Featured Post

Sakit

December 22, 2013

(cerpen) HERA


Tinta-tinta itu Merajam tubuh tanpa sisa, goresan demi goresan tato mulai terasa menyakiti.
 Tapi aku tidak peduli. Perasaanku sudah tersakiti melebihi ini. Tato ini adalah ungkapan kekecewaanku kepada hidup.
Air mataku menetes, bagai titik embun. Kugigit kerah bajuku sekuat mungkin menahan sakit, perlahan tinta tersembur mengikuti aliran darahku. Sebuah gambar  sketsa luar biasa disuntikkan ke sepanjang tangan dan belakang leherku.

Seorang lelaki yang sangat menarik, matanya tajam seperti elang, bibirnya selalu basah.  Dia tidak peduli walau seorang wanita bugil terlentang dihadapannya. Karna dia tak suka wanita. Aku sering datang ke tempatnya bekerja, sebuah lorong kecil dengan keadaan 2 toko  menghimpit kamar,  berlampu temaram dan selalu panas. Hanya sebuah kipas kecil yang membuat ruangan sedikit bersirkulasi.
 Ratusan gambar dan contoh tato tertempel dihampir seluruh dinding. Dua orang lelaki bekerja disitu, yang satu bernama Zeo, dan satunya lagi Nata. Bagi Zeo tato bukan hanya karya seni. Dia mencintai keindahan, dan seumur hidupnya dia sudah menggoreskan tato pada ratusan kulit anak manusia.

Aku menyukai zeo, dan mencintai karyanya sejak pertama kali mengenalnya.
 Zeo mampu melukiskan sketsa nyata di atas kulitku. Lebih dari itu, aku selalu merindukan saat-saat bersama Zeo. Melihat matanya yang tajam,  saat dia terfokus mengukir tato, bahkan saat suntikan tinta itu memuncratkan darah, Zee tetap fokus pada hasil seninya.

' Andai saja aku bisa lebih berani, mempersembahkan tubuhku untuk telanjang dan dilukis oleh zeo seharian penuh'. Tapi aku tidak pernah berani. Ketidak berpengalamannya aku dalam hal bercinta membuatku takut salah tingkah.
Dan aku juga kadang heran. Kenapa aku masih sangat suci, dan belum ada pria yang manapun yang menyentuhku selain zeo.

Zeo. Pria  itu tak banyak bicara, mungkin hanya pada teman kerjanya. Dan aku hanya ingin di Tato oleh Zeo jika aku datang ke tempat itu.  Awalnya hanya  sebuah inisial nama,aku mengukir huruf R dan I di pergelangan tanganku. 'R' untuk  Ryan dan 'I' untuk Ido. Mereka berdua adalah kenangan terindah hidupku yang harus terpisahkan oleh Maut.

Entahlah, entah kenapa cinta sejatiku selalu berujung duka.
 

*
"jika hari ini aku mencintaimu, maka itu untuk selamanya hera.."

Di balik sinar bulan yang tak begitu terang, aku dan Ryan sedang berdua dibawahnya. Menatap bulan itu dan tersenyum penuh kehangatan. Kusandarkan kepalaku dibahunya, mencoba mendekatkan diriku. Dan mendengar  detak jantungnya.
 Selalu  Ada yang kusukai dengan hangat tubuh dan wangi parfumnya. Dan itu sudah Sejak dulu, saat pertama aku jatuh cinta pada Ryan.

"suatu saat, kita akan ke bulan, dan hidup berdua disana?  Hm.." ryan termenung dan merangkul bahuku.

"oh ya, bagaimana caranya?" kujawab rian dengan memasang muka sotoy, tapi aku kembali menyandarkan kepalaku. Dan rian membelainya.

"mungkin, saat ada ufo mendarat dihidup kita".

"hihi"

Kini aku telah memilihnya, memilih Rian sebagai bagian dari hidupku. Dan aku akan belajar terbiasa menerima kehadiran lebih banyak orang dalam hidupku.
Hari-hariku saat menikmati detik demi detik bersama Rian. Mungkin lebih indah dari kupu-kupu, dan lebih banyak warna daripada Pelangi.

Tapi sayangnya semua itu tak berlangsung lama. Rian pergi meninggalkanku ke tempat yang sangat jauh. Sangat terlalu jauhnya, seperti Bulan diatas sana. Sampai aku tak bisa  menyusulnya.

Ketika Kabar itu menimpaku di siang hari. Saat Handfoneku berbunyi dan mendengar kabar Rian telah meninggal Dunia di ujung Telfon.
Oh rian.

Aku pernah gagal dulu. Ketika Zaman putih biru membawaku pada Takdir untuk mencintai seorang anak laki-laki. Yang juga harus direnggut Takdir dengan cepatnya.
Dan itu IDo.

Ya, kau tau. Bukan hanya batu yang bisa berlubang jika diteteskan Air  secara rutin.
Tapi hati juga begitu. Hanya saja hatiku, terkena tetesan air  yang keluar dari biasan Mata.
Oh air mata.

*
Saat minggu pagi mencoba melupakan keluh kesah yang  ada. Kudengar beberapa single lagu dari SID dan Paintful By Kisses.
Sampai tiba-tiba mama pulang dengan keadaan wajah penuh memar. Teriakan itu langsung membuatku lari keluar kamar menuju ruang tamu.

"MAMA" dan mama sudah tergolek tak berdaya.
Aku tau. Papa pasti meninggalkan mama begitu memukuli dan mengantarkannya pulang sebatas depan pintu.

Bukan sekali hal seperti ini terjadi. Papa yang dulunya menikahi mama karna cinta. Kini semuanya telah berubah, bagi papa cinta telah menjelma menjadi segumpal darah yang sekeras batu di hatinya.
Mungkin mereka pusing karena pekerjaan, mungkin karna sama-sama pernah berselingkuh. Atau hal yang paling mungkin karna kemarin adalah hari kematian anak laki-laki mereka satu-satunya. Yaitu Imran adikku.

Aku tau!
Beberapa anak terkadang terlahir tidak membawa kebahagiaan di hati orang tuanya. Dan aku, adalah salah satu dari anak itu. Begitu inginnya memiliki anak laki-laki. Ketika aku lahir, mereka malah berduka.
Dan begitu adikku lahir, Sekali lagi ! Mereka berduka.

Di usia 10 sampai 13tahun, papa dekat denganku. Dan itu membuatku menuruti apapun harapannya. Dia mendidikku sebagai bagian dari militer.
Aku dituntut memilliki fisik sekuat laki-laki.

Tapi seiring dengan pubertas yang kualami. Aku mengalami banyak masalah yang 'umum' dialami wanita. Dan itu membuatku berubah menjadi anak yang mengecewakan harapan papa.
Aku tumbuh menjadi remaja yang kuat dan tanpa teman.

Jika mama. Jangan tanya apapun. Obsesinya terhadap kekayaan. Membuatnya menjadi wanita karir yang super sibuk. Pulang pagi, pergi pagi. Melupakanku sebagai seorang putri -yang terkadang butuh kehadirannya-.


**
"Zeo maukah katakan beberapa kata untukku?" kupandang bibirnya yang basah bergetar.
Dan pria pemalu itu terlihat makin mengagumkan. Tapi ia hanya menggelengkan kepalanya.

"zeo, kau harus tau. Aku wanita baik-baik. Aku hanya ingin sedikit bertingkah untuk melupakan sakit hatiku. Semua orang terasa sangat tidak membutuhkanku ….--"

"ya,aku tau. Kau tidak bersedia telanjang untukku" kali ini zeo berbicara. Dan mendengar suaranya membuatku tertegun.

"kenapa?"

"hidupku juga tidak seberuntung kamu? Bedanya aku menjiwai karya tatoku."

"ahh.. sakitt" cukup banyak darah yang keluar,ketika nadi itu ternyata terkena jarum suntik tintanya.

"maaf, kau terlalu banyak bicara. Aku tidak fokus mentato daerah nadimu. Jarumnnya terlalu dalam" matanya membulat. lalu Melotot tajam, sembari mengusap darah yang terus mengalir. "aku harus mengikat dan menyumbatnya" kali ini dengan nada khawatir.

"tidak, biarkan darah itu. Siramkan saja alcohol agar aku tidak merasa sakit dan kebas" kuhalangi tangan zeo yang ingin mengikat daerah dekat nadi"

Dan zeo langsung melakukannya.

Aku tersenyum "sekarang lebih baik,aku akan lanjutkan gambar tato yang belum selesai ini nanti" lalu, ketika ingin beranjak.

"tunggu, aku minta maaf"

"ya,ini bukan salahmu!!"

"tapi, apa yang harus kulakukan. Aku masih merasa bersalah"

Setengah berfikir "hm.. Ada satu hal yang perlu kau lakukan"

"apa itu?"
 
"menikahlah denganku dan bawa aku kebulan"

Lalu, zeo terperanga dan geleng-geleng kepala.
Haha, aku tau. Dia tak bisa lakukan itu. Aku hanya bercanda.

"baiklah zeo, kau tak bisa lakukan itu! Hm," kukerjabkan kedua mataku. "sekarang Aku ingin pergi. Mungkin ketika aku kembali dan kembali ke tempat ini untuk bertemu denganmu. Tubuhku akan penuh, dengan tatomu, dengan telanjang di atas karyamu"

Kali ini zeo tersenyum. Dan mengangguk pelan.
Seraya berharap kecil, Zeo dan aku akan menjadi sepasang kekasih teraneh di muka bumi.

Tapi bagaimana dengan kabar nasipku itu?

''' Yaa.. Semoga ini hanya menjadi bagian dari naskah semata :D