Featured Post

Come and Go

November 09, 2023

Filosofi keuangan setelah jadi mak emak

 Belakangan otakku agak beku.
Apakah faktor umur, atau karena lingkungan, entah juga karena "mulai jarang diasah".

Dulu, waktu gadis aku sering baca buku, majalah, novel, everything.
Jadi kalau mau nulis atau dan numpahin kata-kata di blog itu gampang-gampang saja.
Maksudnya, gak susah milih kata, diksi, pribahasa, atau gaya bahasanya.
Ya, ngalir aja kayak aliran sungai.

Kalau sekarang, karna sering ngabisin waktu ngurus rumah, anak dan suami.
Otakku jadi terasa kurang asupan. Karna bacaan yang paliing sering dibaca adalah Webtoon.
haha

Jadi, kalau mau nulis agak susah merangkai kata.
Kadang, kalau baca postinganku dulu, yang 'lagi serius' serasa baca postingan orang lain.
Karna aku tidak menyangka di masa itu mampu menulis sekeren itu.

==
Btw, mumpung lagi nulis disini.
Aku mau cerita soal perjuangan suamiku ngumpul  uang.

Suamiku memang bukan orang berpendidikan, jadi soal kerjaan gak milih-milih. Apapun kerjaan yang ada akan dilakoni sedemikian rajinnya.
Tapi karna cuma bermodalkan SIM, Suamiku hanya bisa mengandalkan skill 'bawa mobilnya' saja.
Gaji pokoknya sendiri, 120ribu sehari.

Itulah yang dia bagi 400ribu tiap minggu untuk belanja kebutuhan keluarga.
100 ribu akan dibawa di dompet untuk uang minyak.
Sisanya, itulah yang selalu diharapkan untuk ditabung dan membeli barang impian kami.

Tapi di tengah kebutuhan hidup yang kian mahal. Ada saja hal lain diluar 'kebutuhan belanja' yang harus kami keluarkan. (yang tak bisa dilewatkan adalah kebutuhan beli paket internet).

Misalnya, ada hajatan dan kami dapat undangan, mau tidak mau mengeluarkan uang tambahan untuk 'ngamplop'. atau ada sanak saudara yang kemalangan dan butuh bantuan.
Atau juga ada barang yang rusak (ganti oli kendaraan), yang mau tak mau juga akan keluar uang untuk servis. dan lain-lain dan lain-lain.

Yang pada akhirnya, Seirit dan sehemat yang diupayakan. Tetap berada dalam kata 'cukup'. Gak ada lebih buat ditabung. Tapi syukurnya Gak Kurang.

Anakku sendiri, karna masih 1. Aku selalu berupaya biar kebutuhannya gak kurang.
Mulai dari pempers, minum susunya, bahkan cemilannya.
Karna kalau makan nasi kurang suka, anakku seringnya ngemil dan ngemil. Jadi uang belanja memang sudah kukususkan untuk beli biskuit atau roti, buat cemilannya.

Kebiasaan ini memang membuat uang belanja jadi lebih susah dihemat, tapi dibanding anak yang kurang isi perutnya karna makan nasi cuma mau tiga suap. Akhirnya kulakukan teknik ini saja, karna cemilan roti dan biskuit juga cukup mengenyangkan.

Kembali lagi sama impianku dan suami.
Berhubung kami tidak mendapat warisan dari orang tua (lagipula tidak mengharapkan itu).
Kami ingin membeli dan mengupayakan apapun barang impian kami, terbeli -hasil dari jerih payah - kami sendiri.

Karna alasan "menjaga anak" aku memang belum bisa mencari uang tambahan.
Satu-satunya pemasukan kami ya gaji supir suamiku tadi.

Tapi biarpun begitu, bermimpi dan punya impian itukan sah-sah saja.

Alih-alih membeli sesuatu secara kredit, atau berhutang untuk memiliki suatu barang. Aku dan suami adalah tipe orang yang tidak suka mengaplikasikan hal seperti itu.
Prinsip kami pada dasarnya itu sama. Lebih baik tidak makan daripada berhutang.

Jadi kalau membeli barang  apapun kami akan membelinya sesuai kemampuan.
Walaupun itu bukan barang baru alias seken.
Selama masih layak, barang yang tidak baru juga masih bisa digunakan. Asalkan bisa dibeli dengan uang Cash dan dirawat dengan baik, semoga awet.

Harta yang kami punya sekarang, memang nilainya tidak seberapa. Kebanyakan juga barang seken. Tapi dibalik itu, ada kebanggaan, karna membelinya tidak menyisakan hutang 'cicilan'.

2 unit kereta, 2 hp android, 1 laptop, kulkas, mesin pompa air, mesin jahit, semuanya adalah barang seken yang kami beli dengann harga murah dan uang cash.
Alhamdulillah inipun kusyukuri sekali.

Lalu, ada 2 hal lagi yang menjadi impian masa depan kami.
Yaitu beli tanah dan membangun 'gubuk' kami diatasnya. Dan satu lagi membeli satu unit mobil.

Kalau lagi buka facebook suamiku pasti selalu buka marketplace dan mantau postingan orang yang jual mobil murah, mobil seken murah, atau mobil bekas murah.
Bukan satu duakali nemu orang jual mobil sedan harga 10juta dengan spek 'mantap'.
Tapi karna tabungan juga masih 2juta. Yang ada gigit jari saja. Tak lama mobil murah itupun laku terjual.

Bukan tanpa alasan, suamiku yang dimasa lajangnya adalah 'karyawan' di bengkel mobil. Kurang lebihnya tau betul cara merawat dan mempercantik mobil.
Baginya jika bisa membeli satu buah mobil murah, maka pelan-pelan akan 'dipercantik' dan dijual kembali dengan santai. Terus begitu sampai mobilnya naik level dan spek.

Ditambah skill drivernya, mobil yang ada nantinya bisa dibuat untuk cari uang juga. Misal ada keluarga atau orang yang minta diantarkan (charter), maka suami akan punya penghasilan tambahan.

Ya,, itulah impian kami. Impian jangka panjang kami.
yang pasti akan lebih mudah diraih kalau aku juga bisa kerja cari cuan.

--
Di sisi lain, aku baru dengar kabar saudara kami yang beli kereta N-max harga 30juta cash.
disayangkan ajasih, mengingat kereta bebek yang mereka koleksi sudah melebihi jumlah anggota keluarganya.

Memang uang mereka sih, tak ada hakku mengomentari. 
Lagipula rezeki sudah ada yang atur.
Tapi untuk impian kami yang 'masih realistis' ini.
Semoga Allah Meng'Ijabah Doa kami, amin.

Kalau saudara sendiri bisa beli kereta 30juta dengan mudah, masa kami gak bisa beli tanah harga 20juta dan mobil harga 10juta dengan usaha dan doa.
Begitulah kira-kira caraku menyemangati diri.

Sekian dulu ceritanya.

membayangkan jadi nyonya, hehe