Jadi istri itu berat, Sangat berat. Ditambah lagi kalau punya suami gak ada pengertiannya.
Hari ini aku merasakan betapa beratnya itu, ditambah perasaan sakit dan sedih.
Aku menjaga bayiku yang
berumur 2bulan sendirian. Memandikannya, mengganti popoknya, menggendongnya,
menenangkan dan mendiamkannya di saat dia menangis, dan aku juga yang menyusui
dan memberinya minum susu setiap saat. Aku bisa merasakannya, sungguh Betapa
beratnya itu.
Ditambah kerjaan rumah yang
entah kapan akan selesainya. Mencuci piring, memasak, membereskan rumah,
menyapu dan mengepel, sampai mencuci dan melipat kain. Semuaanya aku lakukan
sendiri tanpa ada dibantu sama suami.
Bukan, bukannya aku tidak
ikhlas dan mengungkit itu hari ini.
Tapi aku lelah, aku rindu ingin istirahat dan tidur siang seperti saat aku
masih gadis dulu.
Aku ingin tidur tenang di sepanjang malam tanpa ada gangguan dari suara
tangisan anak, atau rengekan suami minta dilayani bergulat.
Aku ingin mengadu dan
bersandar, merebahkan lelahku ini, entah pada siapa.
Satu-satunya yang kumiliki hanya suami yang tidak ada pengertiannya sama
sekali.
Dia hanya bekerja memenuhi
kewajibannya mencari nafkah.
Bekerja hanya 8 jam. Tapi begitu pulang kerumah, bukannya meringankan pekerjaanku,
malah membuatku makin kerepotan.
Suamiku selalu minta dilayani kebutuhannya, minta diambilkan makan, minum,
bahkan baju untuk dipakai. Semua yang sudah kusediakan dan tinggal ambil
sendiripun masih menyuruhku.
Bukan, bukannya aku tak ridho.
Andai saja aku bisa lebih berani mengatakan padanya, bahwa aku sangat lelah
melewati hari demi hariku.
Mungkin suamiku takkan menggampangkan segalanya seperti hari ini.
Dia selalu memintaku untuk
tampil cantik dan berdandan. Tapi boro-boro berdandan, uang belanja darimu saja
hanya cukup untuk makan dan beli susu untuk anak kita. Mana bisa aku membeli
bedak dan kosmetik untuk memoles wajahku. Lagian mana ada waktu aku berdandan
dan membentuk alis. Bisa Mandii 2x sehari saja aku masih bersyukur.
Rasanya waktu 24jam pun tak cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang ada.
Dan satu hal lagi, karna
sebelum bertemu dan menikah dengan suamiku aku sudah membuka usaha fotokopi.
Mau tidak mau, rela ataupun tidak aku masih harus menjalankan usaha itu sampai
sekarang. Menambah lelah dan dukaku.
Ya Allah..
Semoga semua yang kulakukan mendapat ridho dari suamiku. Karna semua yang
kulakukan kini hanya untuk mendapat ridhonya.
Entah sebesar apapun rasa kesalku padanya, atas ketidakmengertiannya akan
kondisiku. Aku tetap ingin mengharapkan keihklasannya. Aku tak ingin semua rasa
lelahku hari ini menjadi sia-sia.
Kutuliskan ini agar dadaku
bisa sedikit terbebas dari rasa penat menahan lelah.
Semoga Ramadhan kali ini
menjadi berkah buatku dan keluarga kecilku. Amin