Featured Post

Sakit

June 30, 2013

So, bagaimana dengan film gay !

Terkadang Kita terlalu naif berbicara dan mengakui kesalahan
Padahal diluar sana,
Ribuan orang mampu menghindari kesalahan-kesalahan yang sama

Tanpa saya sadari, kesukaan saya pada film bertema gay telah membuat saya banyak mendownload film dan video berbau gay. Seperti yang pernah saya katakan di sini.

Pada akhirnya sesuatu yang sudah menjadi keasyikan tersendiri bagi saya ini. Tanpa saya mengerti, perlahan lahan sudah meracuni otak saya.

Begini, Memiliki Orientasi gay memang hak setiap individu, dan kita tidak berhak menghakimi. lalu apa jadinya jika mereka -para gay- mempublikasikan orientasinya lewat media dan menampilkannya lewat film-film yang bertema apik. Ya, tentu saja itu menarik minat saya untuk menonton.

Seperti ketiga film ini :
Suicide room

judas kiss

Querr as folk


Saya sudah menonton ketiga film diatas sampai ending, dan saya mengagumi semua jalan cerita di film ini. Khusus untuk film querr as folk, saya sampai menangis dangdut waktu nontonnya.
Selalu Ada cinta berbeda yang dihadirkan di sana.

Selama ini saya memang punya waktu berjam-jam untuk menghabiskan waktu di depan laptop. Saat kedua orang tua sedang beraktifitas diluar. Sudah menjadi kebiasaan saya yang masih pengangguran ini  selalu menghabiskan waktu di rumah sendiri. Dengan berbagai aktifitas yang itu-itu saja.

Lalu bermodalkan modem, saya sering meluncur di internet untuk menonton banyak squel, salah satunya squel film gay.
 awalnya saya menikmati semua film itu. Hingga film-film yang tidak menghadirkan realita itu seakan memberi keyakinan pada pemikiran saya bahwa semua yang terjadi dalam film adalah sebuah realita.

Maksud saya begini, karna terlalu tenggelam dalam cerita film, saya sampai tidak menyadari bahwa isi dari film-film di atas adalah arahan dari sutradara. Saya sudah sulit berfikir jernih jika melihat pemandangan yang sama seperti yang saya lihat di film.
Jika dalam kehidupan gay nyatanya mereka sangat tertutup. Maka di dalam film, tak ada yang mereka tutupi sama sekali dari keluarga maupun masyarakat. Dan inilah yang membuat pandangan saya tak lagi jernih.
Ketika melihat seorang cowok berkulit putih, berpakaian ketat, rapi dan wangi, maka saya langsung berasumsi cowok itu adalah gay. Dan yang lebih parah jika melihat sepasang cwok sedang akrab, maka saya berfikir mereka adalah gay.

Sialannya lagi pikiran semacam ini tak bisa saya cegah karna teracuni oleh film-film yang saya tonton. Kadang saya mengabaikannya, tapi setiap kali pemikiran ini mucul. Semakin lama saya jadi kian risih.

Hingga suatu waktu saya membaca sebuah buku motivasi yang ditulis oleh seorang pengusaha sukses yang dulunya adalah bocah gelandangan, pecandu narkoba.
Namanya anton (bukan nama sebenarnya). Anton memiliki bulan kelahiran yang sama denganku, sekilas biografi hidupnya juga mirip denganku, anton bilang 'nafas ini saja anugrah, selama masih bisa bernafas, berhentilah mengeluh pada keadaan, hiduplah dengan baik agar ketika mati kita tak pernah sia-sia hidup di dunia ini'. Dan kata itu membuka hati saya. Banyak motivasi dari anton yang secara tak langsung membuat saya malu. Kenapa dalam keadaan yang jauh lebih baik, saya meracuni sendiri fikiran saya dengan film2 bertema perusakan moral.

Meskipun tak ada yang tau, tapi saya tetap merasa malu pada kedua orang tua, masyarakat dan khususnya pada Tuhan. Kadang saya masih merasa kekurangan ini dan itu, saya juga sering menyalahkan banyak hal yang pada dasarnya tidak perlu dipersalahkan.

Sayapun menelan bulat-bulat semua kata motivasi yang mendorong saya untuk hidup lebih baik.
akhirnya secara ikhlas saya mendelete semua koleksi film saya. Dan mungkin jika saya bisa berhenti meracuni otak saya lagi.
Saya akan jadi orang hebat seperti anton juga.
Amin