15 Hari sudah berlalu sejak hari pertama aku melahirkan putri kecilku, dan hari ini badanku terasa berat, berharap dikusuk seluruh badan, tapi batal karna tidak ada yang bisa menjemput si nenek tukang kusuk.
Suamiku pergi ke siantar, menjadi supir untuk keluarga besar mama ‘syukuran ke rumah baru citra’.
Dan mamaku –kau tau- semua hal sudah cukup repot ditanganinya sendirian. Dan aku hanya harus pengertian, karna tanpanya, banyak hal yang tidak bisa tertangani dalam keluarga besar ini.
Well, aku belum pernah sekalipun memandikan anakku, aku masih butuh banyak sekali belajar dalam merawat bayi.
Suamiku, bukan Sesuatu yang bisa diharapkan dapat membantu banyak dalam menjaga anak bayi kami, sampai terkadang aku berfikir benarkah memiliki bayi ini lebih menjadi beban buatnya, dibanding menjadi sebuah kebahagiaan.
Aku bersyukur mama mau membantuku merawat putri kecilku, sekarang hanya ada 3 malaikat dalam hidupku. Mama, Putri Kecil dan juga suamiku.
Kalau papa, aku tidak tau kenapa, dia seolah sudah berhenti menjadi pahlawanku sejak aku menikah dengan suami yang tidak sesuai dengan harapan besarnya.
Aku tidak nyaman setiap kali mendengar suara kereta papa pulang kerumah. Dan sifatnya yang tidak bisa ditebak, plin plan setiap kali berjumpa, membuatku bingung harus senang atau tidak jika mengahadapinya setiap kali ia pulang kerumah.
--
Suamiku, aku masih mencintainya, masih menyukai ekspresi lembutnya ketika sedang tidur itu.
Tapi entah kenapa, nasehat orang tuaku membuatku berfikiran buruk tentangnya soal kepeduliannya sejak aku punya anak bayi.
Ya, suamiku memang gak punya pendidikan tinggi, dia kolot, bodoh dan tidak sopan untuk banyak hal. Terkadang dia bisa berakting dan bersikap normal di depan papa, tapi akan kembali menjadi kurang dididik ketika hanya berdua berhadapan denganku. Dia bilang, dia suka menjadi dirinya yang bebas dan tidak dilarang ini itu begitu.
Tapi well, hidup ini kan ada aturannya, ingin sekali rasanya mengajarinya banyak hal soal aturan dalam menjalani hidup. Tapi itu seolah diluar kesanggupannku, jika aku memaksakannya, yang ada aku hanya akan sakit hati sendiri. Memintanya melakukan sesuatu atau memerintahnya, seolah lebih baik aku lakukan sendiri saja semua hal itu.
Aku tau ini semakin lama akan memanjakannya, membuatnya lupa akan sedikit tanggung jawabnya dalam membantu istri, tapi tak mengapa, karna aku mencintainya, dan selama ini –sebelum bertemu dengannya- aku sudah banyak berbuat hal yang mengecewakannya. Mungkin inilah saatnya aku mencuci Dosa dengan baktiku pada suami.
Hanya dengan Doa, aku berharap bantuan dari Allah, agar sifat dan Watak buruk dari suamiku bisa diubah perlahan-lahan, sedikit-sedikit demi menjadi permanen kedepannya. Amin Ya Rabb..
Dan special untuk putri kecilku, Semakin hari dia semakin Cantiik sekali..
Aku ingin dia selalu sehat, dan tumbuh dengan baik tanpa ada kekurangan sedikitpun. Amin..
Mama Sayang Kamu, Micherr, Jauh sebelum kau Ada.