Menggambar memang
sudah menjadi kegemaran saya sejak kecil. Saya suka menggambar sebagaimana saya
suka mendengarkan musik dan makan.
buat saya jika
sedang bersemangat untuk menggambar, maka segala sesuatu yang indah -atau yang
buluk sekalipun- akan menjadi objek yang menarik untuk digambar.
Meskipun saya hanya
bisa menggambar seadanya dengan modal pensil dan penghapus. Tapi jika sudah
menorehkan sesuatu di atas kertas, rasanya sesuatu yang mengganjal di hati saya
akan hilang.
Saya ingat ketika
zaman sma. Sore setelah pulang sekolah biasanya saya akan membawa selembar Hvs
ke teras rumah, saya duduk lalu menggambar sesuatu. jika gambar itu bagus, saya
akan menyimpannya di laci sekolah -entah apa maksudnya- saya akan membiarkan gambar
itu sampai hilang. Tapi jika gambar itu jelek saya akan membuangnya.
Ya, dulu hal itu
sering saya lakukan, karna ada seseorang di sekolah yang sering menginspirasi
saya secara tidak langsung. Tapi setelah tamat sekolah. Sudah setahun
belakangan ini saya sudah tidak lagi menggambar. Karna kesibukan saya bukan
hanya untuk itu lagi.
Lalu suatu hari saya
dikenalkan pada pak maruzar, direktur kampus sutomo sekaligus dosen psikolog. Ditemani mama saya, kami berkonsultasi dan berbicara tentang hobi lama saya yaitu menggambar.
Omong-omong tentang manggambar, pak maruzar ingat seorang temannya direktur sebuah organisasi desaign. dan Saya diperkenalkan
oleh seseorang bernama pak andi yang menjabat sebagai Manajer DreamArch.
Dan saya langsung mau ketika ditawari belajar desain di DreamArch. Dari sinilah awal
saya diajarkan tentang desain.
Ketika itu mama
tidak berfikir panjang karna itu demi kebaikan saya juga. Meskipun harga yang
ditawarkan menurut saya itu tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
Agak mengagetkan memang,karna hanya untuk
mempelajari Photoshop orang tua saya harus mengeluarkan dana 2juta rupiah. Dengan keringanan waktu kuliah bisa dipilih sendiri dengan pengajar yang profesional.
ya, Awalnya sih semuanya berjalan lancar, saya belajar dengan heppy dan menikmati ilmu tentang desain yang ada di DreamArch. Mungkin satu-satunya problem hanyalah kekesalan saya pada resepsionisnya yang songong. Beberapa kali saya hadir tanpa sepotong kata ataupun secuil senyuman dari resepsionis2 di sana. Mereka semua menyebalkan, sesekali pernah saya ajak ngobrolpun reaksinya cuma "eh, iya". *preett*
ya, Awalnya sih semuanya berjalan lancar, saya belajar dengan heppy dan menikmati ilmu tentang desain yang ada di DreamArch. Mungkin satu-satunya problem hanyalah kekesalan saya pada resepsionisnya yang songong. Beberapa kali saya hadir tanpa sepotong kata ataupun secuil senyuman dari resepsionis2 di sana. Mereka semua menyebalkan, sesekali pernah saya ajak ngobrolpun reaksinya cuma "eh, iya". *preett*
Bukan hanya sikap cuek para pekerja di sana. Yang lebih mengesalkannya lagi, saya pernah datang ke sana saat tempat itu tutup dan tidak ada yang memberi tahu saya. Ditambah jam belajar yang hanya 90menit tiap pertemuan membuat saya berfikir "rugi juga". jika ditotal, 1kali pertemuan 200ribu ditambah ongkos 16ribu ditambah bla, bla,bal..
Maka atas pemikiran itu, akhirnya setelah 8 kali pertemuan, saya berhenti untuk meneruskan bimbingan di DreamArch.
Maka atas pemikiran itu, akhirnya setelah 8 kali pertemuan, saya berhenti untuk meneruskan bimbingan di DreamArch.
Saya rasa, jika mau berusaha saya bisa malanjutkan belajar tentang
desain secara otodidak.
dan saya ingin
menyatakan, saya sudah menyukai Desain sejak saat pertama mempelajari Photoshop -sampai hari ini.
Buat saya selain
hebat. Desain adalah cara lain, diluar dunia menulis yang mampu
mengapresiasikan isi hati saya.
Tapi karna ilmu itu
mahal. Akhirnya saya tak bisa melanjutkan bimbingan. Dan kini saya tau kenapa
banyak orang pintar yang sulit membagikan ilmunya. Selain karna ilmu itu mahal.
Mungkin mereka sulit untuk membagi ilmu yang dulunya susah payah mereka pelajari.
Oiya, ngomong-ngomong jika kalian ingin bertanya. Bisa Contack Fp yang gak seberapa ini;Desain By Cherry