Karna aku mulai gendut, dan kau tak pernah mempermasalahkan itu. Karna itu aku menerima kehadiranmu.
Padahal sebelumnya sulit bagiku. Menerima nama baru, bahkan yang sudah pernah menorehkan masalah.
Aku bahkan pernah menjauhi seseorang hanya karna dia tak suka jika aku menyebut diriku dengan kata "AKU"
|
This Is Story Of my Friend |
Rambutnya hitam dan tebal, itu satu hal yang kuingat darinya.
Andi.
Dia selalu merangkul pundakku ketika kami berjalan bersama. dan itu membuatku selalu nyaman dengannya. Kasih sayangnya -mungkin- takkan terganti dengan sosok lain.
Kulitnya yang sawo matang, dengan senyumnya yang khas wajah pemuda batak. Tak jarang menjadi perhatian orang-orang disekitarku.
Khususnya bapak tua, pemilik tempat Kos yang saat ini kutinggali.
..
Namaku Sasya, dan aku adalah satu-satunya saksi pembunuhan Seorang Balita di dekat Tempat Tinggalku, Desa Namo rambe Kecamatan Deli serdang, Medan. Sumatera Utara.
Kejadian itu terjadi Pada Tanggal 14 Oktober 2011 silam.
Aku tak ingat jelas kejadian malam itu, Ketika andi tiba-tiba memutuskan untuk bekerja keluar kota.
Memintaku untuk bertemu dengannya dan menusuk hatiku dengan kata-katanya.
"Aku Harus Pergi Besok!"
Secepat ini ?
Setiba-tiba ini ?
Disaat aku begitu membutuhkanmu, Haruskah kau pergi.
Aku menangis tertahan, Isakan itu memadat di dadaku. ingin kukeluarkan amarah yang ada. Tapi aku takut terdengar orang lain, dan menyangka sedang terjadi sesuatu antara Andi dan aku. Jam sudah menunjukkan Pukul 2 Pagi.
"Sasya, tatap mataku. Berjanjilah kita akan terus bersama"
Andi mencoba memelukku, tapi kutangkis tangannya dan terdiam menatap sepatu kotor kami. Jalanan yang berlumpur, membuat sepatuku yang berwarna putih jadi Tampak Kecoklatan.
"Sudah, aku mau pulang"
Aku bahkan tak sanggup lagi menatap mata andi.
Kulangkahkan kakiku menuju Jarak 800meter ke arah Tempat Kos ku. Dan andi hanya menatap punggungku yang menjauh pergi, menghilang dibalik lampu jalan.
"Mama, aku ingin berjumpa mama"
Tak bisa kubayangkan jika andi pergi. Mama juga sudah setahun meninggalkanku, Saat Kanker Otak membuatnya harus menanggung Sakit sebelum kematiannya. Dan papa, Papa sibuk mengurus 4 orang adikku.
Hanya andi yang kupunya, Aku terlalu bergantung padanya.
Ayunan kakiku entah kenapa tiba-tiba membawaku kearah Pohon Rambutan yang jaraknya hanya 20 Meter dari Kamar Pemiliki Kos yang kutinggali.
Aku masih ingin menghabiskan sisa air mataku, sebelum kembali ke kamar.
Tapi tiba-tiba, saat ingin kembali melangkah, sebungkus kain putih menyandung sepatuku yang Kotor. Aku tidak menyadari apa isi kain putih itu, sedikit tenggelam diantara tanah yang bercampur lumpur Coklat. Memang akhir-akhir ini Hujan turun hampir setiap hari, membuat jalanan becek dimana-mana.
Tadinya Ingin kutinggalkan kain putih itu, Tapi sesuatu seakan memintaku untuk penasaran dengan isi kain putih itu. Sang angin juga tiba-tiba mendadak dingin menusuk tulang, aku merasakan ada hawa aneh disekitarku.
Dengan gerakan cepat kubuka kain itu. Tapi aku tidak jelas melihat karna malam hari yang minim cahaya. Akupun langsung mengambil Handphone di kantung bajuku, dan menyalakan senternya. Saat kuarahkan senter itu, Aku melihatnya tertutup lumpur seperti bentuk kepala manusia. Dua mata dan satu hidung itu tertutup hampir separuh lumpur.
Dengan Reflek Kutarik lagi seluruh kain putih itu, Berharap hanya wajah dari kepala Boneka.
Kain itupun terbuka, saat kutarik terasa berat dan mulai tercium bau amis. Tak diragukan lagi, Ini Mayat Bayi.
"SHITT"
Jantungku berdesir Cepat, Menyadari apa yang kulihat di depan mataku saat ini.
Bau amis darah, Bukan bau busuk atau bangkai. Aku yakin bayi ini Korban Pembunuhan. Fikiranku meracau, Ribuan tanya bergelayutan kepalaku. Kakiku terasa membeku ingin melangkah, aku berdiam di samping Mayat seorang bayi. Dan tak satupun manusia yang terlihat sejauh mata memandang.
Astagfirullah.. Subhanallaahh,.. Ya Allah Lindungi Hamba. Hamba tak tau apapun mengenai Mayat ini. Hamba tak tau harus berbuat apa sekarang.
Dalam hati yang menghangat seiring doa yang Kupanjatkan.
Sesuatu menggerakkanku untuk menghindari malam ini. Rasanya tak mungkin kuketuk pintu rumah orang dan mengadu telah menemukan Mayat bayi di jam 3 pagi. Bisa saja orang akan menuduh aku yang membunuh bayi itu.
Akhirnya dengan langkah seribu, aku kembali ke kamar Kosku. Letaknya di kamar pertama, diantara lima kamar kos lain yang berjejer. Hingga aku tak perlu hati-hati terdengar langkah kaki ketika menuju pintu.
Sampai dikamar, Kulepaskan sepatu dan mencuci muka. Memang tak ada kamar mandi di setiap kamar kos ini, tapi sebuah wastafel untuk cuci muka disediakan disetiap kamar. Tepat di depan kaca wastafel, Bisa kulihat bulir-bulir keringat dingin mengucur dari wajah dan leherku. Jantungku tak henti-hentinya berdesir was-was.
Kucaplok Handphone yang tergeletak di atas meja, Aku harus menghubungi seseorang. Tapi dari sekian banyak Search Number Phone, Hanya nama Andi yang seolah bisa kupercaya untuk menceritakan ini.
'ah, Tapi bagaimana. Andi saja akan pergi Besok'.
Untuk mengurangi ketakutan, kurebahkan badan di atas kasur dan kupeluk Boneka Doraemon kesayanganku. Entah kenapa aku begitu menyukai boneka doraemon, dan memeluknya setidaknya memberiku sedikit rasa nyaman.
Mataku terpejam, tapi fikiranku bergelanyut. Menebak-nebak, apakah ini hanya mimpi. Apa yang akan terjadi besok, atau siapakah sosok Bayi itu.
Tapi Setauku tak ada orang yang punya bayi disekitar Tempat kos ku ini.
-
"Allahu Akbar Allahu Akbar.."
Sudah jam 5 Pagi, dan adzan subuh berkumandang.
Tubuhku baru terasa Lemas dan capek. Disitu aku baru bisa tertidur.
Tok.. Tok.. Tokk..
Jam 10 Siang, Seseorang mengetuk pintu kamar dan membuatku langsung lompat untuk membukanya.
"Bangun Saa, udah siang ni... Ada rame-rame tuh diluar"
Suara Rene, teman kos ku menyapa.Rene sudah memakai baju kerjanya yang rapi dan siap berangkat. Mungkin melihat kamarku masih tertutup, rene berinisiatif membangunkanku.
"Oh iya Mbak"
Sambil kembali menutup pintu, Kuanggukkan senyum khas orang ngantuk ke arah rene.
'Diluar rame. Itu artinya yang kulihat tadi malam bukan mimpi. Ah.. tuhann..Lindungilah Aku..'
Sambil bergerutu sendiri, aku melangkah ke kamar mandi dan menanak nasi untuk perutku yang lapar.
Kulongok keluar kamar dan benar-benar ramai dengan orang-orang. Mereka Heboh dan berebut ingin melihat ke TKP.
Padahal Sebuah Garis Polisi sudah dipasang disekitar TKP, Dan mayat bayi itu sudah dibawa ke Rumah Sakit untuk Keperluan Otopsi.
Tidak ada yang tau identitas sang bayi.
Tapi tiba-tiba sesuatu berbisik padaku. Sidik jariku ada di Kain putih itu, jika diperiksa Polisi, dikamarku ada sepatu yang berlumpur, dan mirip dengan jejak kaki yang berdiri di samping mayat bayi itu.
DAMN.
Siapapun yang berbisik itu, Tolong jangan membuatku gemetar.
Akupun langsung berbalik ke Kamar dan meletakkan sepatuku di wastafel, Melumurinya dengan sabun colek, agar tidak mendapatkan Masalah apapun.
Sekitar jam 4 Sore, Suasana mulai tenang.
Sekarang terlihat beberapa wartawan berita meliput Tempat kejadian.
"Ditemukan sebuah Jejak Kaki, Tapi terhenti di 5 Meter jarak Mayat Tersebut"
Begitulah cuplikan kalimat yang dikatakan oleh salah satu pembawa berita.
Aku Bersyukur tak satupun orang yang menyadari atau berfikir jika aku ada di tempat itu pada malam sebelumnya.
--
Sudah satu minggu lebih, dan tak pernah terungkap siapa pelaku pembunuhan dan pembuangan Mayat bayi itu.
Akupun berusaha menepis semua ingatan buruk yang terjadi bersamaan dengan kepergian Andi.
Aku hanya merasa sedikit ada yang berbeda dengan kondisiku sekarang.
Aku sering merasa Dibisikkan oleh suara yang tak terlihat, hanya terdengar pelan. Dan Bapak tua pemilik tempat kos ku, belakangan ini sering menatapku dengan tatapan aneh.
Suara itu mengatakan bapak tua itu yang telah membunuh sang bayi.
Dan dia tau aku ada di tempat itu saat tak lama bayi itu dibuang.
Aku ingin mengabaikan Suara itu. Tapi Semakin kuabaikan, semakin Kuat keyakinanku bahwa suara itu adalah Kebenaran.
'..Andi.. Bantulah Aku Disaat seperti ini..'..
-- help me god --