Beberapa minggu yang lalu, putri kecilku demam tinggi.
Sesuatu yg pilu yang tak ingin dirasakan seorang ibu, akhirnya kurasakan. Saat putri kecil yang belum bisa bicara, menangis, merengek sepanjang malam dengan wajah lesu dan suhu badan panas.
Suamiku, sama sekali tak ingin terganggu tidurnya karna alasan " Besok kerja harus masuk pagi".
Dan mata ku yang juga nahan ngantuk, mau tak mau ku paksakan terjaga, untuk menjaga putriku, yang aku juga tak tau persis tindakan apa yang tepat kulakukan, hanya memberi obat, membuatkan susu yang banyak, dan juga menjaga suhu kamar agar tetap sejuk, sesekali kubalurkan minyak kayu putih ke perut dan seluruh tubuh mungil itu.
Akupun bisa tertidur, hanya sejam, lalu bangun lagi, dan ketika jam 5 subuh, azan berkumandang, tapi karna terlalu lelah, aku tertidur sampai pagi.
Lupa sholat subuh, dan juga lupa membuatkan suami Teh manis sebelum berangkat kerja.
Terbesit pikiran untuk menelfon mamaku dan memintanya datang untuk membantu menjaga putriku.
Tapi lalu, aku teringat betapa sibuknya aktifitas ibuku. Dan juga aku pasti akan terkena omelan, "tidak becus jaga anak, anak dikasih minum es, anak diajak jalan-jalan kesana sini, padahal lagi musim sakit" dan banyak lagi omelan.
Sampai akhirnya ku urungkan niat untuk meminta bantuan mama.
Ketika jam setengah delapan pagi, bayiku merengek lagi, kali ini dia bangun dan duduk sendiri, menatap mataku sayu.
Tatapan yg begitu menggemaskan dari bola mata mungilnya, tapi seolah berkata "tolong adek ma".
Lalu, akupun berkata dalam hati, " Kalau sakitnya bisa dipindahkan, lebih baik aku yang sakit ya Allah. Tapi jika sakitnya bisa disembuhkan, sembuhkanlah segera bayi lucu yang tak berdosa ini.
Mungkin, hampir semua orang tua pernah berdoa sama, ketika anak tercintanya terbaring sakit, berharap dirinya saja yang menggantikan sakit itu.
Singkat cerita alhamdulillah, bayiku sembuh juga. Kepintaran dan akalnya semakin berkembang.
Dan setelah semingguan berlalu, tepatnya tanggal 5 Januari, aku mulai merasakan tubuhku menggigil, tenggorokan tercekat, dan dada sesak.
Aku tumbang dan sakit dengan sendirinya.
Kulihat suamiku berlaku khawatir, meskipun aku tak berharap perhatian apapun darinya.
Karna hanya bila berharap, aku bisa tenggelam dalam kekecewaan.
Kutatap rumah yang berantakan dari depan sampai belakang. Pikiran ku masih bisa berpositif dan jernih. Hanya badan lemas, membuatku tak sanggup berdiri.
Sampai saat suamiku berangkat kerja, anakku terbangun dari tidurnya.
Dengan gemas dan pintarnya, anakku mengoceh minta gendong.
Di saat seperti ini, Satu-satunya yang bisa kuharap adalah kedatangan mama.
Tapi sebelum mama datang, aku tak bisa membiarkan putriku bermain sendirian. Hingga tiba-tiba muncul power entah darimana yang membuat ku merasa sehat dan bugar.
..
Pikiran ku pun melayang pada sosok ibuku, yang nyaris tak pernah sakit.
Dan setelah aku menjadi seorang ibu, ternyata inilah rahasia kenapa seorang ibu tak pernah sakit.
Karna rumah akan berantakan, anak tak terurus bahkan semua yg dirumah bisa ikut sakit gara-gara ibu yang sakit duluan.
Akupun bertekad untuk terus semangat, makan banyak dan minum obat. Sakitku, tak boleh lama-lama.
Karna aku seorang ibu, karna ibu adalah tonggak dari seluruh isi rumah.
Jika ibu sehat, maka sehat lah seisi rumah. Begitupun sebaliknya.