Terkadang Kita
terlalu naif berbicara dan mengakui kesalahan
Padahal diluar sana,
Ribuan orang mampu
menghindari kesalahan-kesalahan yang sama
Tanpa saya sadari,
kesukaan saya pada film bertema gay telah membuat saya banyak mendownload film
dan video berbau gay. Seperti yang pernah saya katakan di sini.
Pada akhirnya
sesuatu yang sudah menjadi keasyikan tersendiri bagi saya ini. Tanpa saya
mengerti, perlahan lahan sudah meracuni otak saya.
Begini, Memiliki
Orientasi gay memang hak setiap individu, dan kita tidak berhak menghakimi.
lalu apa jadinya jika mereka -para gay- mempublikasikan orientasinya lewat
media dan menampilkannya lewat film-film yang bertema apik. Ya, tentu saja itu
menarik minat saya untuk menonton.
Seperti ketiga film ini :
Suicide room |
judas kiss |
Querr as folk |
Saya sudah
menonton ketiga film diatas sampai ending, dan saya mengagumi semua jalan cerita di film ini.
Khusus untuk film querr as folk, saya sampai menangis dangdut waktu nontonnya.
Selalu Ada cinta
berbeda yang dihadirkan di sana.
…
Selama ini saya
memang punya waktu berjam-jam untuk menghabiskan waktu di depan laptop. Saat
kedua orang tua sedang beraktifitas diluar. Sudah menjadi kebiasaan saya yang masih pengangguran ini selalu menghabiskan waktu di rumah sendiri.
Dengan berbagai aktifitas yang itu-itu saja.
Lalu bermodalkan
modem, saya sering meluncur di internet untuk menonton banyak squel, salah
satunya squel film gay.
awalnya saya menikmati semua film itu. Hingga
film-film yang tidak menghadirkan realita itu seakan memberi keyakinan pada
pemikiran saya bahwa semua yang terjadi dalam film adalah sebuah realita.
Maksud saya begini,
karna terlalu tenggelam dalam cerita film, saya sampai tidak menyadari bahwa
isi dari film-film di atas adalah arahan dari sutradara. Saya sudah sulit
berfikir jernih jika melihat pemandangan yang sama seperti yang saya lihat di
film.
Jika dalam kehidupan
gay nyatanya mereka sangat tertutup. Maka di dalam film, tak ada yang mereka
tutupi sama sekali dari keluarga maupun masyarakat. Dan inilah yang membuat
pandangan saya tak lagi jernih.
Ketika melihat
seorang cowok berkulit putih, berpakaian ketat, rapi dan wangi, maka saya
langsung berasumsi cowok itu adalah gay. Dan yang lebih parah jika melihat
sepasang cwok sedang akrab, maka saya berfikir mereka adalah gay.
Sialannya lagi
pikiran semacam ini tak bisa saya cegah karna teracuni oleh film-film yang saya
tonton. Kadang saya mengabaikannya, tapi setiap kali pemikiran ini mucul.
Semakin lama saya jadi kian risih.
Hingga suatu waktu
saya membaca sebuah buku motivasi yang ditulis oleh seorang pengusaha sukses
yang dulunya adalah bocah gelandangan, pecandu narkoba.
Namanya anton (bukan
nama sebenarnya). Anton memiliki bulan kelahiran yang sama denganku, sekilas
biografi hidupnya juga mirip denganku, anton bilang 'nafas ini saja anugrah,
selama masih bisa bernafas, berhentilah mengeluh pada keadaan, hiduplah dengan baik
agar ketika mati kita tak pernah sia-sia hidup di dunia ini'. Dan kata itu
membuka hati saya. Banyak motivasi dari anton yang secara tak langsung membuat
saya malu. Kenapa dalam keadaan yang jauh lebih baik, saya meracuni sendiri
fikiran saya dengan film2 bertema perusakan moral.
Meskipun tak ada
yang tau, tapi saya tetap merasa malu pada kedua orang tua, masyarakat dan
khususnya pada Tuhan. Kadang saya masih merasa kekurangan ini dan itu, saya
juga sering menyalahkan banyak hal yang pada dasarnya tidak perlu
dipersalahkan.
Sayapun menelan
bulat-bulat semua kata motivasi yang mendorong saya untuk hidup lebih baik.
akhirnya secara
ikhlas saya mendelete semua koleksi film saya. Dan mungkin jika saya bisa
berhenti meracuni otak saya lagi.
Saya akan jadi orang
hebat seperti anton juga.
Amin