Hari ini aku bertemu Bos dari tempat suamiku bekerja.
Kufikir dia adalah orang baik hati, sesuai kata suamiku.
Tapi kesan pertama saat melihat nya adalah seorang laki-laki perawakan tinggi besar yang tak pernah olahraga.
Dari catatan yang kudapat di kantor nya, sepertinya dia adalah bos yang "perhitungan".
Dan hari ketiga pertemuan kami, suamiku melakukan kesalahan, yang membuat nya marah.
Dari cara marahnya sih, kusimpulkan bahwa Bos itu adalah orang yang bisa merendahkan orang lain, hanya karena orang lain itu bawahannya.
Aku sedih, karena suamiku, orang yang kuhormati sebagai kepala rumah tangga, ternyata hanyalah tahi upil dihadapan bos nya.
^^^^^^
Bos
Di hari berikutnya, aku dan suami pergi ke laut atas dasar ajakan dari Bos nya.
Aku ingin kesana, karena suamiku belum pernah kesana. Dan ini juga kesempatan bagiku dan anakku untuk liburan hari raya.
Hahh...
Tidak nyaman sekali rasanya.
Perasaan yang seperti ini, juga pernah kurasakan saat pergi bersama 'mantan pacar super pelit' yang membuat ku super gak nyaman.
Jujur saja, yang seperti dibayarin sama orang itu adalah jadi semacam "Budi yang harus kubalas dikemudian hari.
Selagi masih mampu, sumpah Demi apapun. Lebih baik aku membayar biaya jalan-jalanku sendiri, dari pada harus merasakan "Budi cuma-cuma dari orang lain.
Pada akhirnya, biaya makan dan jalan-jalan keluarga ku, memang dibayarkan semua oleh bos nya suamiku.
Aku berterima kasih banyak, dan bersyukur. Kudoakan rezekinya si bos terbuka lebar seiring keikhlasannya.
Tapi sejak hari ini, aku bersumpah gk akan bertemu dengan bos itu lagi. Gk akan pernah lagi.
Apapun alasannya.
I hope I remember this.