Umur
gue sekarang 20tahun, ayah gue sekitar 45 dan ibu gue juga enggak jauh,
44tahun.
Gue
sering lupa kalau ayah ibu gue sudah punya seorang cucu dari kakak gue yang
pertama. Dan itu hampir gue lupakan setiap hari karna sifat ayah dan ibu yang
begitu membaur bersama anak-anaknya. Maksudnya, ayah dan ibu gue tidak memiliki
sifat 'tua' seperti layaknya kakek-dan -nenek pada umumnya. Mungkin bisa
dibilang ayah ibu gue, memiliki jiwa muda.
Gue yakin, ibu gue adalah wanita yang akan awet muda dan berumur panjang. Karna selain hoby tertawa ibu gue itu sangat rajin bersilaturahmi dengan orang-orang.
Gue yakin, ibu gue adalah wanita yang akan awet muda dan berumur panjang. Karna selain hoby tertawa ibu gue itu sangat rajin bersilaturahmi dengan orang-orang.
Dan
gue juga yakin, selayaknya ayah lain yang bijaksana. Ayah gue adalah orang yang
akan dicintai oleh anak-anak dan cucunya kelak. Karna ayah, adalah sosok pria
terbaik yang pernah gue kenal di muka bumi ini.
Gue
sering berkata dalam hati 'Untuk ayah dan ibu gue. Selama ini gue harusnya
lebih banyak berbakti pada mereka. Tanpa mereka gue enggak akan hidup sampai setua
ini, sampai umur gue kepala '2'. Dan tanpa kemurahan hati mereka yang mau
ngerawat gue sejak orok, gue tidak mungkin bisa tumbuh dengan baik dan sehat
seperti sekarang ini. Bahkan untuk menulis catatan ini juga semuanya berkat
orang tua gue. Tapi sayangnya tanpa sengaja dan gue sadari gue masih sering
menyakiti hati mereka.
Kadang,
kalau lagi melihat anak orang lain yang nasipnya kebetulan tidak seberuntung
gue. Gue sering berkata pada hati kecil gue sendiri. Nih anak pasti dulu waktu
dalam kandungan, kalau bisa menjawab, ketika ditanya Tuhan 'maukah kamu
dilahirkan?'. Dan jika dia tau, ketika
dilahirkan nasipnya kurang beruntung. Maka si calon bayi pasti akan menjawab
dengan tegas "LEBIH BAIK AKU TIDAK DILAHIRKAN, TUHAN".
Tapi
nyatanya tidak seperti itu. Setiap bayi yang terlahir lemah tidak bisa
menentukan, apakah dia ingin dilahirkan atau tidak. jika bayi itu sampai
terlahir, tidak lain dan tidak bukan. Itu semua adalah kehendak dari ayah dan
ibunya. Karna bayi hanyalah jiwa suci yang berkembang didalam keheningan
ruang rahim, akibat perbuatan ayah ibunya.
Gue
sangat kasihan pada orang tua, yang mengklaim anaknya sebagai anak haram. Karna
tidak ada bayi yang terlahir membawa dosa. Yang haram itu perbuatan orang
tuanya.
Lalu,
akibatnya. Ratusan bayi terlahir di bumi -yang tidak atas kehendak orang
tuanya- bayi itu akan tumbuh dengan kedaan yang kurang kasih, kurang sayang.
Dan
gue merasa beruntung, even sangat-sangat beruntung. Kelahiran gue dikehendaki
oleh ibu dan ayah gue -yang penuh kasih sayang. Gue dikasih makan sampe besar,
gue disekolahin, dan gue diajarkan arti cinta dan kehidupan. Sampai gue enggak
tau, apa artinya hidup susah.
Mungkin
Karna alasan keberuntungan kelahiran gue itu, gue jadi berfikir untuk setiap
bayi yang terlahir di bumi. Beruntung, atau tidak. Orang tua mereka adalah satu-satunya alasan kelahiran
sang bayi. Dan sudah seharusnya, setiap orang tua memiliki tanggung jawab
penuh, sebagai orang yang menginginkan bayi itu Lahir.
Karna orang tua, yang melahirkan gue adalah
mereka yang punya tanggung jawab dan kesabaran tinggi dalam memperjuangkan
kehidupan gue, anaknya.
Ya,
ketika gue berfikir. Gue mulai dewasa
seiring waktu. Dan otomatis ayah dan ibu gue akan semakin tua.
Gue
bukan lagi bayi beruntung, yang segalanya dipertanggung jawabkan oleh ayah dan
ibu gue. Gue sudahh tumbuh menjadi 'semi
manusia'. Yang perlahan-lahan akan memiliki tanggung jawab. Khususnya, tanggung
jawab untuk diri sendiri.
Terimakasih untuk ayah dan ibu gue. Ibarat kata, jika seluruh samudra isinya emas. Mungkin emas itu takkan cukup membalas budi baik mereka buat kehidupan gue selama ini.
*hiks.. Hiks..
Terimakasih untuk ayah dan ibu gue. Ibarat kata, jika seluruh samudra isinya emas. Mungkin emas itu takkan cukup membalas budi baik mereka buat kehidupan gue selama ini.
*hiks.. Hiks..