Aku berjalan
menusuri malam, Dengan Dirinya yang baru 2kali Kutemui.
Duduk dibelakangnya tanpa banyak bicara.
Kuperhatikan rambutnya yang hitam dan tebal.
Dan tiba-tiba tercium wangi yang mengembang dari kerah bajunya. Wangi pelembut
pakaian.
Tuhan, Aku sedang berada sedekat ini
dengannya.
Aku tak tau siapa dia?
Aku hanya ingin mengikuti kata hatiku malam ini. Ketika kuiyakan ajakannya
untuk pergi jalan berdua.
Dan sekarang, kami melewati jalan ini.
Jalan yang sama, keadaan dan perasaan yang sama, Tapi bersama waktu dan orang
yang berbeda.
---
Aku ingat Ridho Gusti.
Ketika jalan yang hampir seluruhnya rusak itu tidak dilalui banyak orang. Kami malah memilih untuk melaluinya.
Membiarkan Ridho membawa keretanya dengan Satu Tangan, Karna tangan kirinya
menggenggam erat tangan kiriku. Ridho sangat luwes mengendalikan keretanya di
jalan seancur ini, dia pengendara motor paling lihai menurutku.
Seseorang berteriak "WOY"melihat kami yang tampak tak peduli,
lewat- aku tetap menggenggam tangannya dan menyandarkan kepalaku dibelakang pundaknya.
"Bisakah bawa kereta ini seperti ini, sampai depan rumahku?" Aku tak ingin melepaskan genggaman ini. Aku ingin ini menjadi kenangan antara
kita yang semoga takkan kau lupakan.
Dia tertawa, Di
iringi cerita, di iringi nyanyian dan Pujian.
'Eh,Nama lengkap abang siapa?'
'Ridho gusti'. Dia tersenyum.
Aku menyukainya
sejak saat itu. Sejak kutatap matanya yang bulat dan penuh bingung, Ketika
pertama kali kami berjumpa di bawah pohon nangka.
Dia duduk dan menatapku aneh, Nih cewek rambutnya Gaul abis
'katanya.
Hahah..
Rambutku masih Funky dan gonjes ketika jalan bersama Gusti. Aku memakai baju putih khas cewek apa
adanya. Aku sama sekali tidak merapikan penampilanku. Aku sungguh apa adanya, Dengan Sepatu Sneaker dan Celana Ketat hitam.
Oh, ini toh Ridho.
Apa? WTF? Tanggal Lahir Kita Sama… (Tai… Matilah kita)
Hanya bedanya dia tahun 1993 dan aku tahun 1994.
__entah kenapa aku sering berfikir jika tanggal lahir yang sama menandakan akan ada takdir Jodoh__
--
Cukup singkat aku
mengenal Ridho. Kurang dari hitungan Bulan. Kami sering berkirim pesan lewat Sms. Sesekali
telfonan dan hanya jumpa beberapa kali. Dia sama sekali tidak melakukan
perubahan besar dihidupku.
Satu hal yang mengejutkan darinya, ketika aku tau bahwa dia seorang Pecandu
Narkoba. Dia mengakuinya suatu waktu dari obrolan via Ponsel. Hidupnya tak ada lagi apa-apa selain Hasratnya untuk nyimeng dan ngisep. Ntah
apalah itu istilahnya yang kutau.
Aku terlanjur
Memikirkannya ketika pulang di malam hari itu,Kami telah saling Jatuh hati
sebagai anak manusia. Aku mencium tangannya, dan membiarkan dia terdiam, menatapku di
balik kejauhan.
Saat itu aku telah Terbuai. Aku lupa bahwa Cinta saja tidak Cukup.
Butuh banyak pertimbangan rumit untuk memulai sebuah hubungan.
Aku ingat pertemuan terakhirku dengan Ridho. Ketika dia ingin mengajakku
kerumahnya.
Kulewati jalan asing yang baru sekali itu kulalui. Ternyata di Daerah itu
sedang mati lampu.
Ridho menepikan keretanya, menunjuk sebuah rumah 'ini tempatku bernanung'
katanya.
'Tapi karna mati
lampu dan enggak ada orang dirumah, kita disini aja' lanjutnya.
'ya' aku hanya mengangguk pelan.
Kuperhatikan Rumah Gelap itu, Beratapkan tembikar dan berdindingkan bambu.
Saat melihat kondisinya, Terlintas difikarnku jika ridho dan aku takkan bisa bersama. Sekarang Aku mengerti kenapa
tatapan mata ridho sering terlihat kebingungan.
Itu efek Pengguna atau Efek Kondisi Keluarga.
lagi-lagi dia bercerita, bagaimana
kehidupan tak memberinya kesempatan untuk mengenal cinta. Dan dia bilang, dia
tak ingin melukai perasaanku. Aku dan dia takkan jadi apa-apa.
'ya aku tau' Tapi malam ini alam semesta seakan menunjukkan kebaikan hatinya
untuk kita.
Bagaimanapun hati
kita pernah saling terpaut.
Kau penasaran kan. Tentu !
Beberapa detik saling menatap, Kami
Berciuman. Ciuman yang dingin dan Kelu.
Aku bisa merasakan 'bibir seorang pecandu yang menyedihkan' tapi aku menyukai rasa itu.
Sekali lagi, kupeluk
dia erat.
Hanya Gelap dan Sepi Saksi cinta Kami. Mungkin juga Tuhan menyaksikan.
Melaknatkah ! Atau memberi Restunya !
Setelah ciuman itu berlalu.
Kami tak lagi pernah bertemu.
Sesekali dia menghubungiku, tapi obrolannya tak jauh seputar kondisi
kesehatannya yang kian memburuk. "Sayang.. Aku Sakau.."
"Sayang, Aku Rasanya mau Mati digebukin orang
sekampong"
"Tolong cinta, Badanku Sakit Semua. Obatnya Cuma ambil Pisau dan Tusuk
Kejantungku"
F*ck D*mn Sh*tt… Aku mengumpat dalam hati. Hanya itu yang bisa dia katakan.
Menyaksikan orang
yang kita sayangi menderita setiap malam seperti itu. Mendengarnya mendesah kesakitan di ujung
telfon akibat ulahnya sendiri. Dimana dia sakau dan kita tak bisa ada
disana..
OH TUHAN>> APA YANG HARUS KULAKUKAN..
AKU BUKAN MALAIKAT TUHAN..
aku ingin menyadarkannya. Ingin membantunya bertahan, Sembuh dan terobati dari semua lukanya.
Tapi tak banyak, aku tak bisa menyambangi kediamannya.
Selain Kami, tak ada yang tau hubungan kami.
OH RIDHO >> INILAH YANG AKHIRNYA KULAKUKAN
AKU MENYERAH
kuputuskan untuk meninggalkanmu.
aku tak bisa membantumu, aku hanya bisa mendoakanmu.
Semoga kau Sembuh dari Sakit yang Kau Buat Sendiri itu.
Aku Membencimu.
--
Dan Setelah bertahun lalu, tak lagi tau tentang Ridho.
Aku duduk dan merenung. Kusaksikan kembali
hidupku yang penuh liku.
Kukondisikan diriku dan kupastikan perasaanku akan tetap sama seperti saat
sebelum mengenal seorang Ridho gusti.
Karna tak tau harus
berbuat apa. Kubiarkan Keadaan menjadi biasa seperti awak,. Sampai akhirnya
perlahan waktu kami berpisah, dan kembali pada kehidupan masing-masing.
Dan cerita indah
tadi, hanya akan menjadi Pertemuan Singkat Bagiku.
-----
Tapi lalu, malam ini
aku lewat jalan ini lagi.
Tidak bersama Ridho Gusti. Tapi bersama Dion Sembiring.
Kau Tau, Kulakukan
hal yang sama padanya, agar aku bisa mengenangmu. Kugenggam tangan kirinya dan
bercerita beberapa hayalan gila -tentang hidup Anak manusia - di masa depan
nanti.
Dia sama baiknya denganmu. Tatapan dan Ciumannya sama gilanya denganmu. Dia
Memiliki Suhu Tubuh yang hangat untuk dipeluk. Dia juga seorang mantan Pecandu.
Dan anehnya, Tanggal Lahirku dan Dia juga Memiliki Kesamaan.
Oh Waktu, Inikah Yang dinamakan
De Ja Vu
itu.
Apakah Aku dan Dion
akan Berakhir seperti Aku dan Ridho ??
Semoga Tidak Waktu.