Tinta-tinta
itu Merajam tubuh tanpa sisa, goresan demi goresan tato mulai terasa menyakiti.
Tapi aku tidak peduli. Perasaanku sudah
tersakiti melebihi ini. Tato ini adalah ungkapan kekecewaanku kepada
hidup.
Air mataku menetes, bagai titik embun. Kugigit kerah bajuku sekuat mungkin menahan sakit, perlahan tinta tersembur mengikuti aliran darahku. Sebuah gambar sketsa luar biasa disuntikkan ke sepanjang tangan dan belakang leherku.
Air mataku menetes, bagai titik embun. Kugigit kerah bajuku sekuat mungkin menahan sakit, perlahan tinta tersembur mengikuti aliran darahku. Sebuah gambar sketsa luar biasa disuntikkan ke sepanjang tangan dan belakang leherku.
Seorang
lelaki yang sangat menarik, matanya tajam seperti elang, bibirnya selalu
basah. Dia tidak peduli walau seorang
wanita bugil terlentang dihadapannya. Karna dia tak suka wanita. Aku sering
datang ke tempatnya bekerja, sebuah lorong kecil dengan keadaan 2 toko menghimpit kamar, berlampu temaram dan selalu panas. Hanya
sebuah kipas kecil yang membuat ruangan sedikit bersirkulasi.
Ratusan gambar dan contoh tato tertempel dihampir seluruh dinding. Dua orang lelaki bekerja disitu, yang satu bernama Zeo, dan satunya lagi Nata. Bagi Zeo tato bukan hanya karya seni. Dia mencintai keindahan, dan seumur hidupnya dia sudah menggoreskan tato pada ratusan kulit anak manusia.
Ratusan gambar dan contoh tato tertempel dihampir seluruh dinding. Dua orang lelaki bekerja disitu, yang satu bernama Zeo, dan satunya lagi Nata. Bagi Zeo tato bukan hanya karya seni. Dia mencintai keindahan, dan seumur hidupnya dia sudah menggoreskan tato pada ratusan kulit anak manusia.
Aku menyukai
zeo, dan mencintai karyanya sejak pertama kali mengenalnya.
Zeo mampu melukiskan sketsa nyata di atas
kulitku. Lebih dari itu, aku selalu merindukan saat-saat bersama Zeo. Melihat
matanya yang tajam, saat dia terfokus
mengukir tato, bahkan saat suntikan tinta itu memuncratkan darah, Zee tetap
fokus pada hasil seninya.
' Andai saja
aku bisa lebih berani, mempersembahkan tubuhku untuk telanjang dan dilukis oleh
zeo seharian penuh'. Tapi aku tidak pernah berani. Ketidak berpengalamannya aku
dalam hal bercinta membuatku takut salah tingkah.
Dan aku juga kadang heran. Kenapa aku masih sangat suci, dan belum ada pria yang manapun yang menyentuhku selain zeo.
Dan aku juga kadang heran. Kenapa aku masih sangat suci, dan belum ada pria yang manapun yang menyentuhku selain zeo.
Zeo.
Pria itu tak banyak bicara, mungkin
hanya pada teman kerjanya. Dan aku hanya ingin di Tato oleh Zeo jika aku datang
ke tempat itu. Awalnya hanya sebuah inisial nama,aku mengukir huruf R dan
I di pergelangan tanganku. 'R' untuk
Ryan dan 'I' untuk Ido. Mereka berdua adalah kenangan terindah hidupku
yang harus terpisahkan oleh Maut.
Entahlah,
entah kenapa cinta sejatiku selalu berujung duka.
*
"jika
hari ini aku mencintaimu, maka itu untuk selamanya hera.."
Di balik
sinar bulan yang tak begitu terang, aku dan Ryan sedang berdua dibawahnya.
Menatap bulan itu dan tersenyum penuh kehangatan. Kusandarkan kepalaku
dibahunya, mencoba mendekatkan diriku. Dan mendengar detak jantungnya.
Selalu
Ada yang kusukai dengan hangat tubuh dan wangi parfumnya. Dan itu sudah
Sejak dulu, saat pertama aku jatuh cinta pada Ryan.
"suatu
saat, kita akan ke bulan, dan hidup berdua disana? Hm.." ryan termenung dan merangkul
bahuku.
"oh ya, bagaimana caranya?" kujawab rian dengan memasang muka sotoy, tapi aku kembali menyandarkan kepalaku. Dan rian membelainya.
"mungkin, saat ada ufo mendarat dihidup kita".
"hihi"
Kini aku
telah memilihnya, memilih Rian sebagai bagian dari hidupku. Dan aku akan
belajar terbiasa menerima kehadiran lebih banyak orang dalam hidupku.
Hari-hariku
saat menikmati detik demi detik bersama Rian. Mungkin lebih indah dari
kupu-kupu, dan lebih banyak warna daripada Pelangi.
Tapi
sayangnya semua itu tak berlangsung lama. Rian pergi meninggalkanku ke tempat
yang sangat jauh. Sangat terlalu jauhnya, seperti Bulan diatas sana. Sampai aku
tak bisa menyusulnya.
Ketika Kabar
itu menimpaku di siang hari. Saat Handfoneku berbunyi dan mendengar kabar Rian
telah meninggal Dunia di ujung Telfon.
Oh rian.
Oh rian.
Aku pernah
gagal dulu. Ketika Zaman putih biru membawaku pada Takdir untuk mencintai
seorang anak laki-laki. Yang juga harus direnggut Takdir dengan cepatnya.
Dan itu IDo.
Ya, kau tau.
Bukan hanya batu yang bisa berlubang jika diteteskan Air secara rutin.
Tapi hati juga begitu. Hanya saja hatiku, terkena tetesan air yang keluar dari biasan Mata.
Tapi hati juga begitu. Hanya saja hatiku, terkena tetesan air yang keluar dari biasan Mata.
Oh air mata.
*
Saat minggu pagi mencoba melupakan keluh kesah yang ada. Kudengar beberapa single lagu dari SID dan Paintful By Kisses.
Saat minggu pagi mencoba melupakan keluh kesah yang ada. Kudengar beberapa single lagu dari SID dan Paintful By Kisses.
Sampai
tiba-tiba mama pulang dengan keadaan wajah penuh memar. Teriakan itu langsung
membuatku lari keluar kamar menuju ruang tamu.
"MAMA"
dan mama sudah tergolek tak berdaya.
Aku tau. Papa
pasti meninggalkan mama begitu memukuli dan mengantarkannya pulang sebatas
depan pintu.
Bukan sekali
hal seperti ini terjadi. Papa yang dulunya menikahi mama karna cinta. Kini
semuanya telah berubah, bagi papa cinta telah menjelma menjadi segumpal darah
yang sekeras batu di hatinya.
Mungkin
mereka pusing karena pekerjaan, mungkin karna sama-sama pernah berselingkuh.
Atau hal yang paling mungkin karna kemarin adalah hari kematian anak laki-laki
mereka satu-satunya. Yaitu Imran adikku.
Aku tau!
Beberapa anak
terkadang terlahir tidak membawa kebahagiaan di hati orang tuanya. Dan aku,
adalah salah satu dari anak itu. Begitu inginnya memiliki anak laki-laki.
Ketika aku lahir, mereka malah berduka.
Dan begitu
adikku lahir, Sekali lagi ! Mereka berduka.
Di usia 10
sampai 13tahun, papa dekat denganku. Dan itu membuatku menuruti apapun
harapannya. Dia mendidikku sebagai bagian dari militer.
Aku dituntut
memilliki fisik sekuat laki-laki.
Tapi seiring
dengan pubertas yang kualami. Aku mengalami banyak masalah yang 'umum' dialami
wanita. Dan itu membuatku berubah menjadi anak yang mengecewakan harapan papa.
Aku tumbuh
menjadi remaja yang kuat dan tanpa teman.
Jika mama.
Jangan tanya apapun. Obsesinya terhadap kekayaan. Membuatnya menjadi wanita
karir yang super sibuk. Pulang pagi, pergi pagi. Melupakanku sebagai seorang
putri -yang terkadang butuh kehadirannya-.
**
"Zeo
maukah katakan beberapa kata untukku?" kupandang bibirnya yang basah
bergetar.
Dan pria
pemalu itu terlihat makin mengagumkan. Tapi ia hanya menggelengkan kepalanya.
"zeo,
kau harus tau. Aku wanita baik-baik. Aku hanya ingin sedikit bertingkah untuk
melupakan sakit hatiku. Semua orang terasa sangat tidak membutuhkanku
….--"
"ya,aku tau. Kau tidak bersedia telanjang untukku" kali ini zeo berbicara. Dan mendengar suaranya membuatku tertegun.
"ya,aku tau. Kau tidak bersedia telanjang untukku" kali ini zeo berbicara. Dan mendengar suaranya membuatku tertegun.
"kenapa?"
"hidupku juga tidak seberuntung kamu? Bedanya aku menjiwai karya tatoku."
"hidupku juga tidak seberuntung kamu? Bedanya aku menjiwai karya tatoku."
"ahh..
sakitt" cukup banyak darah yang keluar,ketika nadi itu ternyata terkena
jarum suntik tintanya.
"maaf,
kau terlalu banyak bicara. Aku tidak fokus mentato daerah nadimu. Jarumnnya
terlalu dalam" matanya membulat. lalu Melotot tajam, sembari mengusap
darah yang terus mengalir. "aku harus mengikat dan menyumbatnya" kali
ini dengan nada khawatir.
"tidak,
biarkan darah itu. Siramkan saja alcohol agar aku tidak merasa sakit dan
kebas" kuhalangi tangan zeo yang ingin mengikat daerah dekat nadi"
Dan zeo
langsung melakukannya.
Aku tersenyum
"sekarang lebih baik,aku akan lanjutkan gambar tato yang belum selesai ini
nanti" lalu, ketika ingin beranjak.
"tunggu,
aku minta maaf"
"ya,ini bukan salahmu!!"
"tapi,
apa yang harus kulakukan. Aku masih merasa bersalah"
Setengah
berfikir "hm.. Ada satu hal yang perlu kau lakukan"
"apa
itu?"
"menikahlah
denganku dan bawa aku kebulan"
Lalu, zeo
terperanga dan geleng-geleng kepala.
Haha, aku tau. Dia tak bisa lakukan itu. Aku hanya bercanda.
"baiklah zeo, kau tak bisa lakukan itu! Hm," kukerjabkan kedua mataku. "sekarang Aku ingin pergi. Mungkin ketika aku kembali dan kembali ke tempat ini untuk bertemu denganmu. Tubuhku akan penuh, dengan tatomu, dengan telanjang di atas karyamu"
Haha, aku tau. Dia tak bisa lakukan itu. Aku hanya bercanda.
"baiklah zeo, kau tak bisa lakukan itu! Hm," kukerjabkan kedua mataku. "sekarang Aku ingin pergi. Mungkin ketika aku kembali dan kembali ke tempat ini untuk bertemu denganmu. Tubuhku akan penuh, dengan tatomu, dengan telanjang di atas karyamu"
Kali ini zeo
tersenyum. Dan mengangguk pelan.
Seraya
berharap kecil, Zeo dan aku akan menjadi sepasang kekasih teraneh di muka bumi.
Tapi bagaimana dengan kabar nasipku itu?
''' Yaa..
Semoga ini hanya menjadi bagian dari naskah semata :D