Featured Post

Dua

May 03, 2012

Jika ingin sombong, hiduplah di hutan


Terkadang orang yang hebat merasa patut untuk sombong,
 tapi alangkah baiknya jika kehebatan tidak diiringi dengan kesombongan
 _chery

Sejak Smp kelas 2, aku memiliki idola seorang gitaris salah satu band besar di indonesia. Aku mengidolakan damar (bukan nama sebenarnya), karna permainan gitarnya sangat menyentuh. Selain itu damar juga memiliki wajah yang imut dan kalem.

layaknya  orang lain yang punya keinginan untuk bertemu idolanya, akupun begitu. Aku menempelkan beberapa foto damar di kamarku, dan setiap malam aku memandangi foto itu berharap suatu saat yang kupandangi adalah damar yang asli.
Hal itu terus berlanjut sampai 4tahun lamanya, hingga suatu hari aku mendengar kabar band yang digawangi damar akan datang ke kota tempat tinggalku yaitu Medan.
Aku senang sekali, bahkan seminggu sebelum kedatangannya aku sudah mencari informasi kesana kemari tentang tiketnya. Dan dengan harga lumayan murah, aku memperoleh tiket untuk nonton konsernya damar. Kebetulan 2 orang temanku juga ingin nonton, jadi kami pergi bersama.

Sampai di hari yang dinanti, untuk pertama kalinya aku nonton konsernya damar secara langsung. Lewat aksi panggungnya, damar dan seluruh bandnya membius para penonton.
dan Ini seperti mimpi yang menjadi nyata buatku.

Lokasi konsernya band adalah panggung dan penonton terhalang oleh sebuah pagar  besi lumayan tinggi. Jarak kami terlalu jauh, sepertinya Harapanku untuk bertemu langsung sama damar, akan sulit. Tapi aku tak kehabisan akal, aku menunggu 4tahun untuk kesempatan ini dan akupun mencari cara untuk melewati pagar itu. Aku melompatinya di saat semua orang takut melihat polisi berdiri  di depan pagar. Akhirnya, aku melawan petugas keamanan (perdebatan sengit yang menyebalkan, tapi aku melakukannya). Di saat yang sama aku dipertemukan dengan seorang crew acara. Aku ingat namanya dan aku sungguh berterimakasih dia mau membantuku.
 aku memohon sama crew itu untuk dipertemukan sama damar, dan dia memberikanku izin.
Akupun menunggu damar dan bandnya selesai manggung, aku menunggunya dibawah panggung dan berharap bisa memeluknya.
Ketika damar turun, aku langsung memeluknya, dan damar sangat kaget. Ketika itu aku hanya ingin berterimakasih, setidaknya secara tidak langsung damar sudah memotivasi hidupku selama ini. Aku begitu bahagianya sampai aku menangis, mungkin ini yang dikatakan orang 'air mata bahagia'.
 hanya saja ada satu hal yang tak kukenali selama ini, aku tak peka jika ternyata damar seorang artis yang Sombong. Begitu tau aku memeluknya, dia mendorongku dengan ilfil lalu seorang petugas menarik tanganku dengan kasar  dan damar langsung berlari meninggalkan aku begitu saja. "aku ngefans sama damar..." Cuma itu yang aku katakan pada petugas yang sudah memperlakukanku dengan kasar tadi. Tapi dia menertawakanku dan memperlakukanku seperti orang bodoh.

Dan inilah hasil yang kudapat setelah bertemu dengan damar. Setelah empat tahun aku mengidolakannya dan hari ini aku datang jauh-jauh kekota, setelah aku melompati pagar yang tak wajar itu, dan setelah aku melawan petugas. Ternyata hanya ini yang kudapat.
Aku hanya bertemu seorang musisi sombong yang tak tau menghargai Fans. Oke izinkan aku mengatakan ini "Damar Anjing"

Kejadian itu sudah 3tahun lalu kualami. Ya bisa dipastikan kini aku tak lagi peduli dengan artis sombong itu. Aku tak lagi mendengarkan karya-karyanya yang "lebih hebat" katanya. And I don’t care again Now.

Hanya satu pelajaran berharga yang bisa kupetik. Jika ingin hidup sebagai manusia sombong, berfikirlah lagi, fikir ulang, dan pikirkan terus. Apalah arti kita ada di muka bumi ini, jika kita merasa hebat. Lihatlah diluar sana ada yang jauh lebih hebat, jika kita merasa tinggi maka Selalu ada yang jauh lebih tinggi, dan jika kita merasa sempurna, berarti kau tak mengenal Tuhanmu yang maha sempurna.
Mungkin itu hak setiap orang untuk bersikap sombong atau tidak.
Tapi ingatlah selama kita masih hidup di bumi, takkan ada yang abadi. Sombong ataupun tidak semuanya akan mati. Lalu hidup.
 Apa!
Dan lalu Mati.