Tidak banyak yang bisa kuharap. Laki-laki tidak berpendidikan dan kurang sopan santun seperti kau.
Hanya ibadah mu yang sedikit bisa kusyukuri.
Aku tidak boleh kecewa berlebihan agar terbuka pintu rezekimu. Setidaknya kau sudah berusaha memenuhi kebutuhan keluarga kecilmu. Patut disyukuri walau tak seberapa, karena hanya sebatas itu kemampuan mu.
Terkadang, ingin kembali meledak emosi ini. Tapi logika masih harus terjaga di kepala. Putri kecilku butuh ayahnya. Lingkungan ku harus menjaga mata orang-orang fasik, dan menutup mulut orang-orang syirik ( dengan adanya suami disampingku).
Ya. Well.
Kesabaranku ada karna hatiku ada Allah. Aku harus selembut tetesan air, samai bisa melubangi hatimu yang terlanjur keras -seperti bongkahan- batu.
Semoga aku bisa sesabar ayahku pada sosok istri dan anaknya, kelak.
Semoga tak ada perceraian, meski setan kerap kali mewujudkan perpisahan antara aku dan suami.
Hidup terus berlanjut, banyak yang masih harus diperjuangkan.
Sedikit solusi, mungkin dengan mengurangi rasa suka dan cintaku pada CiptaanNya.