semua anak
mendapatkan suntik imunisasi gratis disekolahnya.
Hari itu tampak
suasana kelas yang berbeda karna tak ada aktifitas belajar.
Hanya ada dua orang
petugas kesehatan dan dua orang guru yang secara bergilir memberikan suntikan
di pergelangan tangan kanan murid-muridnya.
Beberapa murid
terlihat tenang, karna belum memahami apa artinya suntikan itu. Beberapa
diantaranya terlihat bahagia dan ada juga yang terlihat begitu ketakukan pada
jarum suntik.
Seorang murid
menjerit dan menjauh saat hendak disuntik "enggak itu sakit, aku gak
mau…"
Air matanya
berlinangan karna begitu takutnya pada jarum suntik.
"sini enggak
apa-apa, enggak sakit. Temen yang lain aja berani. Sini nanti dapet
permen" bujuk seorang guru, sambil menarik halus tangan anak itu.
Lalu dengan nafas
tersendat anak kecil itu mengangguk, memeluk ibu gurunya dan menyerahkan
tangannya untuk disuntik.
"tuh kan gak
sakit, ini permennya" guru itu tersenyum.
…
…
Kau tau. Cerita anak
sd yang takut jarum suntik itu sudah lama kualami.
Tapi aku masih
mengingatnya dengan jelas.
Karna pelukan dari
seorang guru itu. Untuk pertama kalinya berhasil menenangkanku dan memberikan
penghargaan yang tulus agar aku lebih berani.
Ya, terkadang kita
butuh sebuah pelukan hangat dari orang yang tulus. Agar kita lebih berani dan
tegar dalam menjalani hidup. Tanpa kita sadari, pelukan seperti itu sama
pentingnya dengan 'makan nasi'.
Karna begitu
ajaibnya sebuah pelukan tulus. Aku bahkan masih bisa mengingat sebuah pelukan
dari guru Sd ku beberapa tahun lalu. saat itu aku bisa rasakan ketulusannya,
hingga Aku tak kan melupakannya -sampai hari ini.
Jadi tunggu apa
lagi. Peluklah aku dengan tulus.
Semoga aku tidak
akan melupakannya.