Featured Post

Sakit

September 06, 2023

Terlahir Sampah

Kadang aku bertanya, Apa boleh aku jalani hidup senyaman ini ?

Ternyata jawabannya "tidak juga".


Ada saat sebuah pertengkaran kembali terjadi.

Mungkin, agar aku kembali sadar akan posisi.


Posisi diri yang seolah dilahirkan hanya untuk dibuang.

Ya, dibuang layaknya sampah tak berguna.


Suamiku adalah seorang manusia yang telah memungut sampah itu, dan menatanya kembali agar terlihat lebih berharga.

tapi terkadang -seperti hari ini-, suamiku juga yang mengingatkan aku, jika aku berasal dari sampah.


Bukan tanpa pemikiran dan asal jeplak. 

Bukan juga karna tak menghargai diri sendiri, sampai dengan entengnya kusebut diriku sampah.


Tapi menilik pada kisahku dulu, aku memang selalu 'digunakan' dan diabuang ketika tinggal ampas.

PERSIS SAMPAH.


Aku bukannya tak menyesal.

Berulang kali aku coba bangkit.

Tapi -seperti- ditakdirkan, sampah tetaplah 'sampah' hanya untuk dibuang ke tempatnya yang semestinya.


Mama, dia adalah orang pertama yang memperlakukanku seperti sampah. Tidak sampai membuangku, tapi perkataannya yang selalu menghinaku

seolah menegaskan jika aku adalah sampah -yang-tak-punya-perasaan-.


Lalu, Cinta pertama. Sosok pertama yang membuka hati dan perasaanku.

Dia juga sudah membuangku seperti sampah, tanpa pernah memikirkan jika sebelum membuangku, dia telah memberikan nilai tertinggi pada harga diriku.

Menawarku dengan harga tertinggi hingga aku merasa seperti intan permata dimatanya.

Tapi saat intan permata itu, menginginkan dihargai dalam arti sebenarnya.

Dia malah membuangku begitu saja.


Aku terluka dan berdarah dari dalam.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk menempelkan perban dan kapas pada luka yang terkoyak itu.


Lalu, saat luka itu mulai sembuh.

Akupun mulai menata mimpi untuk masa depanku.

Karna sesampah apapun aku diperlakukan, aku tetap punya hati dan perasaan sebagai manusia.


Dan lagi-lalu lagi.

Kejadian demi kejadian, kembali menyadarkan jika aku memang pantasnya dibuang.

Mungkin kali ini karna sudah 'sering' berulang, aku tak terlalu kebauan dan sakit saat terlempar dalam tong sampah.

akupun terbiasa, dan mengobatinya hanya butuh hitungan hari.

Sembari tetap waspada, jika di masa yang datang sesuatu terjadi dan aku kembali terbuang.