Ingatlah bahwa cinta dan Prestasi yang besar
melibatkan resiko yang besar pula
Kadang ingin rasanya aku pergi jauh hanya untuk menghindarimu. Tapi aku
lebih ingin bersamamu !
'hahaha..'Tio kembali tertawa mendengar kata-kataku.
“Ah, kamu Gombal” dengan manjanya Tio meletakkan kepalanya di bahuku. Aku
tersenyum dan sesekali memainkan jari-jarinya yang sedang menggenggam punggung
tanganku. Kedua tangan ini telah terpaut, aku membelainya dengan lembut. Posisi kepalanya yang menempel di bahu
kiriku, membuatku bisa mencium aroma samponya yang wangi. Aku hapal
wangi itu, dan bisa mengenali Tio dari jarak beberapa meter dari wanginya.
Sesaat kami saling terdiam dan menikmati suasana yang kian sepi. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Beginilah, jika sedang bersama kami sering lupa waktu.
Restoran sudah mulai sepi, satu persatu pengunjung telah meninggalkan Restoran yang terkenal dengan sup ikan dan Kari pedasnya yang lezat ini.
Sesaat kami saling terdiam dan menikmati suasana yang kian sepi. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Beginilah, jika sedang bersama kami sering lupa waktu.
Restoran sudah mulai sepi, satu persatu pengunjung telah meninggalkan Restoran yang terkenal dengan sup ikan dan Kari pedasnya yang lezat ini.
Yang tertinggal hanya aku dan Tio, di sofa pojokan restoran yang tertata
Rapi dengan Interior Romantisnya.
Tak lama kemudian, Seorang wanita Berpakaian Celemek menghampiri kami.
“Maaf mas, kami sudah mau tutup”
“Maaf mas, kami sudah mau tutup”
“Oh iya, nih juga mau pulang!” timpalku.
Pegawai wanita itu pergi meninggalkan kami. Mungkin karna bukan malam minggu, Restoran tutup lebih awal dari biasanya. Bisa kulihat beberapa restoran yang berjajaran juga tampak sepi. Mirip suasana di Broadway beberapa tahun lalu, Tapi saat ini aku sedang berada di Jakarta untuk Tio.
Pegawai wanita itu pergi meninggalkan kami. Mungkin karna bukan malam minggu, Restoran tutup lebih awal dari biasanya. Bisa kulihat beberapa restoran yang berjajaran juga tampak sepi. Mirip suasana di Broadway beberapa tahun lalu, Tapi saat ini aku sedang berada di Jakarta untuk Tio.
Kucium rambut tio yang masih bersandar di bahuku, Dia sudah terlelap entah
sejak kapan. Aku tidak tega membangunkannya.
Dengan hati-hati aku memapahnya keluar Restoran menuju mobil Xeniaku. Karna berada di bahu kiriku, aku kesulitan membuka pintu mobil dan menjatuhkan kunci. Tio terbangun dan langsung melepaskan tanganku.
Dengan hati-hati aku memapahnya keluar Restoran menuju mobil Xeniaku. Karna berada di bahu kiriku, aku kesulitan membuka pintu mobil dan menjatuhkan kunci. Tio terbangun dan langsung melepaskan tanganku.
“Ren, kita mau pulang ya “
“Hm, Tokonya tutup” kubuka pintu mobil itu dan meminta tio untuk
segera masuk. “Kamu udah ngantuk kan yo, mau kemana lagi..”
“Ren, aku nginep dirumah kamu boleh
gak ?” nada suaranya yang lembut ditambah wajahnya yang kalem membuatku tak
bisa menolak permintaannya.
“Boleh, lagian udah jam 2, masa mau anter kamu kerumah. Tapi besok kan kamu sekolah. Aku ngga punya baju sekolah sih”
“Boleh, lagian udah jam 2, masa mau anter kamu kerumah. Tapi besok kan kamu sekolah. Aku ngga punya baju sekolah sih”
“Udah gapapa, Besok kita baju bebas, Pelajaran Olahraga Ren. Aku pinjam
baju kamu”
“Bagaimana dengan ayah kamu tyo”
“Aku udah Telfon tadi, Izin gak pulang mau nginep dirumah temen karna ada tugas sekolah”
“Baiklah yo. Kamu tidur lagi aja. Nanti kalau udah nyampe aku bangunin”
“Aku udah Telfon tadi, Izin gak pulang mau nginep dirumah temen karna ada tugas sekolah”
“Baiklah yo. Kamu tidur lagi aja. Nanti kalau udah nyampe aku bangunin”
“Hmm..” Tio tertidur
Kuinjak gas mobilku dengan kecepatan standar. Jalanan sudah sepi dan tak
ada satupun lagi tanda-tanda kehidupan.
“Yo, kita udah sampe” lagi-lagi aku tak tega membangunkan Tio. Aku mencoba
menggendongnya di punggungku. Dengan hati-hati kubuka pintu mobil dan pintu rumahku,
kuletakkan tio di tempat tidurku. Membuka sepatu dan kaus kakinya. Bisa kulihat
sekali lagi wajah manisnya yang sedang tertidur.
“tio, aku tidak pernah mencintai seseorang seperti cintaku padamu.” Gumamku
dalam hati.
Aku melangkah ke Ruang tamu dan Tertidur di salah satu kursi panjang.
“Selamat Malam tio”
_
Mataku masih terasa sangat berat, kulongok jam dinding sudah pukul 8 pagi.
Aku langsung berdiri dan menuju ke kamarku, aku ingin membangunkan Tio.
Tapi tio sudah tidak ada disana. Aku hanya mendengar suara air mendidih dari dapur. Akupun menuju kesana.
“Pagi, Rendi. Aku sudah buatkan sarapan untukmu” Tio menyapa begitu melihatku berjalan ke dapur.
“wah, Nasi Goreng. Kau seperti Istriku saja” Kulihat punggung Tio yang bidang dan kecil. Dia begitu lucu, aku tak bisa menahan diriku untuk memeluknya dari belakang.
Tio terkejut dan langsung membalikkan badannya.
Tapi tio sudah tidak ada disana. Aku hanya mendengar suara air mendidih dari dapur. Akupun menuju kesana.
“Pagi, Rendi. Aku sudah buatkan sarapan untukmu” Tio menyapa begitu melihatku berjalan ke dapur.
“wah, Nasi Goreng. Kau seperti Istriku saja” Kulihat punggung Tio yang bidang dan kecil. Dia begitu lucu, aku tak bisa menahan diriku untuk memeluknya dari belakang.
Tio terkejut dan langsung membalikkan badannya.
“Kamu jangan buat kaget gitu” sambil menyambut pelukanku. Aku mencium keningnya.
“selesai ini aku mau mandi. Kamu makan sarapannya, aku pinjem baju kamu dan
antar aku ke sekolah ya”
“Siap Pangeran imut” lagi-lagi kugoda tio sambil menarik hidung kecilnya.
Tio hanya tersenyum dan pergi ke kamar mandi.
“Siap Pangeran imut” lagi-lagi kugoda tio sambil menarik hidung kecilnya.
Tio hanya tersenyum dan pergi ke kamar mandi.
Aku senang hari ini Tio menginap dirumahku. Aku merasa tidak seperti Tuan
rumah karna tidak memperlakukannya secara Istimewa.
Tio sudah selesai mandi, Kupinjamkan dia baju yang ukurannya sedikit kecil, juga meminjamkannya Celana Dalam. Tio mengganti bajunya dihadapanku, aku memperhatikannya, dan itu selalu terasa mengagumkan bagiku.
Tio sudah selesai mandi, Kupinjamkan dia baju yang ukurannya sedikit kecil, juga meminjamkannya Celana Dalam. Tio mengganti bajunya dihadapanku, aku memperhatikannya, dan itu selalu terasa mengagumkan bagiku.
Aku ingin menjaganya, Dan tak pernah ingin menyentuhnya secara berlebihan.
Dia masih sekolah, Dan aku harus menjaga kehormatannya sebagai laki-laki.
“Sudah”
Kuantarkan Tio ke sekolah. Sepanjang perjalanan Tio banyak bercerita
tentang Tim Basket disekolahnya yang tak satupun membuatnya Tertarik. Mereka
semua Tampan, berbadan six pack, dan juga berkeringat. Tapi mereka semua
terlalu Arogan dan Nakal menurut Tio.
Kebetulan aku juga dulu bersekolah, di Jurusan tekhnik. Aku tau betul rasanya menjadi tio. Dimana menyukai sesama diantara ratusan siswa cowok. Itu cukup menakutkan. Jika mereka tau, bukan hanya dibully, tapi juga dikucilkan habis-habisan.
“Aku sayang kamu rendi” Tio mengatakan itu sebelum turun dari mobilnya.
Kebetulan aku juga dulu bersekolah, di Jurusan tekhnik. Aku tau betul rasanya menjadi tio. Dimana menyukai sesama diantara ratusan siswa cowok. Itu cukup menakutkan. Jika mereka tau, bukan hanya dibully, tapi juga dikucilkan habis-habisan.
“Aku sayang kamu rendi” Tio mengatakan itu sebelum turun dari mobilnya.
“Bye” Aku janji akan menjemputnya setelah pulang sekolah.
Sekitar jam 10 Kuputar arah Mobilku menuju menuju tempat kerja. Disana mbak
erin sudah menunggu Naskah hasil editingku 3hari yang lalu. Dipercetakan
tempatku kerja, aku adalah salah satu Editor gambar dan Wacana simpel tentang Politik. Karna masih penulis amatiran, aku kerja Freelance dan dibayar sesuai
Jumlah Target Terbitan yang terjual.
Walau ongkos yang kuterima kali ini tidak banyak, aku berniat ingin mentraktir tio makan, aku juga ingin membeli Jam tangan yang telah kutempah khusus untuk sepasang kekasih. Sedikit Noraksih, tapi sesekali aku ingin melakukan hal Cute seperti ini.
Walau ongkos yang kuterima kali ini tidak banyak, aku berniat ingin mentraktir tio makan, aku juga ingin membeli Jam tangan yang telah kutempah khusus untuk sepasang kekasih. Sedikit Noraksih, tapi sesekali aku ingin melakukan hal Cute seperti ini.
Kami pergi ke mini market makan 2 Porsi Hokben. Tio tidak pernah menampakkan kekesalannya padaku, meskipun kami seumuran. Tapi karna aku sekolah Sma di Singapur, Aku tamat sekolah 2 tahun lebih cepat dari Tio.
Dulu, aku orang yang pertama kali Jatuh Cinta pada Tio, dan Tio yang masih sangat polos. Entah kenapa Tio merasa sangat nyaman dan mencoba menerima kebaikan dan perhatianku.
Hingga hari ini kami sudah jalan 2tahun.
Hubungan ini Backstreet, Hanya Kami dan Sang Tuhan yang Tau.
Untuk pertama kalinya hari ini kuantarkan Tio pulang, Aku bertemu dengan ayahnya dan memperkenalkan diri sebagai temannya.
Dari foto-foto yang terpajang di Ruang Tamu , aku bisa melihat jika Tio telah dibesarkan dan dididik dengan baik oleh keluarganya. Ketiga saudara Tio adalah anak-anak berprestasi dan membanggakan, Tio juga sama.
Aku juga sempat masuk ke kamar Tio dan tidak mendapati satupun foto selain fotoku yang terpajang di bingkai kayu Meja belajarnya.
Terkadang, aku merasa sangat bersalah dan telah membawa pengaruh sangat buruk dalam hidup Tio. Tapi Tio tidak pernah ingin aku memikirkan hal semacam itu.
Tak terhitung berapa kali Tio mengatakan bahwa dia menyayangiku.
Saat aku pulang dari Rumahnya, Tio menyempatkan untuk memelukku diam-diam.
Dari pelukan itu bisa Kurasakan jika Cinta kami adalah cinta yang Tulus.
Ini Bukanlah Cinta Biasa, Meskipun Dunia tau ini Cinta Terlarang.
Aku tersenyum padanya yang tengah melambakan tangan, Kuputar Mobilku kembali kekediamanku.
Entah Sampai Kapan Cinta ini akan Bertahan..
*End