Featured Post

Sakit

March 26, 2021

Kabar, Meninggalnya Nenek

Haii..

Hari ini ada berita Duka yang terjadi “masih” seperti mimpi. Saat mama tidak pulang kerumah, dan membiarkanku tidur berdua dengan putriku. Dan ketika pintu rumah diketuk wak Budi jam setengah 2 pagi.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.. Segala milikNya akan kembali padaNya.
Satu-satunya Nenek yang kupunya telah dipanggil oleh yang Kuasa jam 1 dinihari tadi.
Ingin rasanya menangis keras, tapi ketabahan hati ini telah kurengkuh demi putri kecilku. Aku tak ingin energi yang ada habis untuk menangis. Kujaga perasaanku agar tidak Stress.

Subuh menjelang pagi, aku dan suamiku datang kerumah mbah. Rumah yang biasanya kumasuki setiap hari karna beraktifitas di sana. Rumah yang di dalamnya selalu ada sosok mbah dan suaranya yang takkan terganti. Yang disetiap sudut ruangannya mengandung ‘Mbah’.

Aku menatap mbah tak begitu lama-lama, karna putri  kecilku sedang kutinggalkan dirumah. Kupeluk tubuh mbah yang masih terlihat seperti tertidur, raut wajahnya putih pucat, tak lagi terlihat rona ‘beban’ di wajahnya.
Aku ingat saat masih Gadis aku tidur disamping mbah menemaninya.
Terkadang ia minta dipijit, mengeluhkan rasa sakit di tubuhnya. Menceritakan pengalaman hidup yang ia bisa bagikan padaku. Atau hanya sekedar membahas masalah kecil ‘besok mau masak apa?’

Nanti, seiring waktu, akan semakin banyak kenangan bersama Mbah yang terlintas difikiranku.
Aku akan semakin rindu, dan sayang sama Mbah. Dan satu-satunya cara untukku berkomunikasi dengan mbah, saat ini adalah dengan DOA.

Sepeninggalnya mbah, Tidak ada pertanda dan firasat apapun yang kurasakan.

Tapi kedatangannya ke Rumah di pagi hari –tadi-, masih terngiang jelas di ingatanku.
Aku bahkan gak mengajak mbah bicara sepatah katapun.
Aku bahkan tidak menatap wajah mbah yang tengah duduk di ujung tempat tidur mama.
(kelak, ini akan kusesali di kemudian hari, karna ini adalah hari terakhir aku bisa bertemu mbah semasa hidupnya)

Aku ingat kata-katanya, saat bilang ‘Ndi raine ra ketok’ sambil mendekatkan wajahnya ke wajah anakku.
Dan kalau tak salah ingat, mbah sempat menggendong putri  kecilku sebelum mama memandikannya.

Ya Allah, kehadiran mbah dirumahku pagi itu, seolah ucapan selamat tinggal secara tidak langsung.
Ingatanku melayang soal anak-anak mbah yang selalu bikin mbah susah dan kepikiran. Pembicaraan singkat itu terlontar juga bersama mama.
Kufikir, mama satu-satunya anak yang sudah bisa menyenangkan mbah walau tak sepenuhnya.

Nenek Jumiah

Semoga mamaku tabah dan sabar menerima kenyataan kini kedua orang tuanya Telah pergi ke Rahmatullah.

Ya, Aku sendiri sudah Ikhlas, karna ini sudah takdir Allah.
Semua yang terjadi tak ayal adalah jalan terbaik . Sudah cukup bagi Mbah merasakan sakit, dan beban pikiran yang diakibatkan oleh anak-anaknya.

Semoga Amal Ibadah mbah diterima oleh Allah, diampuni segala dosanya dan ditempatkan di tempat terbaik disisinya. Amin

--

Sewaktu di rumah, kakak tertua papa dan karib-karibnya suamiku datang.

Wak uwas memberiku banyak pesan penting untukku sebagai Ibu. Menyadarkanku bahwa Asi adalah yang terbaik. Dan mulai hari ini aku harus semangat memberikan asiku pada bayiku.

Dan juga hari ini adalah hari pertama aku memandikan anakku. Dia tidak menangis sedikitpun, membuatku merasa lega.

Suamiku tak banyak membantuku mengurus Baby. Tapi kehadirannya disisiku rasanya sudah lebih dari cukup. Karna aku mencintainya, dan biar bagaimanapun aku Membutuhkannya.