Iwan berdiri di depan meja, menatapku penuh amarah. Dia tidak mengatakan sepatah katapun sampai akhirnya dia meninggalkanku. Langsung beranjak keluar pintu kelas.
Perasaanku berkecamuk jadi 1, yang pasti tergambar perasaan merasa sangat bersalah.
Mataku menunduk kebawah, saat akan menangis aku menyadari
ada satu benda tergantung di leherku.
Aku mencabut benda itu, aku menggenggamnya. Sekilas sebuah gantungan kecil
berbentuk hati mulai menghitam, menghiasi kalung yang kelihatan unik itu.
“iwan, lihat aku!”
Iwan tidak bicara dan ketika menoleh dia langsung terduduk
di lantai teras. Aku berdiri tepat dihadapannya, memperlihatkan kalung itu di
telapak tanganku.
Tepat bersandar di bibir pintu, mata iwan menatapku sayu, lalu berkaca-kaca
‘entah apa yang dipikirkannya’.
Aku menangis, sambil menjelaskan satu hal penting padanya. Dia juga merasa bersalah ketika mendengar apa yang kukatakan.
Semua yang berada di kelas hanya memperhatikan kami. Hanya
suara tangisku yang menjadi pusat suara. Aku melihat iwan, dia seperti lemah
namun tetap membenciku.
secara jelas iwan memakai baju hitam, mirip dengan yang dipakai iqbal, porsi
tubuhnya juga hampir sama.
Iwan beranjak ke tengah lapangan.
dan dia melakukan hal bodoh. Entahlah, mungkin ini sungguhan, dia kerasukan
makhluk lain. Menjerit keras, mengucurkan keringat sampai wajah putihnya
memerah, dan beberapa orang panik menolongnya.
{flashback kejadiannya mirip pesta 17 agustus 2tahun silam, ketika itu iwan dan erwin menunjukkan kebolehan mereka berlatih perisai diri di tengah lapangan}.
Ketika itu terjadi aku langsung terdiam. Mataku sudah bengkak. Dan aku berfikir iwan melakukan itu karena aku.
Seorang guru perempuan sedang panik. Mengatakan sesuatu yang
tak kudengar. Aku tak jelas siapa guru itu?
akupun tak sempat membantu iwan!
Aku berdiri di depan pintu kelas sendirian. Aku tak tau apa
maksudnya ??
Sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku dan mengingat semua mimpi ini seperti sebuah cerita.