Sesaat kami saling terdiam dan menikmati suasana yang kian sepi. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Beginilah, jika sedang bersama kami sering lupa waktu.
Restoran sudah mulai sepi, satu persatu pengunjung telah meninggalkan Restoran yang terkenal dengan sup ikan dan Kari pedasnya yang lezat ini.
“Maaf mas, kami sudah mau tutup”
Pegawai wanita itu pergi meninggalkan kami. Mungkin karna bukan malam minggu, Restoran tutup lebih awal dari biasanya. Bisa kulihat beberapa restoran yang berjajaran juga tampak sepi. Mirip suasana di Broadway beberapa tahun lalu, Tapi saat ini aku sedang berada di Jakarta untuk Tio.
Dengan hati-hati aku memapahnya keluar Restoran menuju mobil Xeniaku. Karna berada di bahu kiriku, aku kesulitan membuka pintu mobil dan menjatuhkan kunci. Tio terbangun dan langsung melepaskan tanganku.
“Boleh, lagian udah jam 2, masa mau anter kamu kerumah. Tapi besok kan kamu sekolah. Aku ngga punya baju sekolah sih”
“Aku udah Telfon tadi, Izin gak pulang mau nginep dirumah temen karna ada tugas sekolah”
“Baiklah yo. Kamu tidur lagi aja. Nanti kalau udah nyampe aku bangunin”
Tapi tio sudah tidak ada disana. Aku hanya mendengar suara air mendidih dari dapur. Akupun menuju kesana.
“Pagi, Rendi. Aku sudah buatkan sarapan untukmu” Tio menyapa begitu melihatku berjalan ke dapur.
“wah, Nasi Goreng. Kau seperti Istriku saja” Kulihat punggung Tio yang bidang dan kecil. Dia begitu lucu, aku tak bisa menahan diriku untuk memeluknya dari belakang.
Tio terkejut dan langsung membalikkan badannya.
“Kamu jangan buat kaget gitu” sambil menyambut pelukanku. Aku mencium keningnya.
“Siap Pangeran imut” lagi-lagi kugoda tio sambil menarik hidung kecilnya.
Tio hanya tersenyum dan pergi ke kamar mandi.
Tio sudah selesai mandi, Kupinjamkan dia baju yang ukurannya sedikit kecil, juga meminjamkannya Celana Dalam. Tio mengganti bajunya dihadapanku, aku memperhatikannya, dan itu selalu terasa mengagumkan bagiku.
Kebetulan aku juga dulu bersekolah, di Jurusan tekhnik. Aku tau betul rasanya menjadi tio. Dimana menyukai sesama diantara ratusan siswa cowok. Itu cukup menakutkan. Jika mereka tau, bukan hanya dibully, tapi juga dikucilkan habis-habisan.
“Aku sayang kamu rendi” Tio mengatakan itu sebelum turun dari mobilnya.
Walau ongkos yang kuterima kali ini tidak banyak, aku berniat ingin mentraktir tio makan, aku juga ingin membeli Jam tangan yang telah kutempah khusus untuk sepasang kekasih. Sedikit Noraksih, tapi sesekali aku ingin melakukan hal Cute seperti ini.
Kami pergi ke mini market makan 2 Porsi Hokben. Tio tidak pernah menampakkan kekesalannya padaku, meskipun kami seumuran. Tapi karna aku sekolah Sma di Singapur, Aku tamat sekolah 2 tahun lebih cepat dari Tio.
Dulu, aku orang yang pertama kali Jatuh Cinta pada Tio, dan Tio yang masih sangat polos. Entah kenapa Tio merasa sangat nyaman dan mencoba menerima kebaikan dan perhatianku.
Hingga hari ini kami sudah jalan 2tahun.
Hubungan ini Backstreet, Hanya Kami dan Sang Tuhan yang Tau.
Untuk pertama kalinya hari ini kuantarkan Tio pulang, Aku bertemu dengan ayahnya dan memperkenalkan diri sebagai temannya.
Dari foto-foto yang terpajang di Ruang Tamu , aku bisa melihat jika Tio telah dibesarkan dan dididik dengan baik oleh keluarganya. Ketiga saudara Tio adalah anak-anak berprestasi dan membanggakan, Tio juga sama.
Aku juga sempat masuk ke kamar Tio dan tidak mendapati satupun foto selain fotoku yang terpajang di bingkai kayu Meja belajarnya.
Terkadang, aku merasa sangat bersalah dan telah membawa pengaruh sangat buruk dalam hidup Tio. Tapi Tio tidak pernah ingin aku memikirkan hal semacam itu.
Tak terhitung berapa kali Tio mengatakan bahwa dia menyayangiku.
Saat aku pulang dari Rumahnya, Tio menyempatkan untuk memelukku diam-diam.
Dari pelukan itu bisa Kurasakan jika Cinta kami adalah cinta yang Tulus.
Ini Bukanlah Cinta Biasa, Meskipun Dunia tau ini Cinta Terlarang.
Aku tersenyum padanya yang tengah melambakan tangan, Kuputar Mobilku kembali kekediamanku.
Entah Sampai Kapan Cinta ini akan Bertahan..
*End