Adikmu datang, dan memberikanku 300ribu.
“ini uang pembayaran terakhir dari abang, Lunas” katanya
Lalu, kamu mengirimiku pesan
“tolong sampaikan sama mama, itu pembayaran terakhir dari abang, 350ribu”
pesanmu.
“Tapi ini kurang 50ribu” balasku.
“kurang ajar itu dimakan adek abang 50ribu”.. “Nanti abang ganti”
Ya.. itu obrolan yang kuingat via whatsaap.
Saat kutanya adikmu, “abangmu pergi kemana?”
dia hanya tersenyum kecut, seolah meledek dalam hati *masa, pacar abangku
sendiri tidak tau kemana perginya abangku*
Tap itulah kenyataannya, aku bahkan tidak tau kemana abangmu pergi saat itu.
Kepergiannya yang diam-diam dan sangat jauh ke Negri sebrang.
Aku tidak tau, dia sebodoh itu.
Kalau memang tidak ingin bersamaku lagi, kenapa tidak pernah memutuskan untuk
mengakiri hubungan ini.
Kau malah pergi begitu saja. Meninggalkanku dengan segudang
tanya.
Kebimbangan dan juga ketidakpastian mengiringiku sejak itu.
Aku masih mengingat setiap kebaikanmu, yang kuanggap terlalu
manis untuk dilupakan.
Tapi caramu pergi diam-diam, seolah menganggap aku bukanlah apa-apa dalam
hidupmu selama ini.
“Biarlah waktu yang menjadi pengobat segala rasa kecewa"