Di usia 17 tahun, aku pernah menghadiri
sebuah konser musik Metal di medan. Waktu itu aku ketemu seorang Drummer namanya 'jefri agista'. Orangnya mirip Drummer band gigi. Band yang
dinaunginya bernama Laknat. Buat yang
suka musik Metal mungkin nama-nama band seperti ini cukup keren.
Aku sama drumer itu sempet salaman waktu
dia mau On Stage, dan dari situ aku sadar ternyata ada cowok yang tangannya
selembut kapas. Dengan salaman khas gaya anak band (dibolak balik 3kali).
Drumer itu langsung ngelepas tangan aku,
padahal aku masih terpana sama kelembutannya. :O
"wah, ni cowok gak pernah kerja"
kataku dalam hati.
Entah kenapa setiap orang yang tangannya
lembut, dikepalaku ada asumsi bahwa orang itu enggak pernah kerja. Mungkin
karna didoktrin omongan kakak,kalau semua pekerja kuli telapak tangannya
kasar .!!
Waktu dia pergi aku senyum dan mengalihkan
pandanganku kebawah, aku bisa lihat ternyata betisnya drumer itu juga putih
kayak cewek. Aku jadi iri.
#hee
Akupun lihat waktu dia perform bareng
bandnya. Meskipun aku tidak tau satupun lagu mereka. Tapi suasana yang sesak
dipenuhi anak-anak Metal cukup bisa buat aku menikmati penampilan mereka.
Beberapa cowok yang basah keringetan,
seketika jadi terlihat seksi. xD
Dulu, suasana semacam ini sempat
menghiasi malam mingguku. Berhubung
karna aku jomblo dan suka musik Metal. kondisi saat itu juga selalu mendukung
untuk aku bisa Hang Out di malam minggu. Jalan-jalan kemana-mana. Beda sama
sekarang, yang agak terkekang.
"aku bangga jadi anak medan" itulah kata yang terinstall di kepalaku sejak
aku mengenal beberapa orang yang terlibat dalam dunia Metal khusunya di medan.
Bagiku anak-anak Metal, adalah pelajaran berharga dalam hidup. Aku selalu
berfikir tentang 'hidup itu begini' kalau lagi bareng sama Mereka.
("hay.. Apa kabar kalian
semua..??")
Aku inget waktu aku ketemu Jefri Agista,
Rama, Serry, Guntur, Adam, Chika, Dan mereka semua. Waktu itu adalah terkahir
aku nonton acara band Metal.
Karna ada satu momen yang membuat
kepercayaan ortu tiba-tiba lenyap. Tapi gak bisa kuceritakan disini karna
terlalu rumit.
**
Berlanjut waktu mulai kuliah, usiaku kini
udah 19tahun.
Waktu masuk kelas baru. Entah kenapa aku
ketemu temen yang wajahnya mirip jefri agista. Seorang Drumer bertahun-tahun
lalu yang aku sudah lupa wajahnya. Karna
satu kelas akupun kenalan sama dia. Namanya Muhammad Ridho, ternyata mereka
orang yang berbeda. Yang buat aku inget, ridho juga mirip sama Drumernya band
gigi.
Kalau dari stylenya sih tidak terlihat
potongan kalau ridho anak Metal, bajunya
selalu kemeja dan rapi.
Karna Ridho anaknya pendiam, aku agak susah
kalau mau ngobrol sama dia.
Yang aku tau dia tamatan Istiqlal dan
jurusannya Otomotif, jadi otomatis ridho
dikenal sebagai siswa yang jago pelajaran algoritma. Bahkan sejak hari pertama
belajar Algoritma.
Awalnya aku kagum sama dia, tapi entah
kenapa rasa ini lama-lama jadi suka, jadi sayang. Aku jadi sering memperhatikan
dia diam-diam. Maaf ya Ridho.
Waktu pelajaran akutansi aku duduk deket
ridho dan diam-diam gambar sketsa dia. Entahlah, aku fikir karna selalu pake
kemeja dan rambutnya sedikit gondrong. Ridho mirip tokoh anime.
Dan aku juga akhirnya kaget, waktu ngeadd
fbnya, dia ternyata pecinta Anime.
Kalau deket ridho, rasanya ada hawa aneh
yang buat aku pengen ngajak dia ngobrol, tapi selalu sulit karna kecuekannya.
Pernah sih basa-basi aku bilang ridho mirip seseorang namanya jepri -anak
Metal. Tapi dia Cuma geleng-geleng. 'gak pernah ke acara metal?' katanya.
Dan dulu pernah juga aku minta nopenya,
tapi enggak pernah ku sms. Mungkin karna enggak tau mau bahas apa, dan karna
betapa begonya aku.
Lalu ada satu cerita, mungkin aku enggak
akan lupa sejarah ini. Waktu ada tugas
PPn. Pulang dari kampus, Aku chatting sama ridho di facebook, itu untuk pertama kali.
Dari profil fb katanya dia tak bisa hidup
tanpa game online.
Akupun basa-basi tanya gimana caranya
ngirim dokumen dari email. Dan ridho ngajarin aku dengan cara yang benar. Aku salah
ternyata. Haha
Aku coba sebisa mungkin buat kesan kalau
aku seorang cewek yang lucu yang sungguh2 mau jadi sahabatnya. Tapi sayangnya
Ridho enggak berfikiran sama.
Secara singkat, hal-hal kayak gitu seakan
ngasih sisi lain, Dibalik sifat diamnya itu dia cowok pintar. Dan ternyata aku
bisa sedikit lucu dibalik sifatku yang pendiam ini.
Mungkin akan ada saatnya, atau mungkin
tidak pernah ada saat. Ketika aku suka sama Ridho, dan itu suka banget,banget…
Dan ridho akan tau. Dan kita akan
jadian. Tapi -entah bagaimana perasaan
dia sama aku.
Aku pernah cerita tentang Ridho waktu
ngantri almamater. Tapi cerita itu berhubungan dengan hadi.
Kini, aku sama Ridho udah berpisah.
Sejujurnya aku masih sering inget dia. Dia cowok pintar dan paling keren yang
pernah kutemui dikampus. Aku inget pas terakhir ketemu dia, dia lagi pake helm
naik kereta mau pulang kerumahnya di Deli tua. Aku tanya rumahnya dimana,
'Dekat RS, Alhidayah Katanya'.dia tetap gak banyak omong. Pandangan matanya
tetap datar, dan itu yang buat dia terlihat keren.
Aku salaman sama dia, ngomong basa basi
seperti biasa. Tapi dia tetap cuek dan sampai akhirnya dia melajukan keretanya.
Itu terakhir aku ketemu sama dia, terakhir
kali lihat senyumnya, matanya dan juga mendengar suaranya.
Dan
begitu punggung ridho menjauh dari pandanganku, aku yakin aku enggak akan lupa
hari itu.
Muhammad Ridho, salah satu Pertemuan
singkatku. Dia yang buat aku percaya bahwa cinta akan selalu datang tiba-tiba
dan pergi tiba-tiba.