Featured Post

Come and Go

January 29, 2019

Blewh "alasan kita berakhir ...

Pagi menjelang siang, aku nabung lagi 30.000. Akhirnya setelah hampir seminggu gak nyeleng.Haha

Satu hal  Postif yang kupelajari darimu salah satunya ya ini. Hidup harus pintar menabung.

Truss..

Sepanjang siang aku main Wa. Kupancing kembali yang namanya andi itu. Kok agak penasaran.

Tapi Blewh, BLEWH!

Hal yang kutakutkan dari orang jawa. Ngomong Blak,blakan dan menyakitkan Hati. Ternyata itu masih mendarah kental pada dirinya.

Aku masih ingin mencoba. Secara fisik okesih bener-bener bikin aq penasaran. Tapi dari sifat, kok aku merasa ini orang akan sama nyebelinnya dengan mamaku.

Belum apa-apa udah berani pegang-pegang. Dan tadi mau minta tolong pinjem BPJS. Aku masih gak tau, ni orang sebenar nya orang susah atau bukan sih. Kalau orang seneng kenapa semalam diajak jalan dibilangnya gak ada duit, emang kalau jalan-jalan 50,000 kurang.

Trus kalau orang susah kenapa angan-angannya beli Samsung note 7. Ah, sudahlah..

Aku bisa kok tanpa seorang kayak dia. Gambarannya bakalan makan hati 80% kalau perkenalan ini dilanjutin.

Setidaknya, dengan tidak melibatkan hati dan ikatan pacaran, aku jadi punya lebih banyak waktu untuk Menulis dan melakukan banyak hal.

Aku juga gak akan direpotkan sama urusan mereka. Meskipun aku juga gak bisa merepotkan siapapun.

Oke, Fix, Langsung aja aku Blokir Wa nya.

Cowok Taik, Bikin Susah.

Di kontak wa sekarang tinggal Marwan, bg Abdi, Kak Via, Frida, Restu dan Bg Andri. Mereka seperti sedikit lebih penting daripada gindo dan andi. Wkwk

-

Sore udah tiba, pulang sekolah mama singgah ke fotokopi macam biasa. Tapi kok agak heboh..

Ada kak via dan adek dika juga disaat yang sama. Menambah kehebohan. 

Aku enggak tau kalau ada gindo diluar, aku melihatnya dan langsung gamang.

Wtf, Ngapain kemari. Ngapain datang dasar kimbeq.

Kalau aku jumpa dia, rasa rindu ini masih ada. Tapi enggak kubawa, aku ingin menyembunyikannya saja. 

Tapi, sepertinya dia memang masih serindu itu sama aku, dia masih menyapaku, Tertawa dan bicara seolah semuanya baik-baik saja.

Aku menanggapinya dingin, bahkan ketika dia memegang tanganku dan berkata “perasaan ini gak bisa dibohongi lo”.

Perasaan, perasaan yang bagaimana ?

Apa kau fikir perasaan ini adalah prioritasku.

Jikapun aku membohongi perasaanku. Ya, terserahku dong, perasaanku sendiri kok ini. Gak merugikan siapa-siapa.

-

Gindo bicara banyak sama mama, tapi aku mengabaikannya. Dia ada di dekatku, tapi kebencianku lebih dapat kurasakan dibanding keinginanku untuk kembali menyapanya.

Aku tinggal mengingat kata-katamu saja jika aku wanita kotor, dan kepribadianku jelek. Dan hargaku murah.

Maka otomatis, aku akan mampu menghindari segala bentuk godaan yang datang darimu.

Setelah bertemu aku hari ini, aku yakin kamu akan menangis, kamu akan kecewa dan bisa jadi tak habis fikir dengan sikapku.

karna, begitulah karaktermu.

Kalau kau rindu, kau akan datang memohon, mengemis cinta. Tapi jika aku sudah kembali kepelukanmu. Kamu akan membuatku kembali menderita tanpa sadarmu.

Ah, sudahlah. Capek.

Aku sudah menjadi teramat takut untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Terkhusus bersama denganmu.

Aku punya alasan:

1. Kamu akan selalu cemburu pada siapapun yang dekat denganku. Bahkan teman lamaku. Sampai aku jadi istrimu, mungkin aku kau kurung dirumah atau jadi ekormu kemana-mana.

2. Kamu merasa pemikiranmu yang benar, dan akan selalu benar, apapun yang kuajukan kau anggap salah dan gak cocok dijalani.

3. Kamu selalu mengungkit kesalahanku di masa lalu, dan kesalahanku yang sebijik itu setelah kita bersama.

4. Kamu merasa sangat berat melamarku dengan nominal yang ‘wajar’. Karna itu aku merasa tidak dihargai.

5. Kamu memandang masa laluku adalah aib dan keburukan yang luar biasa. Padahal masa saat-saat bersamamulah yang justru menjadi aib dan kesalahan bertubi-tubi yang terjadi tiada tara. Puluhan kali sudah kita melakukan kesalahan itu.

6. Kamu bukan tipe cowok ganteng yang kusukai secara fisik. Karna aku suka yang sedikit putih, dan berambut lurus. Setidaknya jagalah penampilanmu yang gak punya banyak baju itu.

7. Kamu orang karo, adatmu hanya akan membuatku susah di hari-hari kemudian saat menjadi bagian dari keluargamu.

8. Kamu enggak bisa mengaji, juga kurang ilmu agama. Gimana mau bombing istrimu, kalau ilmunya saja kamu gak punya. Malah nanti kebalik keadaan aku yang harusnya bimbing kamu ilmu agama.

9. Kamu keras kepala..

Meskipun terkadang bisa luluh karna cinta. Tapi sampai kapan sih rasa cintamu itu ada.

‘orang karo itu keras’ semuanya ngomong gitu sama aku. Berarti kenyataannya memang begitu kan.

10. Kamu gak bisa melupakan masa lalumu. Mantan-mantanmu, wanita-wanita cantik. Kamu gak bisa lepas dari mereka. Dan  karnamu, aku jadi begitu cemburu sedikit saja melihatmu berinteraksi dengan wanita lain.

11. Kamu pelit, dan terlalu perhitungan sama uang. Kamu gak bisa mengikhlaskan jika sedikit saja uangmu dirampas orang.

12. Kamu jadi Perokok setelah bertemu denganku. Dan kalau aku gak suka lihat kamu merokok, kamu bilang itu karna papaku. Berarti kamu masih labil dong ya, masih bisa dipengaruhi orang.

13. Kamu benci adik dan hampir semua saudaraku.

(aneh ya) Kenapa kamu mudah sekali membenci orang lain. Aku tau sih tingkah mereka memang terkadang sangat menyebalkan dan kelewat batas. Tapi biar bagaimana mereka itu masih saudara. Apa kamu gak butuh saudara ? Hidup di hutan aja sana. Kalau orang lain ngomongin kamu yang jelek-jelek juga kamu bilangnya ‘alah.. mikirin kata orang’. Emang sih aku juga setuju. Ngapain juga dipikirin kali kata orang.

Tapi nyatanya dampak dari gosip  itu Luar biasa lho. Satu kampong bisa jadi tau kejelekanmu.

14. Alasan Yang terakhir itu Kamu bukan prioritasku.

Karna aku juga enggak punya kepercayaan diri untuk melanjutkan hubungan kita. Jadi ya sudah kubur saja semua kenangan indah yang kemarin.

Meski sebegitunya ingin memiliki anak darimu, anak yang lucu. Tapi semuanya bisa tertutupi fakta. Bahwa aku punya kulit yang bopeng-bopeng bikin malu.


Jadi setelah menulis ini panjang lebar. Setidaknya akan lebih mudah dipahami apa saja yang membuatku takut melanjutkan hubungan ini denganmu.


“Wassalam”