Featured Post

Mimi dan Momo

April 06, 2013

Dipta


Pagi ini aku terbangun sepi dan hatiku masih merasa rindu pada sosok dwikky. Padahal kemarin sahabat lamaku itu sedang berulang tahun. “Dwiky, kamu dimana.. ?
Sedih rasanya aku tidak Mengucapkan selamat di hari ultahmu”
Semenjak perpisahan sekolah aku bahkan tak tau apa2 lagi tentang kabarmu.

“Nda, bangun.. kamu gak kuliah” sambil membuka pintu mama datang dan membuyarkan anganku
“iya mah, aku sudah bangun” bergegas aku menarik handuk dan menuju kamar mandi

‘Bip..biip..biip..’ alarm berbunyi
(Uh, sial ternyata sudah jam 7, aku bisa terlambat ke Kampus)
‘Shraapp’ dengan sekejab kilat aku telah selesai berpakaian dan bermake up seadanya.
“Maa.. aku berangkat” ucapku sambil menuju pintu setengah berlari
“Eeh, sarapannya” mama menarik tanganku dan memintaku setidaknya meminum segelas susu
‘Glek, Glek’ kuminum susu itu sampai habis. Adikku andra hanya tersenyum melihatku.
“udah ma, habis… Andra kakak kuliah dulu ya, hati2 dirumah” kucium kening andra dan andra hanya diam mengangguk.

‘Teeet…’ bel berbunyi
Uh, syukurlah aku datang tepat waktu. Dari gerbang kampus aku berlari tergesa, aku tak ingin dosen cerewet itu Menghafal wajahku sebagai siswa yang hobi terlambat.

‘Gubrak’ tiba-tiba dari arah berlawanan aku bertabrakan dengan kak Dipta. Kak Dipta terkejut sampai menjatuhkan buku tebal yang tengah dipegangnya.
“Aduhh, maaf ya kak, tadi Inda gak liat” sambil kuambil bukunya dan menyerahkannya kembali
“ah, iya Gapapa. Kakak juga tadi gak sengaja” dia tersenyum manis lalu meninggalkanku.
Hatiku berbunga-bunga. rasanya bahagia karna pagi-pagi sudah melihat senyum manis kak Dipta. ‘Uhh’
Setibanya di kelas, aku lupa bahwa hari ini mata kuliah Bahasa Ingris, awalnya aku kebingunang, tapi tetap kulewati 2 jam ke depan dengan semangat.

tiba waktu pulang

“Tin, tin’
“Inda, pulang bareng yuk, naik Motor baruku hehe” rene tetanggaku tiba-tiba menyapaku dan menawariku tumpangan.
“wah kebatulan, kamu mau pulang bareng. Oke deh” tanpa banyak bicara aku langsung duduk di belakang rene.
Rene langsung melaju kencang membawa motor barunya. Aku turut senang karna selama ini rene punya mimpi jadi pembalap Wanita dan ingin punya kereta sendiri. Sekarang salah satu impiannya terwujud.

Aku memperhatikan rene dengan rambut pirangnya yang panjang.
“ren, rambut kamu warnanya bagus, pirang dimana ?”
“oh ini rambut asli, emang warnanya begini”
“loh, kok pirang, kedua orang tuamu kan rambutnya hitam”
“ah iya, nda kamu belum tau ya, mama aku itu udah disemir rambutnya, aslinya juga mama masih berdarah jerman dari kakekku” sekedar basa-basi rene melambatkan laju motornya dan berhenti tepat depan rumahku

“dah nyampe, seratus ribu non” rene menatapku serius
“aduh.. saya gak punya uang bang” kubalas tatapan meledek
hahaha
“udah ah, bisa aja. Makasih ya ren. Sering2 aja”
“okey”
“sipp. Hati2 ya” kulambaikan tangan saat rene melaju pergi, dan dia tidak peduli’

(clik, clik pintu rumahku ternyata terkunci)
“andra bukain pintu dek…”
Andra melongok keluar membukakan pintu untuk ku.
“trimakasihh” akupun mengusap kepala andra, andra hanya tersenyum lugu.

O ya, andra adalah adikku satu-satunya. Usianya sudah 6tahun, tapi andra sangat sulit berbicara. Trauma kecil di masa lalu membuatnya menjadi pendiam dan pemalu. Ya, andra pernah disekap oleh sekawanan penculik Ketika usianya 3tahun. Beruntung para penculik mengembalikan andra kepada mama tanpa meminta tebusan. Aku sudah melupakan kejadian itu, tapi bagi mama dan andra. Kejadian 3tahun lalu itu masih membekas dan melukai psikologis adikku. Sampai saat ini pun karna rasa takut itu, mama belum juga menyekolahkan andra. Aku pernah berjanji akan mengantar andra sekolah setiap hari jika usianya 7tahun nanti. Ya,Aku janji akan menjagamu andra.


Setelah makan siang, aku langsung kembali ke kamar. Aku lelah dan ingin istrihat sebentar. Tapi lagi-lagi aku teringat pada shabatku dwikky.
“dwikky aku kangen, kenapa setiap kembali ke kamar ini aku selalu inget sama kamu. Padahal aku tak punya 1 pun foto bergambar dirimu” Tanpa sadaar 2 bening dimatku kembali menetes.


 --- 

Hari-hari yang kulewati memang nyaris tak ada bedanya, aku hanya berangkat dan pulang sekolah bersama rene, sesampainya di rumah aku hanya bertiga dengan seorang pembantu dan andra. ketika menjelang malam mama baru pulang kerja dan aku sudah tertidur.
Terkadang aku kasihan melihat mama sebagai singel parent mama pasti lelah bekerja untuk membiayai kami.
Memang setelah kepergian papa semua masalah dalam rumah tangga harus ditanggungnya sendiri. Mama bekerja sebagai karyawati di perusahaan negri. ya gajinya cukup besar karna sudah 15 tahun mama bekerja di tempat itu. Tapi untuk mendapat bonus lebih, jadwal kerja mama bertambah sampai malam hari.
Aku kagum atas perjuangan mama dan hanya keluarga tak lengkap inilah yang mengisi hatiku dengan begitu berarti.
Untuk sosok lelaki. Aku bahkan tak bisa mengisi nama lain di hatiku, Selain dwiiky dan kak dipta. ‘Hanya mereka yang pernah menyentuh hatiku.
Tapi Ah, kenapa harus mereka, aku bahkan sudah tau jika kak dipta sudah punya pacar. Dan aku tak pernah tau dwikky ada dimana sekarang.

..sungguh menyedihkan..

Membayangkannya saja sudah membuatku kesal, tapi bukankah aku harus bersyukur.
Ketika ku membuka mata, aku memiiki segalanya. Hidupku sangat berkecukupan dan terkadang aku bisa memiliki sesuatu yang tidak semua anak bisa memilikinya. Ya, semua berkat kerja keras mama dan aku bisa menikmati hasilnya. Trimakasih mama
Mama tak pernah berhenti mengabulkan keinginanku jika menyangkut tentang materi.

---
Hari ini sungguh bosan. Enaknya ngapain ya ?

‘kring-kring’ telfon berbunyi

“Halo ini dengan inda” dari sudut telfon aku mengenali suara itu ‘sepertinya ini..
“halo, benar ini inda pratiwi” ya ini suara kak Dipta
“I-iya benar. Ada apa?” aku mencoba memastikan “ini kak dipta ya ?”
“iya, begini nda, besok sabtu kita mau camping Himpunan Pecinta alam ke hutan rambung, puncak sumatra. kebetulan rombongan grup kakak kekurangan anggota. Kakak mau ngajak inda, kira-kira bisa gak ?”

‘deg’ Aku gak nyangka kak dipta mengajakku dalam kegiatannya kali ini.

“t-tapi kak a-aku kan gak ikut pecinta alam”
“itusih tidak masalah. Tapi inda harus ikutan nyumbang dana. Gimana ?”
“oke kak, aku ikut” tanpa banyak berfikir aku menyetujui ajakan kak dipta. Entahlah aku hanya megikuti kata hatiku
“siip kalo gitu besok pulang kuliah jangan lupa ngumpul di aula ya”
“iya, kak iya. Trimakasih”

‘tut, tut’
Kak dipta menutup telfonnya
‘aih, Yes, yes, yes’ aku senang sekali sampai melompat lompat sendiri.

---
Keesokan harinya aku pergi ke aula, tempat ini cukup asing buatku ditambah orang2 yang dikatakan Senior. Aku terlinglung sendiri di antara para mahasiswa pecinta alam di sini. Ini pertama kalinya aku ikut Camping dan tak satupun yang Ku kenal kecuali kak Dipta, yang sedang duduk di ujug kursi depan. Dia terlihat sangat manis meskipun dari jark jauh.
Huh untungnya di masa Sma aku pernah ikut latihan pramuka. Ya, setidaknya aku punya pengetahuan tentang Mendirikan Tenda.

Sepanjang pembicaraan aku hanya menjadi pendengar. Aku hanya menerima tugas membawa sekotak air Mineral untuk para senior.
“Oke.. kak trimakasih”
“selamat bergabung inda” seorang wanita bertubuh kurus tinggi itu menjabat tanganku. Ternyata dia ketua dari Himpal kali ini. Ya, dia ramah dan tampak dewasa.

Keesokan harinya
Aku minta izin pada mama untuk ikut camping. Mama terlihat senang karna sudah lama sejak terakhir aku mengikuti ekstrakulikuler sekolah. Mama mengizinkanku tak lama setelah mempertimbangkannya.

--Puncak sumatra I’m Comiing

Setelah perjalanan melelahkan selama 4jam, akhirnya sampai juga bus yang kami tumpangi di gerbang Hutan Rambung.
‘Haah segar sekali’ udara dingin dan pemandngan indah langsung terpampang di hadapanku ketika keluar dari Bus.
“Oke perhatiannya semua..” terdengar suara dari seorang pemandu kami
Semua perhatian menuju padanya karna siap memberikan aba-aba

“sore ini Kita masuk ke Hutan rambung, bukan untuk rekreasi, atau sekedar jalan-jalan. Kita akan mempelajari banyak hal tentang alam dibimbing pemimpin regu masing-masing. Dilarang merusak tumbuhan, membuang sampah sembarangan, mengotori sumber mata air, dn bla, bla, bla.” Setelah menyampaikan singkat maksud tujuan camping kali ini.
Kamipun mulai bergerak. Masuk ke dalam hutan dengan anggota regu masing-masing.

Ya, seperti yang dijanjikan aku berada dalam rombongan kak dipta beserta 5 orang lainnya. Mereka semua adalah seniorku di kampus, kak Metta, Ari, citra, setio dan anggi. Aku cukup senang karna mereka bisa menerima keteribatanku, dan tidak memperlakukanku sebagai adik kelas.

“bagaimana, gak nyesel kan ikut ?” sapa kak ari yang tiba-tiba berjalan beriringan di sebelahku
“iya kak pemandangannya bagus banget. nanti kita foto2 ya kak” Aku memberikan kamera pada kak ari. Tapi dia menolaknya
“nanti aja deh harinya mulai gelap, kita harus cari lokasi buat mendirikan tenda dulu”
“ah, gtu ya kak”
“emang kamu lupa kita kesini bukan untuk jalan-jalan” dengan cueknya kak ari jalan mendahuluiku

Aku masih memperhatikan betapa indahnya pohon-pohon besar ini. Mungkin usianya sudah ratuan tahun. Ditambah suara hewan-hewan kecil menghantarkan tenggelamnya matahari di ujung bukit. Ya, hari mulai gelap
Kami mendirikan tenda, beberapa dari kami memsak makan malam dengan meu apa adanya. Malam semakin dingin dan aku bisa menikmati malam ini walau di tengah hutan.

“ini nda,minum tehnya biar hangat” kak dipta memberikan secangkir teh dan duduk tepat di sebelahku
“trimakasih kak” aku mengambilnya, meminumnya sedikit lalu memandang langis luas yang bertebar bintang
“kamu baru kali ini ikut camping ya ?” kak dipta menatapku dari sudut matanya, kali ini dia merapatkan duduknya. Aku bisa menyentuh bahunya dan merasakan tubuhnya begitu hangat
“iya kak ini pengalaman pertamaku” aku menjawab pertanyaan kak dipta tapi mataku tetap mengadah ke langit.
‘oh bintang, andai kak dipta tau perasaanku saat ini. aku merasa gugup, takut bercampur aduk jadi satu. Semoga kak dipta tak tau aku bergetar bisa duduk sedekat ini disampingnya’
“kok diajak ngobrol, ngeliatin lagit terus”
“---“ aku terdiam dan menoleh ke arahnya.

DAMN

Wajah kami saling bertatapan. Hanya berjarak 5 inci, aku harap kak dipta menciumku, aku siap jika kak dipta menciumku sekarang. Aku memegang tanganya aku bisa merasakan dia juga gugup, bibir kami sudah hampir bertautan.

‘AAakkhh’ tiba-tiba suara itu membuyarkan suasana manis antara aku dan kak dipta.

Kak dipta kaget dan langsung kembali menuju tenda.

‘uh sial aku telah kehilangan kesempatan langka’
Aku ikut kembali berkumpul di depan tenda. Ternyata pergelangan tangan kak Setio digigit ular lintang. Kak citra yang terlihat panik mengikatkan kain di atas nadi tangan kak setio. Bekas Gigitan itu cukup kecil namun mengeluarkan banyak darah.
Kak dipta memeriksanya dan sudah memastikan ular itu tidak berbisa sama sekali.

Kami semua cukup lega. Namun kejadian ini, aku pasti tidak akan melupakannya. Karna telah kehilangan kesempatan mendapat ciuman dari kak Dipta.

“oke semua Waktunya istirahat” kak citra menarik tanganku dan memintaku tidur satu tenda dengannya.
Ya, beberapa jam lagi Sang surya akan kembali menerangi hutan.