Suamiku adalah anak ke 6 dari 6 bersaudara.
Dari semua kakak dan abang kandungnya –semuanya sudah berumah tangga-, tapi hanya anak pertama yang bernama bg yusri yang keluarganya tampak baik-baik saja.
Next ke anak kedua yang sudah almarhum, dan meninggalkan satu anak dan satu istri. Mantan istrinya sendiri sudah menikah dan mempunyai anak lagi.
Anak yang ke3, adalah seorang napi.
Anak ke 4, adalah kakak perempuan dengan 6 orang anak.
Anak ke 5, adalah kakak perempuan juga yang punya 3 orang anak, 2 diantaranya
adalah anak dari laki-laki yang belum menikahinya.
Dan suamiku adalah anak terkecil diantara mereka semua.
--
Aku sendiri tidak mengenal sosok mertua, karna yang laki-laki sudah almarhum
sejak usia suamiku 3 bulan, dan yang perempuan sudah amarhumah sejak tahun
2015. Sedang aku dan suami baru bertemu di tahun 2020.
Saat kami menikah, tidak banyak keluarga dari suamiku yang
datang. Mereka yang datang hanya mewakili saja. Karna saat itu lagi darurat
Covid19.
Disebabkan itu banyak saudara dan keluarga besar dari pihak suamiku yang tidak
kukenali. Yang bahkan baru kujumpai saat anakku sudah lahir.
Tapi baru-baru ini, ada sebuah acara resepsi yang kudatangi
dan dipenuhi oleh sanak saudara dari pihak suamiku.
Mereka sangat jauh berbeda dengan keluarga yang biasanya kutemui
dilingkunganku. Yang pertama karna beda suku, suami suku mandailing. Sedangkan
aku suku jawa.
perbedaan bahasa dan adat terlihat, membuatku canggung.
Mereka juga bukan keluarga alim ulama, seperti keluarga dari pihak papaku. Tapi sedikit begajulan dan protagonis.
Mereka menerima kedatangan dan bergabungnya aku disana. Meskipun suamiku juga berkata “tidak mau terlalu dekat”.