(πΏπππ 1)
Usiaku 24tahun, dan aku kesepian.
Aku tidak memiliki siapapun untuk berbagi cerita. Aku putus asa, di setiap hari yang kujalani. Aku berdoa pada Tuhan agar mencabut usiaku saat sudah kepala 3.
Aku punya seorang ibu, tapi dia tak memahamiku. Dimatanya aku anak yang buruk yang selalu salah. Baginya, aku anak yang buruk.
Aku sering berfikir, ibuku tidak bersyukur karna telah melahirkanku. Dia menyayangiku hanya sebatas masa kanak-kanakku. Semakin aku dewasa, dia semakin membenciku. Aku seolah merasakan itu.
Kadang, ingin rasanya terkena sakit parah, yang membuatku bisa terbaring di tempat tidur untuk beberapa waktu. Karna hanya dengan cara itu aku bisa merasakan kembali perhatian dan kasih sayang dari ibu, yang selama ini sangat kurindukan.
Kata-kata yang keluar dari mulut ibuku, tak jarang terdengar tajam dan menyakitkan perasaan. Meski hanya sekedar kata-kata dan bukan tindakan, tapi kata-katanya selalu berhasil mematahkan semangatku.
Ibu, aku panggil perempuan itu “Mama”.
Mama yang atas kehendaknya, melahirkanku di Dunia ini.
Aku memulai segalanya dari nol bersama dengan mama.
kuanggap itu sebagian dari Takdir hidupku.
_+_+_+
ada satu hal yang sangat kusesali saat ini, hal yang tak bisa kujelaskan –entah kenapa- tapi sangat mengganjal di hati.
Fakta bahwa dulu, aku tidak pernah minta dilahirkan.
dan aku tidak punya ingatan apapun tentang itu. Karna jika boleh memilih, lebih baik aku tidak dilahirkan di muka bumi ini.
Atau dilahirkan dalam takdir lain, seperti mati di usia ‘bayi.
Tapi yang terjadi mama yang telah melahirkanku atas pilihannya (bukan pilihanku).
Ia telah memberiku banyak hal, yang membuatnya menjadi begitu berjasa di hidupku.
Dan jasa-jasa itulah yang menuntutku untuk berbakti dan mengabdi padanya, hari ini.
Jauh dari lubuk hati, ingin sekali kubahagiakan mama. Karna akub tau, tidak semua anak terlahir dengan keberuntungan yang sama denganku.
Tapi membuat hati mama senang, bukanlah hal yang mudah.
π