Jika wanita
diindentikkan dengan makhluk yang hobi belanja,
Mungkin aku bukan
Wanita
Terlahir sebagai
anak ke dua dalam keluarga sekaligus wanita dalam urutan ketiga setelah mama
dan kakak, lantas tak membuatku menjadi cewek yang hobi belanja. Ya, aku paling
malas jika disuruh belanja, meskipun barang yang ingin kubelanjakan adalah
kebutuhanku sendiri.
Hal ini mungkin
berkaitan dengan trauma masa kecilku.
Ketika itu umurku 14tahun, di hari minggu sebelum hari raya mama mengajakku ke pajak (di medan pasar dan
pajak tak ada bedanya). Mama ingin membelikan aku baju baru, mama juga mengajak
kakak dan seorang ponakannya.
Sejauh ini tak ada masalah, tapi sesampainya di pajak aku sudah merasa lemas
karna cuaca yang sangat panas dan aku sedang puasa. Ditambah sumpeknya
suasana pajak membuatku sulit bernafas.
Untuk pertama kalinya aku merasakan
bagaimana sakitnya paru-paruku. karna badanku kecil aku jadi kesulitan bernafas
di antara orang yang berdesakan, akhirnya sepanjang mama belanja aku selalu
minta pulang. Tapi dasar ibu2, mama tak menghiraukan kata-kataku dan tetap
belanja dengan lama karna harus menawar harga.
Belum lagi kakak dan
keponakan mama yang begitu sibuk memilih baju, membuatku semakin ingin pulang.
Jika boleh memilih mungkin aku lebih rela tak punya baju baru di hari raya,
daripada harus berada di pajak ini walau sebentar saja. entahlah, perlahan aku membenci tempat ini.
Aku sampai menangis berharap
agar segera keluar dari pajak ini. Tapi mama malah mengomel, mama marah lalu bilang
"anak paok ini mau dibelikan baju kok malah minta pulang"
'ya' mendengar mama
bilang begitu, spontan saja seleraku untuk memiliki baju langsung hilang.
Semua baju yang tergantung indah di sepanjang lorong pajak, demi tuhan tak ada
satupun yang ingin kumiliki. Terlebih aku tak pernah merengek minta beli baju
sama mama. Itu yang membuatku kesal.
Ketika sampai di
rumah, akhirnya aku kembali bernafas lega. Walau sangat lemas, aku
menahannya sampai berbuka puasa.
Dan bisa dipastikan sejak hari
itu aku jadi benci belanja ke pajak. Apalagi kalau menjelang hari raya.
Jikapun aku terpaksa harus ke pajak, maka aku lebih memilih pergi sendiri dan
datang saat hari belum terlalu siang, karna saat itu belum terlalu ramai.
Memang badanku tak sekecil dulu dan tak akan lagi kesulitan bernafas. Tapi
sebenarnya ada hal lain yang membuatku semakin takut jika harus kepajak. Yaitu
pengalaman berbelanja dengan orang batak.
ya, Karna tinggal
dimedan, pajak-pajak yang tersebar di kota medan memang kebanyakan di dominasi
oleh orang batak dan karo. Mungkin hal ini tak ada salahnya karna mereka juga
hanya ingin mencari nafkah. Tapi seperti yang kita tau, kalau orang-orang di
luar kota medan sering menganggap "orang medan suka makan orang,
Selogannya gini.
Aku memang tak biasa
mendengar kata-kata berlogat kasar, meskipun
dihina aku lebih sering mendengar kata-kata berlogat halus. Karna
lingkunganku didominasi oleh orang jawa klemek-klemek. Aku akan merasa kaget
dan takut dibacok jika mendengar orang berbicara kasar. Dan ini sering terjadi
jika aku belanja di pajak, jantungku akan terus berdebar mendengar para bataken
berbicara.
=
Suatu hari aku
pernah bete sama sahabat aku yang gak nepatin janji, lalu pacarku bilang
"Kenapa gak jalan-jalan atau shoping, biar keselnya ilang"
Lalu aku bilang
"kalau aku shoping, yang ada aku makin bete"
Ya, saat itu pacarku
belum tau jika aku benci belanja. Selain takbisa menawar harga, aku juga tak suka berada di keramaian yang
didominasi orang bataken.
aku harap setelah menuliskan ini keluargaku akan membacanya dan mereka akan mengerti inilah alasan kenapa aku paling malas belanja.