Featured Post

Worst today 001

July 08, 2014

catatan ku sebagai seorang anak


Umur gue sekarang 20tahun, ayah gue sekitar 45 dan ibu gue juga enggak jauh, 44tahun.
Gue sering lupa kalau ayah ibu gue sudah punya seorang cucu dari kakak gue yang pertama. Dan itu hampir gue lupakan setiap hari karna sifat ayah dan ibu yang begitu membaur bersama anak-anaknya. Maksudnya, ayah dan ibu gue tidak memiliki sifat 'tua' seperti layaknya kakek-dan -nenek pada umumnya. Mungkin bisa dibilang ayah ibu gue, memiliki jiwa muda.

Gue yakin, ibu gue adalah wanita yang akan awet muda dan berumur panjang. Karna selain hoby tertawa ibu gue itu sangat rajin bersilaturahmi dengan orang-orang.
Dan gue juga yakin, selayaknya ayah lain yang bijaksana. Ayah gue adalah orang yang akan dicintai oleh anak-anak dan cucunya kelak. Karna ayah, adalah sosok pria terbaik yang pernah gue kenal di muka bumi ini.

Gue sering berkata dalam hati 'Untuk ayah dan ibu gue. Selama ini gue harusnya lebih banyak berbakti pada mereka. Tanpa mereka gue enggak akan hidup sampai setua ini, sampai umur gue kepala '2'. Dan tanpa kemurahan hati mereka yang mau ngerawat gue sejak orok, gue tidak mungkin bisa tumbuh dengan baik dan sehat seperti sekarang ini. Bahkan untuk menulis catatan ini juga semuanya berkat orang tua gue. Tapi sayangnya tanpa sengaja dan gue sadari gue masih sering menyakiti hati mereka.

Kadang, kalau lagi melihat anak orang lain yang nasipnya kebetulan tidak seberuntung gue. Gue sering berkata pada hati kecil gue sendiri. Nih anak pasti dulu waktu dalam kandungan, kalau bisa menjawab, ketika ditanya Tuhan 'maukah kamu dilahirkan?'. Dan  jika dia tau, ketika dilahirkan nasipnya kurang beruntung. Maka si calon bayi pasti akan menjawab dengan tegas "LEBIH BAIK AKU TIDAK DILAHIRKAN, TUHAN".

Tapi nyatanya tidak seperti itu. Setiap bayi yang terlahir lemah tidak bisa menentukan, apakah dia ingin dilahirkan atau tidak. jika bayi itu sampai terlahir, tidak lain dan tidak bukan. Itu semua adalah kehendak dari ayah dan ibunya. Karna bayi hanyalah jiwa suci yang berkembang didalam keheningan ruang rahim, akibat perbuatan ayah ibunya.

Gue sangat kasihan pada orang tua, yang mengklaim anaknya sebagai anak haram. Karna tidak ada bayi yang terlahir membawa dosa. Yang haram itu perbuatan orang tuanya.

Lalu, akibatnya. Ratusan bayi terlahir di bumi -yang tidak atas kehendak orang tuanya- bayi itu akan tumbuh dengan kedaan yang kurang kasih, kurang sayang.

Dan gue merasa beruntung, even sangat-sangat beruntung. Kelahiran gue dikehendaki oleh ibu dan ayah gue -yang penuh kasih sayang. Gue dikasih makan sampe besar, gue disekolahin, dan gue diajarkan arti cinta dan kehidupan. Sampai gue enggak tau, apa artinya hidup susah.
Mungkin Karna alasan keberuntungan kelahiran gue itu, gue jadi berfikir untuk setiap bayi yang terlahir di bumi. Beruntung, atau tidak. Orang tua  mereka adalah satu-satunya alasan kelahiran sang bayi. Dan sudah seharusnya, setiap orang tua memiliki tanggung jawab penuh, sebagai orang yang menginginkan bayi itu Lahir.

 Karna orang tua, yang melahirkan gue adalah mereka yang punya tanggung jawab dan kesabaran tinggi dalam memperjuangkan kehidupan gue, anaknya.

Ya, ketika gue berfikir.  Gue mulai dewasa seiring waktu. Dan otomatis ayah dan ibu gue akan semakin tua.
Gue bukan lagi bayi beruntung, yang segalanya dipertanggung jawabkan oleh ayah dan ibu gue.  Gue sudahh tumbuh menjadi 'semi manusia'. Yang perlahan-lahan akan memiliki tanggung jawab. Khususnya, tanggung jawab untuk diri sendiri.

Terimakasih untuk ayah dan ibu gue. Ibarat kata, jika seluruh samudra isinya emas. Mungkin emas itu takkan cukup membalas budi baik mereka buat kehidupan gue selama ini.
*hiks.. Hiks..