Featured Post

Kecanduan

September 10, 2013

antara surga dunia dan akhirat

Hidup itu memang  serba salah, kadang kita merasa bahagia karna sesuatu. Sanking bahagianya kita sampai lupa untuk bersyukur. Padahal kita tak pernah tau sampai kapan kebahagiaan itu kita rasakan.
Dan ironisnya, kita lupa -bahkan selalu lupa- bahwa kebahagiaan dunia bukan apa-apa dibanding dengan kebahagiaan di surga.
Well, meskipun aku belum pernah ke surga. Seenggaknya begitu yang pernah aku baca dan aku ketahui dari orang-orang "katanya segala keindahan dan kebahagiaan di bumi, hanyalah setitik debu dari gambaran yang ada di surga sana".
Jadi kalau ada yang bilang 'oh indahnya surga dunia' maka itu adalah kesalahan besar. Oke memang surga dunia indah, tapi ada lagi yang lebih indah yaitu surganya TUHAN. Dan setauku hanya ada 1 syarat agar kita bisa menjamah surga yang sebenarnya, yaitu menghindari surga dunia. 
Ya simpel. Intinya kita hanya bisa merasakan 1 surga. Apakah surga yang ada di dunia, atau surga yang ada di Atas sana (akhirat). Jika kita memilih salah satu, maka kita harus 'jaga jarak' dengan salah satu surga.
Tapi sayang, pemikiran sesimpel itu -Sangat sulit kita lakoni dalam panggung kehidupan yang sebenarnya. Mungkin ibarat dongeng. Surga akhirat hanya bisa kita dengar dari mulut para pemuka agama, atau hanya bisa kita baca dari kitab-kitab suci. Dan itupun hanya bisa kita capai setelah kita Mati.

Oke, pernah dengar kisah penciptaan nabi ADAM. Saat itu belum ada yang namanya manusia di muka bumi. Hanya ada surga yang indah yang diisi oleh para malaikat dan syetan. Lalu atas kuasa Tuhan 'ALLAH' maka diciptakanlah nabi adam dari berbagai material padat yang ada di muka bumi. Salah satunya tanah liat. Dan setelah melalui proses yang memakan waktu lama, para malaikat dikumpulkan untuk menyaksikan proses penciptaan manusia.  Ketika itu semua penghuni syurga berzikir, atas kuasa ALLAH. Setelah beratus ratus tahun, perlahan mulai tampak wujud nabi adam 'sebagai manusia'. Tanah yang sudah terpahat sempurna itu mulai dari atas kepala berubah menjadi daging, sel darah, dan segala elemen yang pada akhirnya membuat Adam menjadi Manusia yang sempurna. Dan ketika menjalani proses menjadi manusia itulah ALLAH, menanamkan pada diri adam berbagai macam sifat dasar manusia salah satunya adalah, sifat kasih sayang, perasaan seperti lapar, haus, marah, sedih kecewa dan tergesa-gesa.

{sambungan kisah adamnya udah pada tau kan!}

Ya, intinya sifat tergesa-gesa adalah sikap dasar dalam diri manusia yang bahkan sudah diberikan Tuhan pada Manusia pertama di bumi. Lalu segala macam sifat itu menurun pada anak cucu adam yaitu kita. Mungkin karna alasan inilah kita tak cukup sabar untuk menunggu tiba waktunya kita bisa mencapai surga Akhirat. Karna kita terlalu tergesa-gesa ingin menikmati surga, dan karna masih diberi kehidupan. Maka kitapun memilih untuk menikmati surga dunia. Terlebih jika difikirkan, surga akhirat tak pernah kita saksikan senyata surga dunia yang pastinya sudah ada di depan mata.

Tapi sesungguhnya ada 1 pilihan yang baik -bahkan sangat baik bagi kita- yaitu mengikuti ajaran agama. Karna hanya dengan cara itulah kita bisa menikmati antara kedua surga itu.
Jadilah seorang yang tidak lupa diri, jika perlu ingatlah bahwa suatu saat kita akan mati. Ya, Kita-semua-akan-mati.
Jadikanlah agama sebagai tuntunan hidup, Saya yakin semua agama pasti mengajarkan tentang kebaikan. Maka untuk itu di sini kita perlu adanya Toleransi.

Kita tidak bisa memfonis seberapa besar kesalahan dan keimanan seseorang. Karna sesungguhnya Dosa dan kebaikan tidak pernah terlihat secara kasat mata manusia.

Lalu kebalikannya juga gitu, Saat kita merasa sangat sedih. Mungkin karna kita sedang ditimpa musibah, kehilangan sesuatu yang berharga yang ngebuat kita merasa kehilangan sebagian dari diri kita. Saat itu kita sering berusaha menyalahkan hidup. Kita bingung kenapa cobaan yang seberat ini harus menimpa kita.
Kadang kita berusaha menyalahkan takdir Tuhan, dan beberapa diantara kita bahkan masih enggan untuk 'melihat kebelakang' dan menyadari bahwa semua yang kita dapat, adalah buah dari kelakuan kita sendiri.


Entahlah, setelah aku bicara menulis panjang lebar seperti inipun, aku masih belum mengerti tentang hidup. Dan aku masih kesusahan menjalani peran sebagai hamba Tuhan yang baik.

Dan ThanksFull buat yang udah baca, sebenarnya ini Cuma sesuatu yang pernah terlintas di otakku. Aku menuliskannya hanya untuk mengingatkan diriku sendiri. Tapi jika lalu seseorang membacanya dan merasa teringatkan juga. Maka saya akan sangat Tersanjung.

#Cerry Alfitra