Pagi ini aku terbangun sepi dan hatiku masih merasa rindu pada sosok
dwikky. Padahal kemarin sahabat lamaku itu sedang berulang tahun. “Dwiky, kamu
dimana.. ?
Sedih rasanya aku tidak Mengucapkan selamat di hari ultahmu”
Semenjak perpisahan sekolah aku bahkan tak tau apa2 lagi tentang
kabarmu.
“Nda, bangun.. kamu gak kuliah” sambil membuka pintu mama datang dan
membuyarkan anganku
“iya mah, aku sudah bangun” bergegas aku menarik handuk dan menuju
kamar mandi
‘Bip..biip..biip..’ alarm berbunyi
(Uh, sial ternyata sudah jam 7, aku bisa terlambat ke Kampus)
‘Shraapp’ dengan sekejab kilat aku telah selesai berpakaian dan bermake
up seadanya.
“Maa.. aku berangkat” ucapku sambil menuju pintu setengah berlari
“Eeh, sarapannya” mama menarik tanganku dan memintaku setidaknya
meminum segelas susu
‘Glek, Glek’ kuminum susu itu sampai habis. Adikku andra hanya
tersenyum melihatku.
“udah ma, habis… Andra kakak kuliah dulu ya, hati2 dirumah” kucium
kening andra dan andra hanya diam mengangguk.
‘Teeet…’ bel berbunyi
Uh, syukurlah aku datang tepat waktu. Dari gerbang kampus aku berlari
tergesa, aku tak ingin dosen cerewet itu Menghafal wajahku sebagai siswa yang
hobi terlambat.
‘Gubrak’ tiba-tiba dari arah berlawanan aku bertabrakan dengan kak
Dipta. Kak Dipta terkejut sampai menjatuhkan buku tebal yang tengah
dipegangnya.
“Aduhh, maaf ya kak, tadi Inda gak liat” sambil kuambil bukunya dan
menyerahkannya kembali
“ah, iya Gapapa. Kakak juga tadi gak sengaja” dia tersenyum manis lalu
meninggalkanku.
Hatiku berbunga-bunga. rasanya bahagia karna pagi-pagi sudah melihat
senyum manis kak Dipta. ‘Uhh’
Setibanya di kelas, aku lupa bahwa hari ini mata kuliah Bahasa Ingris,
awalnya aku kebingunang, tapi tetap kulewati 2 jam ke depan dengan semangat.
tiba waktu pulang
“Tin, tin’
“Inda, pulang bareng yuk, naik Motor baruku hehe” rene tetanggaku
tiba-tiba menyapaku dan menawariku tumpangan.
“wah kebatulan, kamu mau pulang bareng. Oke deh” tanpa banyak bicara
aku langsung duduk di belakang rene.
Rene langsung melaju kencang membawa motor barunya. Aku turut senang
karna selama ini rene punya mimpi jadi pembalap Wanita dan ingin punya kereta
sendiri. Sekarang salah satu impiannya terwujud.
Aku memperhatikan rene dengan rambut pirangnya yang panjang.
“ren, rambut kamu warnanya bagus, pirang dimana ?”
“oh ini rambut asli, emang warnanya begini”
“loh, kok pirang, kedua orang tuamu kan rambutnya hitam”
“ah iya, nda kamu belum tau ya, mama aku itu udah disemir rambutnya,
aslinya juga mama masih berdarah jerman dari kakekku” sekedar basa-basi rene
melambatkan laju motornya dan berhenti tepat depan rumahku
“dah nyampe, seratus ribu non” rene menatapku serius
“aduh.. saya gak punya uang bang” kubalas tatapan meledek
hahaha
“udah ah, bisa aja. Makasih ya ren. Sering2 aja”
“okey”
“sipp. Hati2 ya” kulambaikan tangan saat rene melaju pergi, dan dia
tidak peduli’
(clik, clik pintu rumahku ternyata terkunci)
“andra bukain pintu dek…”
Andra melongok keluar membukakan pintu untuk ku.
“trimakasihh” akupun mengusap kepala andra, andra hanya tersenyum lugu.
O ya, andra adalah adikku satu-satunya. Usianya sudah 6tahun, tapi
andra sangat sulit berbicara. Trauma kecil di masa lalu membuatnya menjadi
pendiam dan pemalu. Ya, andra pernah disekap oleh sekawanan penculik Ketika
usianya 3tahun. Beruntung para penculik mengembalikan andra kepada mama tanpa
meminta tebusan. Aku sudah melupakan kejadian itu, tapi bagi mama dan andra.
Kejadian 3tahun lalu itu masih membekas dan melukai psikologis adikku. Sampai
saat ini pun karna rasa takut itu, mama belum juga menyekolahkan andra. Aku
pernah berjanji akan mengantar andra sekolah setiap hari jika usianya 7tahun
nanti. Ya,Aku janji akan menjagamu andra.
Setelah makan siang, aku langsung kembali ke kamar. Aku lelah dan ingin
istrihat sebentar. Tapi lagi-lagi aku teringat pada shabatku dwikky.
“dwikky aku kangen, kenapa setiap kembali ke kamar ini aku selalu inget
sama kamu. Padahal aku tak punya 1 pun foto bergambar dirimu” Tanpa sadaar 2
bening dimatku kembali menetes.
---
Hari-hari yang kulewati memang nyaris tak ada bedanya, aku hanya
berangkat dan pulang sekolah bersama rene, sesampainya di rumah aku hanya
bertiga dengan seorang pembantu dan andra. ketika menjelang malam mama baru
pulang kerja dan aku sudah tertidur.
Terkadang aku kasihan melihat mama sebagai singel parent mama pasti
lelah bekerja untuk membiayai kami.
Memang setelah kepergian papa semua masalah dalam rumah tangga harus
ditanggungnya sendiri. Mama bekerja sebagai karyawati di perusahaan negri. ya
gajinya cukup besar karna sudah 15 tahun mama bekerja di tempat itu. Tapi untuk
mendapat bonus lebih, jadwal kerja mama bertambah sampai malam hari.
Aku kagum atas perjuangan mama dan hanya keluarga tak lengkap inilah
yang mengisi hatiku dengan begitu berarti.
Untuk sosok lelaki. Aku bahkan tak bisa mengisi nama lain di hatiku,
Selain dwiiky dan kak dipta. ‘Hanya mereka yang pernah menyentuh hatiku.
Tapi Ah, kenapa harus mereka, aku bahkan sudah tau jika kak dipta sudah
punya pacar. Dan aku tak pernah tau dwikky ada dimana sekarang.
..sungguh menyedihkan..
Membayangkannya saja sudah membuatku kesal, tapi bukankah aku harus
bersyukur.
Ketika ku membuka mata, aku memiiki segalanya. Hidupku sangat
berkecukupan dan terkadang aku bisa memiliki sesuatu yang tidak semua anak bisa
memilikinya. Ya, semua berkat kerja keras mama dan aku bisa menikmati hasilnya.
Trimakasih mama
Mama tak pernah berhenti mengabulkan keinginanku jika menyangkut
tentang materi.
---
Hari ini sungguh bosan. Enaknya ngapain ya ?
‘kring-kring’ telfon berbunyi
“Halo ini dengan inda” dari sudut telfon aku mengenali suara itu
‘sepertinya ini..
“halo, benar ini inda pratiwi” ya ini suara kak Dipta
“I-iya benar. Ada apa?” aku mencoba memastikan “ini kak dipta ya ?”
“iya, begini nda, besok sabtu kita mau camping Himpunan Pecinta alam ke
hutan rambung, puncak sumatra. kebetulan rombongan grup kakak kekurangan
anggota. Kakak mau ngajak inda, kira-kira bisa gak ?”
‘deg’ Aku gak nyangka kak dipta mengajakku dalam kegiatannya kali ini.
“t-tapi kak a-aku kan gak ikut pecinta alam”
“itusih tidak masalah. Tapi inda harus ikutan nyumbang dana. Gimana ?”
“oke kak, aku ikut” tanpa banyak berfikir aku menyetujui ajakan kak
dipta. Entahlah aku hanya megikuti kata hatiku
“siip kalo gitu besok pulang kuliah jangan lupa ngumpul di aula ya”
“iya, kak iya. Trimakasih”
‘tut, tut’
Kak dipta menutup telfonnya
‘aih, Yes, yes, yes’ aku senang sekali sampai melompat lompat sendiri.
---
Keesokan harinya aku pergi ke aula, tempat ini cukup asing buatku
ditambah orang2 yang dikatakan Senior. Aku terlinglung sendiri di antara para
mahasiswa pecinta alam di sini. Ini pertama kalinya aku ikut Camping dan tak
satupun yang Ku kenal kecuali kak Dipta, yang sedang duduk di ujug kursi depan.
Dia terlihat sangat manis meskipun dari jark jauh.
Huh untungnya di masa Sma aku pernah ikut latihan pramuka. Ya,
setidaknya aku punya pengetahuan tentang Mendirikan Tenda.
Sepanjang pembicaraan aku hanya menjadi pendengar. Aku hanya menerima
tugas membawa sekotak air Mineral untuk para senior.
“Oke.. kak trimakasih”
“selamat bergabung inda” seorang wanita bertubuh kurus tinggi itu
menjabat tanganku. Ternyata dia ketua dari Himpal kali ini. Ya, dia ramah dan
tampak dewasa.
Keesokan harinya
Aku minta izin pada mama untuk ikut camping. Mama terlihat senang karna
sudah lama sejak terakhir aku mengikuti ekstrakulikuler sekolah. Mama
mengizinkanku tak lama setelah mempertimbangkannya.
--Puncak sumatra I’m Comiing
Setelah perjalanan melelahkan selama 4jam, akhirnya sampai juga bus
yang kami tumpangi di gerbang Hutan Rambung.
‘Haah segar sekali’ udara dingin dan pemandngan indah langsung
terpampang di hadapanku ketika keluar dari Bus.
“Oke perhatiannya semua..” terdengar suara dari seorang pemandu kami
Semua perhatian menuju padanya karna siap memberikan aba-aba
“sore ini Kita masuk ke Hutan rambung, bukan untuk rekreasi, atau
sekedar jalan-jalan. Kita akan mempelajari banyak hal tentang alam dibimbing
pemimpin regu masing-masing. Dilarang merusak tumbuhan, membuang sampah
sembarangan, mengotori sumber mata air, dn bla, bla, bla.” Setelah menyampaikan
singkat maksud tujuan camping kali ini.
Kamipun mulai bergerak. Masuk ke dalam hutan dengan anggota regu
masing-masing.
Ya, seperti yang dijanjikan aku berada dalam rombongan kak dipta
beserta 5 orang lainnya. Mereka semua adalah seniorku di kampus, kak Metta,
Ari, citra, setio dan anggi. Aku cukup senang karna mereka bisa menerima
keteribatanku, dan tidak memperlakukanku sebagai adik kelas.
“bagaimana, gak nyesel kan ikut ?” sapa kak ari yang tiba-tiba berjalan
beriringan di sebelahku
“iya kak pemandangannya bagus banget. nanti kita foto2 ya kak” Aku
memberikan kamera pada kak ari. Tapi dia menolaknya
“nanti aja deh harinya mulai gelap, kita harus cari lokasi buat
mendirikan tenda dulu”
“ah, gtu ya kak”
“emang kamu lupa kita kesini bukan untuk jalan-jalan” dengan cueknya
kak ari jalan mendahuluiku
Aku masih memperhatikan betapa indahnya pohon-pohon besar ini. Mungkin
usianya sudah ratuan tahun. Ditambah suara hewan-hewan kecil menghantarkan
tenggelamnya matahari di ujung bukit. Ya, hari mulai gelap
Kami mendirikan tenda, beberapa dari kami memsak makan malam dengan meu
apa adanya. Malam semakin dingin dan aku bisa menikmati malam ini walau di
tengah hutan.
“ini nda,minum tehnya biar hangat” kak dipta memberikan secangkir teh
dan duduk tepat di sebelahku
“trimakasih kak” aku mengambilnya, meminumnya sedikit lalu memandang
langis luas yang bertebar bintang
“kamu baru kali ini ikut camping ya ?” kak dipta menatapku dari sudut
matanya, kali ini dia merapatkan duduknya. Aku bisa menyentuh bahunya dan
merasakan tubuhnya begitu hangat
“iya kak ini pengalaman pertamaku” aku menjawab pertanyaan kak dipta
tapi mataku tetap mengadah ke langit.
‘oh bintang, andai kak dipta tau perasaanku saat ini. aku merasa gugup,
takut bercampur aduk jadi satu. Semoga kak dipta tak tau aku bergetar bisa
duduk sedekat ini disampingnya’
“kok diajak ngobrol, ngeliatin lagit terus”
“---“ aku terdiam dan menoleh ke arahnya.
DAMN
Wajah kami saling bertatapan. Hanya berjarak 5 inci, aku harap kak
dipta menciumku, aku siap jika kak dipta menciumku sekarang. Aku memegang
tanganya aku bisa merasakan dia juga gugup, bibir kami sudah hampir bertautan.
‘AAakkhh’ tiba-tiba suara itu membuyarkan suasana manis antara aku dan
kak dipta.
Kak dipta kaget dan langsung kembali menuju tenda.
‘uh sial aku telah kehilangan kesempatan langka’
Aku ikut kembali berkumpul di depan tenda. Ternyata pergelangan tangan
kak Setio digigit ular lintang. Kak citra yang terlihat panik mengikatkan kain
di atas nadi tangan kak setio. Bekas Gigitan itu cukup kecil namun mengeluarkan
banyak darah.
Kak dipta memeriksanya dan sudah memastikan ular itu tidak berbisa sama
sekali.
Kami semua cukup lega. Namun kejadian ini, aku pasti tidak akan
melupakannya. Karna telah kehilangan kesempatan mendapat ciuman dari kak Dipta.
“oke semua Waktunya istirahat” kak citra menarik tanganku dan memintaku
tidur satu tenda dengannya.
Ya, beberapa jam lagi Sang surya akan kembali menerangi hutan.