Diam Bukan berarti aku tak berbicara.
Mungkin sesuatu menghalangiku untuk
mengungkapkan kata-kata itu.
__cherry
Ketika masih Sma, seorang teman satu
kelasku kehilangan ayah kandungnya. Hm, maksud saya ayahnya meninggal dunia.
Nama temanku itu adalah agus. Kami memang tidak terlalu dekat ketika itu, tapi
saya menyukai sikap periang dan apa adanya agus. Setiap hari agus menunjukkan
sisi humorisnya lewat kata-kata dan prilaku yang selalu membuat kami tertawa.
Haha, entah bagaimana isi pikirannya, aku
tidak tau?. Yang aku tau agus memiliki
mata yang menarik, jika menatap kedepan bola mata hitamnya sedikit berlawanan.
(mirip mata shincan)
Hingga sesuatu merubah periangnya agus
menjadi bisu. ketika ayahnya yang tercinta meninggal dunia. Aku masih ingat
ketika itu, ayahnya meninggal pada hari minggu dan saat hari senin masuk
sekolah. Kami semua menjenguk keadaannya dirumah dan membacakan doa bersama.
'Semoga amal kebajikan sang ayah diterima disisinya dan semua dosanya diampuni.
Amin'
Doa itu dipimpin guru bahasa arab kami.
Ketika berdoa bersama aku duduk tepat di
samping agus. Sesekali dia tersenyum, tapi aku tau hatinya sedang berusaha
tabah. Matanya yang menarik itu, kini hanya tinggal tatapan mata kosong. Aku tak
membayangkan bagaimana jika ayahku yang meninggal. Ya Tuhan, mungkin aku tak
akan setabah agus. Sontak air mataku jatuh tanpa diminta, aku menundukkan
kepala, menyembunyikan tangisanku dari teman-teman. Tapi lalu aku memperhatikan tangan agus yang sedang
menadah kepada_NYA untuk berdoa. :'(
Ingin rasanya aku memeluk agus dan membuatnya
merasa lebih tabah. Tapi itu sangat tidak mungkin.
Aku hanya bisa menatap agus dalam diam.
---
Lalu aku masih ingat ketika seorang temanku
iqbal ditampar dan dilempar tong sampah oleh guru. Entah, aku tak tau percis
ceritanya. Yang pasti ketika itu aku menyaksikan temanku matanya sudah Merah
dan pipinya memar terkena tamparan seorang guru. Iqbal dihukum bersama seorang
murid baru yang aku-lupa-namanya. Yang jelas karna hukuman itu, murid baru itu
langsung berhenti sekolah.
Ketika itu saat pagi hari, aku sedang
berbaris bersama teman-teman yang lain. Hm, sebenarnya kami tidak sedang
berbaris. Kami sedang dihukum karna tidak memakai simbol. Dan tiba-tiba suara
gaduh sudah terjadi di dalam kelasku dan sebuah tong sampah sudah bersarang di
kepala temanku yang bernama iqbal. Langsung saja hal itu menjadi pusat
perhatian.
And Know what? Melihat sahabatku
diperlakukan demikian ingin sekali rasanya aku mendorong guru itu ke dalam
sungai yang deras agar hanyut dibawa arus. Sungguh!
Aku ingat waktu iqbal diadili di kantor,
jendela kantor yang terbuka lebar membuat kami yang sedang berbaris bisa
menyaksikan dengan jelas teman kami itu sedang dipermalukan. OH ya Tuhan..
Tatapan mata iqbal seketika terlihat
kosong. Dan matanya yang kanan sudah memar. Entahlah !
Tanpa aku sadari air mataku tiba-tiba
menetes. Lalu dani, dia teman yang jauh lebih dekat dengan iqbal. Ketika aku
menangis, dani juga ikut menangis "meskipun dia bandel, kalau diperlakukan
kayak gitu akupun gak tega liatnya, kawan aku dia" katanya.
Ketika itu ingin aku lari menggandeng
tangan iqbal dan membawanya ke manapun asal jangan kembali ke sekolah ini.
Tapi itu tidak mungkin.
Aku hanya bisa menatap iqbal dalam diam.
__satu hal lagi yang ingin kulakukan di
masa sekolah dulu. namun, sekali lagi aku hanya bisa menatap semuanya dalam
diam.
Ketika perpisahan sekolah kami semua pergi
ke Prapat, dan merayakan prom night disana. Dan saat menyadari setelah malam
ini. Setelah sebentar lagi kami semua akan berpisah. Kami semua kontan menangis
dan meneteskan air mata. And know what?
Ketika itu,aku ingin memeluk mereka semua
sebagai kenangan terakhir. Tapi untuk sekian kalinya itu sangat tidak mungkin.
---
Begitu banyak hal yang terjadi dulu, kini
hal itu hanya jadi kenangan. Sama dengan banyaknya hal yang ingin kulakukan
dulu, tapi tak banyak yang bisa kulakukan. Hanya karna merasa tidak mungkin,
aku lebih memilih diam. Tidak melakukan apa-apa dan hanya tetap menatapmu dalam
diam.
Mungkin setelah adanya posting ini orang
lain akan mengerti alasan diamku. dan Jika suatu hari aku menyaksikanmu dengan
diam, bukan berarti aku tak peduli ataupun memikirkanmu. Saat itu aku hanya
merasa ada yang tidak mungkin, atau ada sesuatu yang mengahalangiku.
Tapi aku ingat!
SESUNGGUHNYA LEBIH BANYAK HAL YANG KITA
SESALI KARNA TIDAK KITA LAKUKAN DARIPADA HAL YANG KITA SESALI KARNA KITA PERNAH
MELAKUKANNYA DENGAN SALAH.