Featured Post

Kecanduan

April 20, 2013

Hamil diluar Nikah


Hamil di luar nikah atau Merrid by Accident.

Ya, Gak bisa dipungkiri di jaman yang udah serba maju gini, kejadian semacam hamil di luar nikah udah banyak menimpa Remaja di indonesia.
  Oke, Tapi bukan itu yang ingin saya bahas di sini, saya tidak ingin membawa bawa Sara' dan saya akan bercerita melalui Fakta yang terjadi di lingkungan sekitar saya.

Mungkin bukan hanya satu-dua kali kita mendengar seorang anak putus sekolah karna Hamil di luar nikah, faktanya sudah jadi rahasia umum bila ada seorang siswi mendatangi bidan kandungan. Untuk tujuan Salah satunya 'menggugurkan bayi'.
 Sebuah  data statstik tentang pengguguran kandungan semakin meningkat 20% setiap tahunnya di imdonesia. Bukankah membunuh calon bayi sama halnya dengan membunuh manusia, bukankah setiap ibu punya rahim sempurna yang diciptakan Tuhan untuk menitipkan segumpal janin. Berfikirkirlah janin itu tidak bersalah, ulah orang tua nya lah yang menyebabkan janin itu dititipkan Tuhan disana. Jadi apa susahnya menjaga janin yang tidak bersalah itu, dan apa susahnya berfikir untuk tidak mengulang kesalahan dua kali. Setidaknya jika dulu orang tuanya pernah melakukan kesalahan (seks diluar nikah), jangan lagi melakukan kesalahan dengan membunuh 'calon bayi' yang tak tau apa-apa. Jadi, setujukan kamu jika saya bilang ibu yang  pernah menggugurkan bayinya, sama saja dengan pembunuh manusia lainnya. ?
" pikirkan iini"

Lalu apa yang terjadi ?
Pada akhirnya  pasangan yang belum siap lahir batin pun terpaksa dinikahkan karna terlanjur hamil. Demi menutup aib keluarga dan karna alasan ketika lahir sang Anak-harus-memiliki-Ayah. Padahal ketika seorang wanita sedang hamil, menurut agama, norma dan adat. Sampai ketika bayi itu lahir, wanita yang hamil diluar nikah itu tidak boleh dinikahkan (Meskipun dengan laki-laki yang menghamili si wanita). Mungkin banyak yang tidak memahami hal ini, atau mungkin yang paham melanggarnya karna alasan 'malu'.

Orang tua mungkin berfikir dengan menikahkan sang anak, aib dan rasa malu yang ditanggung keluarga akan hilang,  dan sang anakpun akan berfikir setelah dinikahkan rasa bersalah dalam diri sendiri, juga akan terlupakan. Tapi itu salah dan seharusnya bukan seperti itu. Ada poin penting dalam masyarakat, hukum alam, dan dalam diri sendiri yang harus kita tau. Baiklah akan saya jelaskan satu persatu.
Yang pertama poin dalam masyarakat. 'tau apasih mereka ?"
Ya, masyarakat tau apa, yang menjalani itu kan kita. Kenapa masyarakat selalu ikut campur dan menghakimi. Mungkin Sudah jadi tradisi turun-temurun. Masyarakat hanya mengambil perspektif dari apa yang mereka lihat dan dari apa yang mereka dengar. Mungkin di depan keluarga, masyarakat adalah masyarakat yang baik dan ramah, tapi di belakang mereka apa yang akan terjadi, apa yang mereka bicarakan, kita tidak tau ?


Oke, Kita nggak bisa sepenuhnya nyalahkan orang yang udah pernah melanggar norma "itu". Kita juga gak nggak bisa seenaknya menghakimi kalau mereka bersalah 100%. Karna ada banyak hal dan banyak faktor yang menyebabkan semua itu terjadi. Salah satunya pernyataan bahwa puncak keinginan atau hasrat melakukan seks dialami  oleh setiap remaja, dan fakta bahwa segala akses dan fasilitas menuju pemuasan seks seperti tempat remang-remang, warnet, film porno, kafe esek2  semakin mudah dijangkau dan sudah banyak ditemui.

Saya pernah berfikir Tuhan dan alam semesta telah keliru menempatkan hasrat dalam diri remaja. Kenapa hasrat terKlimaks untuk melakukan seks tidak dianugrahkan pada orang dewasa yang sudah waktunya Menikah dan dapat dengan mudah melampiaskan nafsunya. Kenapa harus dianugrahkan untuk para remaja.

akan saya coba jelaskan di sini.
Pernah mendengar istilah
"diversion of thoughts// pengalihan pikiran"
Seorang psikolog ternama mengatakan, jika semangat untuk menggerakkan sesuatu didasarkan pada semangat 'nafsu seks', maka takkan ada yang dapat menghentikan semangat itu selain diri sendiri. Dalam kata lain, remaja memang memiliki nafsu seks paling tinggi dibanding fase lainnya. Tapi nafsu itu bukan ditujukan untuk menyalurkan seksnya, melainkan digunakan untuk hal lain, yang jika kita alihkan pada sesuatu yang positif maka akan dihasilkan sesuatu yang jauh lebih berguna dan positif.
Terlepas dari adanya kemampuan untuk mengalihkan pikiran, sesungguhnya hal ini hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri. Kembali pada pemikiran masing-masing- there lived a with the the best step-