Featured Post

Sakit

January 16, 2023

Bom Waktu

Perasaan ku sekarang ibarat Bom waktu. Tinggal menunggu kapan meledak nya saja. 

Kalau bisa teriak, aku ingin teriak sekuatnya. 
Atau pergi ke tengah hutan agar teriakanku tak terdengar oleh siapapun. 

"AAAAAAAAHHHHHHKKK"

Begitulah caraku meluapkan penat yang tersimpan ini. 

Setiap hari setiap detik, aku merasa ada beban tak terlihat yang menumpuk di dada. 
Seolah ada sampah yang penuh dalam pikiran, yang tak tau harus kubuang dan ku kosongkan kemana. 

Suamiku tak punya kemampuan mengosongkan sampah itu. Malah dialah yang selalu meluapkan sampah itu terus menerus. 

Dimaki dan dihina, adalah makanan pendengaranku sehari-hari. Mendengar dia mengatakan makanannya tak enak. Gajinya tak banyak, istri tak layak, adalah hal yang sudah biasa. 
Tak sesakit dulu saat pertama mendengar hinaan itu. 

Rasa cinta dan hasrat bercintapun perlahan hilang. 
Semangat dan pengaruh positif tak lagi ada. 

Aku tak tau kemana arah dan tujuan. 

Jenuh!! 

Satu-satunya yang membuat ku bersyukur, adalah senyuman manis putri kecilku. 

Semoga di hari hariku,, dia tetap bisa menjadi air, pereda panasnya Bom Waktu yang sedang menunggu untuk meledak di dalam diriku ini.