Featured Post

Kecanduan

August 01, 2012

Menggapai kesempatan kedua

Suatu hari aku tak sengaja bertemu kembali denganmu. Dalam situasi yang sempurna dan tak terduga. Ketika itu kita saling menatap, saling mengagumi.
Tanpa banyak bicara tanganmu menyentuh tanganku, kau menggandengku dan membawaku pergi ke suatu tempat. Aku ingin bertanya tapi kau tak mengizinkanku untuk bicara.

Yang kau tau kau menginginkanku seperti dulu kita pernah bersama. Dan aku juga begitu, yang kutau aku hanya ingin denganmu. Aku ingin bersama seperti masa sekolah dulu kita pernah saling jatuh hati. Kau dan aku ingin mengulang cinta itu, tak terfikir yang lain lagi. Bahkan setelah bertahun tahun berlalu.

Tiba-tiba langkah kita terhenti di sebuah tempat yang tak terbayangkan, tempat yang tak kutau dan tak banyak dilalui orang. Yang terlihat hanya tatapan 'ingin' antara aku dan kamu.
Ketika itu kita saling menatap. Bagiku kau masih memiliki fisik sempurna seperti kau yang kukenal bertahun tahun lalu, dan bagimu aku makin cantik dan dewasa seperti yang kau harapkan.

Kau mungkin ingin tau keadaanku sekarang. Kau mulai memperhatikan jari tanganku, tapi aku menyembunyikannya di balik punggung. Sedangkan aku sama sekali tak ingin tau keadaanmu, karna ketika kuperhatikan jarimu, sebuah cincin melingkar indah disana.
Ya, sejak dulu kau memakai cincin jika sudah berkomitmen dengan seorang wanita. Tanpa kau jelaskan aku tau kau sudah ada yang punya sekarang. Pasti setelah kita tamat sekolah kau sudah gonta ganti pacar.
Tapi tak apa? Itu bukan masalahku.
Ini masih seperti dulu. Aku tidak berharap memilikimu selamanya. Aku hanya ingin memilikimu saat ini saja, karna dulu kita pernah 'punya kisah'.

Suasana ini seperti mimpi, baju yang kukenakan seakan berubah jadi seragam putih biru, aku masih merasakan cinta yang sama seperti pertama kali aku mengenalmu sebagai cinta pertamaku. Tempat ini sangat damai dan penuh pesona. Seperti sihir atau apalah, aku menyukaimu  dan bagitu menginginkanmu saat ini. Itu saja!

Matamu yang indah mengatakan hal yang sama, kau juga menginginkanku. Tanpa basa basi, mata kita sudah menjelaskan banyak maksud. Udara hangat menggiring langkahku semakin mendekatimu. Kita saling mendekat, tak ada seincipun jarak yang menghalangi kita. Bagiku wajahmu masih menggemaskan, aku ingin mencubit pipimu, lalu mencium bibirmu. Lalu tanpa izin, aku melakukannya begitu saja.
Kau memelukku erat, muncul bahagia di hatimu bisa bertemu aku lagi. Kau menciumku dengan baik, memperlakukanku dengan lembut seperti pria dewasa.
Perlahan Aku melepaskan ciumanku lalu mendekap tubuhmu, mendengar nafasmu, detak jantungmu. Mungkin kau bingung, tapi tak ada pertanyaan apapun. Sekali lagi kau menciumku,bibirmu yang basah, kubiarkan semuanya berjalan indah. Saat memainkan lidahmu, aku bisa menikmatinya, mataku terpejam dan  aku bahagia.

Tiba-tiba!
Seseorang melihat kita dari kejauhan. Kita saling terkejut dan melepaskan pelukan hangat ini.
"maaf" hanya itu yang kau ucapkan.Dan aku hanya terdiam.

Ponselmu berbunyi dan kau mengangkatnya. Pacarmu menelfon dan memintamu untuk menjemputnya. Kau ingin menolaknya demi aku, tapi tidak mungkin karna dia pacarmu. Kau mulai ragu.
Kau merasa bersalah padaku.

Merasa bersalah bukan karna telah menciumku, tapi karna telah menghianati pacarmu.
Ya, aku juga salah karna telah mengambil milik orang lain yang berharga.
Aku  minta maaf padamu, khususnya pada pacarmu. Secara tidak langsung aku sudah menyakitinya.

Ketika itu kau menangis karna melihatku menangis. Kau kembali mendekati dan memelukku. Mungkin terbawa suasana, Untuk pertama kalinya kau kau bilang "aku mencintaimu lebih dari siapapun, bagaimanapun ceritanya kau tetap cinta pertamaku".
Oh tuhan, aku bahagia mendengarnya. Ternyata selama masa sekolah dulu kami memang sudah saling cinta. Aku mendekapnya dan menangis semakin kencang.

Tapi kutepiskan semua. Karna sejak awal dia bukan milikku.
"maafkan aku, tapi sekarang semuanya udah beda"
Aku akan coba melupakanmu, "sejujurnya aku mencintaimu lebih dari yang kau sadari"
Ya, ini tulus dari hati.

Kau mencium keningku, ketika aku memintamu untuk kembali pada kekasihmu.
Semoga setelah pergi dari tempat ini. Air mata ini akan terkubur bersama dengan pertemuan kita yang tak disengaja ini.
Karna takkan ada kesempatan ketiga.
Aku ingin menulis kesempatan kedua ini dalam hatiku, seumur hidupku, hanya untukmu.


Semoga cintamu lebih bahagia dengannya.