Hari ini suasana
kelasku sangat Gaduh. 2 orang guru berhalangan hadir karna ada kesibukan lain
diluar sekolah, dan mata pelajaran fisika belum digantikan guru lain.
di tengah kegaduhan,
tiba2 bapak kepala sekolah masuk kelas diikuti seorang murid baru. sontak kami
semua diam dan kembali duduk tertib.
"anak-anak hari
ini kita kedatangan seorang murid baru, pindahan dari sekolah putri wangsa.
Namanya Airin liyana"
pak kepala sekolah
yang galak itu langsung meminta airin duduk tanpa memperkenalkan diri.
Ketika itu semua
mata tertuju pada Airin. dengan gaya rambutnya hanya sebatas leher, tubuhnya
kelihatan kurus dan tinggi, wajahnya putih pucat, dan di balik baju seragamnya
terlihat dada airin yang rata. sekilas murid baru ini seperti anak laki-laki.
hanya karna memakai rok selutut, dia sedikit anggun.
sejak duduk di
bangku belakang itu, airin sama sekali tidak mencoba mengakrabkan diri dengan
kami. dia hanya diam dan sesekali melirik kecil ke arah teman-teman cowok di
kelas.
ketika jam istirahat
aku masih melihatnya sendiri, teman-teman yang lain tetap cuek segitunya. aku
menghampirinya dan mencoba berkenalan.
"Hai aku dila,
boleh kenalan" sambil menyodorkan tangan, gadis itu menyambut tanganku.
lalu tersenyum kecil.
aku heran melihat
sikap anak ini. kenapa sombong sekali, diajak kenalan diam saja, 'Uh..'
"udah ah, aku
mau ke kantin 'laper" aku langsung menarik tangaku dan ngeloyor pergi
"haah..
haah" terdengar gadis itu kembali memanggilku. aku menoleh ketika dia
menulis di secarik kertas lalu memberikannya padaku.
[BolEh Koq knaLan.
NAma q airin. Makasih Ya.. ;)]
aku masih tak
mengerti, kenapa harus ditulis di kertas. aku memperhatikan airin lalu dia
kembali memberiku sepotong kertas lagi.
[ maAf tDk Jwb
PrtanYaan Mu, Aku ini Bisu ;( ]
*JLEB*
aku kaget membaca
tulisan airin, aku terdiam dan hanya menatapnya tak percaya.. astaga, apa yang
sudah kufikirkan, aku berburuk sangka pada gadis malang ini.
airin menatapku
dengan pandangan khawatir, mungkin dia takut karna seisi kelas belum ada yang
tau Airin bisu.
ya, aku mengerti
keadaanmu sekarang.
"gak masalah
kok. sekarang airin ke kantin sama aku yuk" ku tarik tangan airin lalu
mengajaknya ramah. semoga dia tidak sakit hati atas sikapku tadi
"emmh"
airin menunjuk ke potongan kertas yang diberikannya padaku tadi. aku langsung
meremas kertas itu dan membuangnya "aku tidak peduli keadaanmu, sekarang
kita berteman, oke". airin mengangguk pelan, mengambil Handphone nya dan
berjalan bersamaku ke kantin.
"kamu mau makan
apa" tanyaku sambil memberikannya buku menu
"hahh"
airin menunjuk satu menu makanan yang harganya paling murah meriah 'oke pesen
nasi uduk'
"Mbaakk, nasi
uduk 2 yaa" teriakku pada Mbak yang sudah 5tahun berjualan di kantin
sekolah kami ini
"nasi Uduknya
habis Dilaa" sedikit berteriak mbak menyahuti namaku. dia sudah sangat
hapal dengan langganannya yang satu ini, karna paling sering nambah kalo makan.
Hehe
"yah.. Yang ini
udah habis rin, pesen yang lain aja deh"sambil tersenyum hihii, kembali ku memperlihatkan menu makanan
dihadapannya
airin terlihat
bingung, "eem" airin mengetik sesuatu di Hp nya lalu menunjukkan
padaku
[Aku Gak Mkan La. Aq
Tidk bwa Uang]
Ya ampun, kupandang
wajah airin yang kalem.
"oke, aku yang
teraktir" untuk hari pertama akupun mentraktrir airin makan bakso. Awalnya
airin tidak mau, tapi aku sedikit memaksa.
Saat pulang sekolah,
airin dijemput sebuah mobil. Sebuah avanza berwarna silver. Tampaknya dia anak
yang istimewa. Seorang pria berwajah sederhana tampak tersenyum dibalik kemudi.
Itu pasti supirnya. Airin tersenyum padaku dibalik kaca mobilnya, tangannya
memberi isyarat Terimakasih, atau sampai jumpa. Dan aku membalas dengan
lambaian tangan sampai jumpa.
*
Aku ingat hari itu,
adalah pertama kali aku berkenalan dengan Airin. Dan hari ini tepat 3 bulan
kami sudah manjalin pertemanan. Lebih dari itu kami menjadi sahabat dekat.
Sekarang Teman satu kelas sudah tau jika
airin bisu. Tapi aku sudah berjanji akan menjaga airin dari siapapun yang
mengganggunya. Karna aku jago beladiri, merekapun tidak pernah mengganggu
airin. Karna takut ku Kamehameha. haha
" DER pagi
dila" dimas tiba-tiba menepuk pundakku.
Dimas adalah senior
latihan bela diri di sekolah, tapi usia kami sebaya, jadi tak heran jika kami
tampak akrap dan sering pukul-pukulan kalau bercanda.
"duh, dimas
ngagetin aja" kupukul kembali pundak dimas. Dan dia langsung duduk
disampingku.
"eah..kamu
ngapain bengong pagi-pagi, ntar kesambet, aku lagi yang repot"
"ihh.. Resee.
Ya gaklah emang sekolah kita angker apa!
Gini Mas, aku bingung si airin kenapa udah
5hari gak masuk, gak ada kabar. Udah ku sms gak dibalas"
" ah,si bisu
itu. Kok gak kamu telfon aja la!"
"ya elah dimas,
dia itu kalau ditelfon ngomong apa juga aku gak ngerti"
"oh iya ya.kamu
samperin aja kerumahnya, pulang sekolah nanti aku temenin deh"
"hm, itu dia
masalahnya. Aku belum pernah kerumah dia, kan kamu tau selama ini airin pulang
selalu dijemput kan !"
'hemm.. aku memperhatikan dimas sambil garuk-garuk kepala, kupandangi matanya
yang bening. Entah kenapa, aku selalu suka melihat pupil mata dimas yang
kecoklatan
"kok repot
banget si la, dia lagi males kali liat muka lo, makanya males dateng. Ini aja
gue males liat muka lo haha" sambil tertawa lebar, diam-diam dimas
membalas tatapanku
"Iihh,,ngomong
apasih. Nyebelin banget" aku langsung beranjak dari tempat duduk. Dimas
mengejarku dan sekali lagi ingin menepuk pundakku, tapi aku sudah siap-siap
membalikkan badan, dan menangkis dimas. kamipun
tangkis tangkisan sampai masuk kelas.
'hm, airin kenapa
ya. Satu minggu lagi ujian, kalau dia tidak masuk nanti bisa ketinggalan
informasi' aku terus bergumam dan mengkawatirkan airin. Aku ingat ketika airin
bilang, dia ingin lulus dengan nilai terbaik. Agar kebisuannya tidak diremehkan
orang lain.
Meskipun ini bukan
ujian kelulusan, tapi nilai ujian kali ini mempengaruhi nilai ijazah nantinya.
'oh iya, tanya guru
Bp aja, kenapa gak kepikiran daritadi' berbarengan dengan bel istirahat akupun
ngeloyor setengah berlari menuju kantor guru Bp yang ternyata sudah tutup.
'lha, sudah tutup,
besok ajadeh. Kalau Airin gak masuk besok,kusamperin kerumahnya' gumamku.
Ternyata keesokan
harinya airin belum juga masuk.
Dan tanpa pikir
panjang, sepulang sekolah setelah bertanya alamat airin pada guru Bp. Akupun
langsung kerumahnya.
Seingatkusih, airin
pernah cerita dia hanya punya satu orang adik dan tinggal dirumah hanya bersama
pembantunya. Karna orang tuanya sudah bercerai, kini airin tinggal ikut bersama
ayahnya. Dan ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, sangat sibuk dan jarang
dirumah.
'jalan cempaka nomor
24' ya, enggak salah lagi ini rumahnya airin.
"permisii..
Airin, Assalamualaikum.." dibalik gerbang kuning yang tinggi itu, aku coba memanggil nama airin.
Dari sela-sela pagar terlihat sebuah rumah mewah, dengan taman kecil yang ada
kolamnya dan sebuah mobil Ertiga terparkir di sana. Tampaknya tak ada orang
dirumah itu, pagarnya terkunci dan pintunya tertutup rapat.
"ada apa
dek?" aku sudah hampir pulang ketika sebuah suara menyapaku dari belakang.
Seorang bapak yang memakai baju satpam.
"eh.. Ini pak,
saya lagi mencari teman saya yang tinggal dirumah ini. Namanya airin"
"oh, adek ini
temannya airin yang bisu itu. Emang tidak dengar kabarnya 3hari yang lalu ayahnya airin meninggal
dunia"
"APA!!"
Kabar itu menabrakku tiba-tiba, aku sangat kaget. Bagaimana mungkin airin tidak
memberi tahuku, kabar kematian ayahnya. Kabar sepenting ini, bahkan 1 sekolah
tidak ada yang tau.
Sontak akupun
menangis, padahal hanya aku teman dekat airin disekolah. Tapi kenapa aku tak
ada saat dia sedang dirundung duka. 'Airin.. Maafkan aku..'
Saat itu aku
terduduk jatuh ketanah. di depan gerbang
airin, pak satpam itu menatapku dengan
kasihan. Dia memintaku berdiri dan duduk tak jauh dari pohon besar yang
menjulang disebrang rumah airin.
"emangnya kamu
tak dikabari airin, dia sekarang tinggal dirumah mamanya di jalan kasturi"
sambil membantuku duduk, satpam baik hati itu menceritakan sedikit hal yang ia
ketahui tentang airin.
"mamanya airin
itu sudah menikah dengan seorang duda beranak tiga."
Sambil menarik
nafas, pak satpam itu melanjutkan ceritanya. Bisa ku baca sebuah tag nama di
bajunya bertuliskan Rahman Hidayat.
"Dulu, keluarga airin tampak sangat
bahagia. Mereka tinggal dirumah ini sejak airin masih bayi, dan mamanya
melahirkan adik airin dirumah ini. Tapi sayang kebahagiaan itu lenyap ketika
mama dan papa airin bercerai"
"hiks, kalau
boleh tau, kenapa orang tua airin bercerai pak?" sambil kuseka air mataku,
kucoba bertanya kembali. Aku ingin tau
lebih banyak hal-hal yang tak pernah diceritakan airin padaku.
"kebahagiaan
mereka hilang saat ayahnya airin semakin sibuk bekerja dan jarang pulang. Mamanya airin bertemu pria
duda yang kini dinikahinya"
"maksud bapak,
mamanya airin selingkuh?"
"ya, bisa
dibilang begitu. Tapi kita semua -warga disini tau. Bukan sepenuhnya salah mama
airin. Ayahnya airinpun mulai berubah
tempramen saat dia memiliki segalanya. Rumah itu semakin mewah. Bahkan rasanya
kami tak pantas bergaul dengan orang sekaya ayah airin"
"iya, aku juga
kadang merasa tak pantas bergaul dengan airin, tapi dia punya kekurangan.
lagipula, hanya aku teman yang paling dekat dengannya disekolah. Kenapa, aku
tidak diberi kabar" mataku kembali berkaca-kaca. Tapi kucoba untuk
berhenti menangis.
"kalau boleh tau pak. Ayahnya airin meninggal karna apa?"
"saya juga
kurang tau dek, ayahnya meninggal saat perjalanan kerumah sakit. Kabarnya
ayahnya airin meninggal akibat serangan jantung. Bahkan jenazahnya tidak dibawa
pulang kerumah ini. Mereka mengebumikannya dirumah keluarga besar nya di
kampung"
"jadi, kapan
airin pulang kerumahnya pak?"
'tiin..tinn..' sebuah klakson mobil berbunyi. Memberi
isyarat pada satpam itu untuk menuntun mobilnya memasuki jalan besar.
"maaf dek, saya harus lanjut kerja"
sambil setengah berdiri "yang pasti saya, tidak tau kabar keluarga itu
lagi, kalau mau tau kabar airin carilah kerumah ibunya" lanjutnya.
"baiklah,
terimakasih ya pak rahman" akupun berdiri dari tempat duduk itu. Berjalan
pulang dengan pikiran 'tak akan bertemu airin lagi'
***
Pada malam hari, aku
tak bisa tidur. Kuraih telfon genggamku, mencoba menelfon airin. Tapi di saat
yang sama telfon genggamku berbunyi, panggilan dari dimas.
"halo, Dila.. Kamu udah tidur ya.." dengan nada ramahnya aku
bayangkan posisi dimas yang sedang melamun di pinggir tempat tidurnya
"hmm, kamu
salah. Aku belum tidur. Aku nememin kamu yang sedang melamun disana Mas"
"loh kok kamu
tau aku lagi ngelamun"
"tau dong, aku
kan anak dukun. He he"
Hah, tidak.
Sebenarnya aku tau itu karna aku pernah main kerumah dimas. Dan saat lewat di
depan kamarnya dimas sedang melamun di ujung tempat tidurnya, bersandar pada
sebuah bantal dan memandangi dinding di depannya.
Entahlah aku tak
bisa melihat gambar siapa yang tertempel di dinding itu. Tapi kakaknya dimas
pernah cerita bahwa foto itu adalah seorang gadis yang paling membuat dimas
patah hati. Namanya jihan, cinta pertama dimas. 'Kalau lagi bosan, biasanya
dimas bengong sambil mandangin foto itu' begitu kata kakaknya dimas. Hi hi
"kamu kenapasih
dimas, tumben nelfon"
"gak, aku Cuma
bosen, udah dua hari rumahku sepi. Hanya ada kakak, seisi rumah pada liburan
tapi gue enggak diajak"
"trus,"
"ya, gue mau
kerumah lo boleh gak?"
"hah, serius kamu? Tumben banget!!
Jangan deh, jangan mas. Bahaya, udah malam ini" aku kaget. Karna
dimas bukan tipe orang yang suka bercanda tengah malam kayak gitu. Dari nadanya
sepertinya serius.
"oke dilaa..
Tunggu 5 menit, gue lagi caw langsung
kerumah lo. Keluar ya"
"hah"
'tutt…' telfon itu
mati dan aku makin tak bisa tidur.
5 menit kemudian,
sebuah sms masuk.
{dilaa, gue udah di
depan rumah kamu ni. Kalau kamu gak keluar aku teriak. Kuhituung sampai 3 ya
satu, dua , ti. .}
"Duh,"
dengan tergesa aku berjalan keluar rumah. Dimas berdiri disana, dekat pintu
gerbang dengan jaket merah dan kereta suzuki kebanggaanya. 'Dimas, ngapain sih
rese banget'. Sambil kupukul-pukul bahu dimas. Dimas hanya tertawa pelan.
"kan udah gue
bilang, gue lagi boring abis. Lagipula gue enggak punya teman yang rumahnya gak
terlalu jauh, jadi.."
Kupotong kata-kata
dimas.
"oke-oke jadi
sekarang kamu mau apa?"
"hmm.. Jalan-jalan yuk. Refreshing kita, sebelum
ujian 2hari lagi. Mau gak?"
'ih' kutendang kaki
dimas, namun dia berhasil mengelak tendangan itu
"gilak lo,
kalau ketahuan aku bisa dihajar sampe bonyok. Ide Dodol
gitu"
"wes, jadi gak mau nih. Apa gak ada cara lain,hm" mata dimas
tiba-tiba menatap dan mendekatiku. Pandangan yang selalu aku sukai, mata coklat
dan bening. Sinar lampu jalan terpantul di matanya. Ah, Rasanya aku tak bisa
menolak ajakan dimas.
"oke, tunggu
sebentar. Aku ambil jaket. Aku akan keluar diam-diam dari jendela dan mengunci
pintu kamarku. Tapi janji jangan pulang pagi ya"
"sip.. Dila.
Woles aja" sambil tersenyum dan mengacak-acak
rambutku.
"ih,apasih".. Kutangkis kembali tangan dimas
Akhirnya kami
menyusuri keheningan kota di malam hari.
Kau tau ini sudah
pukul 2malam. Suasana jalan kota penuh kerlip lampu dan jalanan begitu luas.
Berbeda dengan pagi hari yang selalu padat kendaraan dan macet.
Udara dingin terasa
menusuk tulang.
"oya, kabar
temanmu yang bisu itu bagaimana, bukannya sudah mau ujian?" tiba-tiba
dimas bertanya tentang airin.
"oh ya Tuhan aku lupa menceritakannya. Aku tadi tidak bisa tidur karna
sudah dengar kabar ayahnya airin ternyata sudah meninggal. Sekarang airin
tinggal sama mamanya, mereka sudah bercerai"
"astaga, jadi
airin anak korban broken home"
"ya begitulah.
Mas, aku ingat kata pak satpam. Rumah mamanya airin itu dijalan kasturi.kamu
tau itu dimana?"
"ya,
taulah.kalau tidak salah jalan kita Ini jalan menuju kesana. Tapi butuh 1jam
lagi untuk sampai kesana?"
"Yasudah kita
kerumah airin saja"
"serius,
malam-malam gini. emang kamu tau rumahnya?"
"enggak sih,
kita cari rumahnya pakai feeling aja"
"oke" dimas langsung melaju kecepatan lebih
kencang.
Udara yang kian
dingin membuatku memeluk punggung dimas. Punggung yang hangat dan nyaman.
aku tersenyum di
balik topi jaket yang kunaikkan.
Dan dimas tetap
fokus pada kecepatan kendaraannya.
Kau tau, ada hal
aneh yang terjadi begitu kusentuh tubuh dimas. Seakan ada sengatan Kecil yang
menyerang Perasaanku. Mungkinkah aku menyukainya.
Satu jam berlalu,
kami sampai di jalan Kasturi. Tempat ini memang sedikit Menyeramkan di malam
hari, karna sepanjang jalan kasturi aku bisa melihat banyak rumah berpagar
hitam dan berkarat.
Sampai tiba-tiba di
sebuah rumah, kulihat Sepasang sepatu
putih, mirip dengan sepatu yang pernah dipakai airin kesekolah.
"Stop, stop. Berhenti mas" kutepuk
bahu dimas agar dia mendengar ucapanku. Dan dimaspun berhenti.
"dilla, u know
we must finish here. So!"
"I feel this house.. Look. Airin house"
Ada sebuah pamplet
kecil berbentuk kotak, bertuliskan rumah diko. Kalau tidak salah ingat, diko
adalah nama adiknya airin. Tapi malam hari begini -kalaupun benar itu rumahnya.
dia pasti sedang istirahat.
'baiklah aku akan
coba menghubungi airin'. Ah, tapi percuma. Aku akan kirim sms.
{Airinn, aku lagi di
depan rumah kamu ni. Aku sama kak dimas, Kamu percaya kan.
Baiklah, kalau kamu gak keluar aku teriak. Kuhituung sampai 3 ya satu, dua,
ti...}
Sudah 5menit. Tapi
tak ada tanda. Sepertinya percuma saja, airin sama sekali tidak membalas
ataupun keluar dari rumahnya.
"mungkin lo salah rumah kali la, yaudadeh cabut yuk. Makin pagi dingin
nih" dimas kembali menggerutu.
Namun entah kenapa
hatiku mengatakan bahwa benar itu rumah dilla.
"tunggu lima
menit lagi mas" kembali kukirim sms pada dilla. {dilla,plizz.. Kamu harus
keluar. We here just for you ;(}
Sambil menunggu
ditengah keheningan, dimas merangkul bahuku dan kusandarkan kepalaku
dipundaknya.
'ckrek'
Suara pintu terbuka.
Dan seorang gadis berwajah manis keluar dari rumah itu.
"Airin"
ternyata perasaanku kali ini tidak salah. Itu benar rumah Airin. Tapi saat
mendekati pagar, ada sesuatu yang berbeda. Dimas langsung menyadarinya dan
menyentuh tanganku, memberi isyarat agar aku tidak berjalan ke arah gerbang
itu.
HAH.. Aku tercengang
dan Terbelalak Tak percaya.
Seketika Tubuhku
membeku dan wajahku Memucat. Gadis itu benar-benar airin. Tapi dia bukan airin
yang kukenal.
Rambut airin yang
hanya sebahu, sekarang menjuntai panjang hampir sepinggang. Wajahnya putih
pucat dengan tatapan mata yang kosong dan pilu. Baju yang ia kenakan berwarna
putih dan terang, semakin terang ketika
terkena cahaya bulan. Dan yang paling mengagetkan Airin tidak berjalan menapak
tanah. Ia melayang dan berhembus halus seperti angin.
'Shit' dimas
gemetar tak percaya menyaksikan apa yang
ia lihat dihadapannya.
Batin kami saling
berteriak Ketakutan "HANTU…………."
Serasa aku ingin
pingsan, tapi saat melihat betapa inginnya aku bertemu airin. Kukuatkan diriku
untuk tetap tersadar. Dan kutatap sekeliling, tak ada siapapun. Hanya dimas
yang juga terkaku disampingku.
"kak dimas ayo
kita pulang" kusambar tangan dimas
dan langsung kuambil alih mengendarai kereta. Kak dimas masih ketakutan melihat
pemandangan yang barusan. Tangannya dingin menyandar di bahu kananku. Kulajukan
keretaku dengan kencang melewati jalanan malam yang semakin tidak bisa
kupercaya.
Sesampainya
dirumahku, aku dan dimas masih sama-sama saling diam. Entah bagaimana cerita cerpen ini bisa menjadi horor. Bukankah ini
hanya tentang persahabatan !
Di depan pintu
gerbang rumahku, kak dimas tiba-tiba jatuh pingsan. Mungkin dia ketakutan
setengah mati. Dia pikir yang kami lihat tadi adalah Kuntilanak.
'ah.. Bikin repot
saja. Harusnya aku yang pingsan. Sial' aku bergumam dan mencoba berfikir. Apa
yang harus kulakukan.
Kulihat jam tanganku
sudah menunjukkan pukul empat pagi, dan kulongok jendela kamarku. Semua orang
masih terlelap dan tak menyadari jika aku tak berada di kamar. 'syukurr,
syukurr' sambil menepuk dada.
Sekarang kuparkirkan
kereta dimas di halaman tetangga. Supaya tidak ada yang curiga kututup kereta
itu pakai kardus bekas.
'Baiklah, tak ada
pilihan lain'. Kucoba memapah kak dimas masuk melalui jendela kamarku.
Ih..berat sekali.
'Mas, dimas, bangun
mas' sambil menepuk-nepuk pipinya. Kak dimas seperti sengaja ingin numpang
tidur, eh pingsan di kamarku. Kuambil minyak kayu putih dan menciumkannya
dihidung dimas, namun tak berhasil membangunkannya.
Aku terbengong dan
'ah.. Yang benar saja, kak dimas satu-satunya cowok yang pernah masuk ke
kamarku dan itupun dari jendela. Dan itupun dalam situasi seperti ini' gumamku.
Dan aku terus bergumam.
Kau tau, jika sudah
berdua begini. Tiba-tiba aku ingin mencium kak Dimas, entah pingsan atau tidur.
Tapi dia terlihat manis sekali jika sedang begini.
Kukuatkan nyali,
perlahan kudekatkan wajahku, kulihat
bibirnya yang manis dan… Ah.. Aku tidak berani. Ini picik sekali. Jika ingin
menciumnya setidaknya lakukan itu dalam keadaan Dimas sedang
tersadar.
Ya, akhirnya ku
urungkan niatku.
Yang menjadi masalah
sekarang Kenapa Airin bisa jadi hantu?
Padahal yang
meninggal itu bapakknya??
Tuh kan kamu
Penasaran??
Ya.. Tadinya aku mau
tulis kalau airin bunuh diri. Dan Mitha sama dimas, berusaha membongkar motif
di balik bunuh dirinya Airin, yang ternyata depresi memikirkan keluarganya yang
mulai Rusak.
Lalu airin dan Dimas
merasa saling suka, dan berpacaran. Ditutup dengan akhir cerita kelulusan. Dan
dimas akhirnya mencium Mitha lebih dulu.
Ya.. Kira-kira
begitulah kesimpulannya.
Saya yang ngarang
cerpen ini, udah cape karna tulisan ini
kagak kelar-kelar.
Jadi wasallam aja ye
:)