
bilang ibu yang pernah menggugurkan
bayinya, sama saja dengan pembunuh manusia lainnya. ?
" pikirkan
iini"
Lalu apa yang
terjadi ?
Pada akhirnya pasangan yang belum siap lahir batin pun
terpaksa dinikahkan karna terlanjur hamil. Demi menutup aib keluarga dan karna
alasan ketika lahir sang Anak-harus-memiliki-Ayah. Padahal ketika seorang
wanita sedang hamil, menurut agama, norma dan adat. Sampai ketika bayi itu
lahir, wanita yang hamil diluar nikah itu tidak boleh dinikahkan (Meskipun
dengan laki-laki yang menghamili si wanita). Mungkin banyak yang tidak memahami
hal ini, atau mungkin yang paham melanggarnya karna alasan 'malu'.
Orang tua mungkin
berfikir dengan menikahkan sang anak, aib dan rasa malu yang ditanggung
keluarga akan hilang, dan sang anakpun
akan berfikir setelah dinikahkan rasa bersalah dalam diri sendiri, juga akan
terlupakan. Tapi itu salah dan seharusnya bukan seperti itu. Ada poin penting
dalam masyarakat, hukum alam, dan dalam diri sendiri yang harus kita tau.
Baiklah akan saya jelaskan satu persatu.
Yang pertama poin
dalam masyarakat. 'tau apasih mereka ?"
Ya, masyarakat tau
apa, yang menjalani itu kan kita. Kenapa masyarakat selalu ikut campur dan
menghakimi. Mungkin Sudah jadi tradisi turun-temurun. Masyarakat hanya
mengambil perspektif dari apa yang mereka lihat dan dari apa yang mereka
dengar. Mungkin di depan keluarga, masyarakat adalah masyarakat yang baik dan
ramah, tapi di belakang mereka apa yang akan terjadi, apa yang mereka
bicarakan, kita tidak tau ?
Oke, Kita nggak bisa
sepenuhnya nyalahkan orang yang udah pernah melanggar norma "itu".
Kita juga gak nggak bisa seenaknya menghakimi kalau mereka bersalah 100%. Karna
ada banyak hal dan banyak faktor yang menyebabkan semua itu terjadi. Salah satunya
pernyataan bahwa puncak keinginan atau hasrat melakukan seks dialami oleh setiap remaja, dan fakta bahwa segala
akses dan fasilitas menuju pemuasan seks seperti tempat remang-remang, warnet,
film porno, kafe esek2 semakin mudah
dijangkau dan sudah banyak ditemui.
Saya pernah berfikir
Tuhan dan alam semesta telah keliru menempatkan hasrat dalam diri remaja.
Kenapa hasrat terKlimaks untuk melakukan seks tidak dianugrahkan pada orang
dewasa yang sudah waktunya Menikah dan dapat dengan mudah melampiaskan
nafsunya. Kenapa harus dianugrahkan untuk para remaja.
akan saya coba
jelaskan di sini.
Pernah mendengar
istilah
"diversion of
thoughts// pengalihan pikiran"
Seorang psikolog
ternama mengatakan, jika semangat untuk menggerakkan sesuatu didasarkan pada
semangat 'nafsu seks', maka takkan ada yang dapat menghentikan semangat itu
selain diri sendiri. Dalam kata lain, remaja memang memiliki nafsu seks paling
tinggi dibanding fase lainnya. Tapi nafsu itu bukan ditujukan untuk menyalurkan
seksnya, melainkan digunakan untuk hal lain, yang jika kita alihkan pada
sesuatu yang positif maka akan dihasilkan sesuatu yang jauh lebih berguna dan
positif.
Terlepas dari adanya
kemampuan untuk mengalihkan pikiran, sesungguhnya hal ini hanya bisa dilakukan
oleh diri sendiri. Kembali pada pemikiran masing-masing- there lived a with the
the best step-