Featured Post

Sakit

November 08, 2013

Cerpen : Airin Liyana


Hari ini suasana kelasku sangat Gaduh. 2 orang guru berhalangan hadir karna ada kesibukan lain diluar sekolah, dan mata pelajaran fisika belum digantikan guru lain.
di tengah kegaduhan, tiba2 bapak kepala sekolah masuk kelas diikuti seorang murid baru. sontak kami semua diam dan kembali duduk tertib.
"anak-anak hari ini kita kedatangan seorang murid baru, pindahan dari sekolah putri wangsa. Namanya Airin liyana"

pak kepala sekolah yang galak itu langsung meminta airin duduk tanpa memperkenalkan diri.
Ketika itu semua mata tertuju pada Airin. dengan gaya rambutnya hanya sebatas leher, tubuhnya kelihatan kurus dan tinggi, wajahnya putih pucat, dan di balik baju seragamnya terlihat dada airin yang rata. sekilas murid baru ini seperti anak laki-laki. hanya karna memakai rok selutut, dia sedikit anggun.

sejak duduk di bangku belakang itu, airin sama sekali tidak mencoba mengakrabkan diri dengan kami. dia hanya diam dan sesekali melirik kecil ke arah teman-teman cowok di kelas.
ketika jam istirahat aku masih melihatnya sendiri, teman-teman yang lain tetap cuek segitunya. aku menghampirinya dan mencoba berkenalan.

"Hai aku dila, boleh kenalan" sambil menyodorkan tangan, gadis itu menyambut tanganku. lalu tersenyum kecil.
aku heran melihat sikap anak ini. kenapa sombong sekali, diajak kenalan diam saja, 'Uh..'
"udah ah, aku mau ke kantin 'laper" aku langsung menarik tangaku dan ngeloyor pergi
"haah.. haah" terdengar gadis itu kembali memanggilku. aku menoleh ketika dia menulis di secarik kertas lalu memberikannya padaku.
[BolEh Koq knaLan. NAma q airin. Makasih Ya.. ;)]
aku masih tak mengerti, kenapa harus ditulis di kertas. aku memperhatikan airin lalu dia kembali memberiku sepotong kertas lagi.
[ maAf tDk Jwb PrtanYaan Mu, Aku ini Bisu ;( ]

*JLEB*
aku kaget membaca tulisan airin, aku terdiam dan hanya menatapnya tak percaya.. astaga, apa yang sudah kufikirkan, aku berburuk sangka pada gadis malang ini.
airin menatapku dengan pandangan khawatir, mungkin dia takut karna seisi kelas belum ada yang tau Airin bisu.

ya, aku mengerti keadaanmu sekarang.
"gak masalah kok. sekarang airin ke kantin sama aku yuk" ku tarik tangan airin lalu mengajaknya ramah. semoga dia tidak sakit hati atas sikapku tadi
"emmh" airin menunjuk ke potongan kertas yang diberikannya padaku tadi. aku langsung meremas kertas itu dan membuangnya "aku tidak peduli keadaanmu, sekarang kita berteman, oke". airin mengangguk pelan, mengambil Handphone nya dan berjalan bersamaku ke kantin.

"kamu mau makan apa" tanyaku sambil memberikannya buku menu
"hahh" airin menunjuk satu menu makanan yang harganya paling murah meriah 'oke pesen nasi uduk'
"Mbaakk, nasi uduk 2 yaa" teriakku pada Mbak yang sudah 5tahun berjualan di kantin sekolah kami ini
"nasi Uduknya habis Dilaa" sedikit berteriak mbak menyahuti namaku. dia sudah sangat hapal dengan langganannya yang satu ini, karna paling sering nambah kalo makan. Hehe

"yah.. Yang ini udah habis rin, pesen yang lain aja deh"sambil tersenyum hihii,  kembali ku memperlihatkan menu makanan dihadapannya
airin terlihat bingung, "eem" airin mengetik sesuatu di Hp nya lalu menunjukkan padaku
[Aku Gak Mkan La. Aq Tidk bwa Uang]
Ya ampun, kupandang wajah airin yang kalem.
"oke, aku yang teraktir" untuk hari pertama akupun mentraktrir airin makan bakso. Awalnya airin tidak mau, tapi aku sedikit memaksa.

Saat pulang sekolah, airin dijemput sebuah mobil. Sebuah avanza berwarna silver. Tampaknya dia anak yang istimewa. Seorang pria berwajah sederhana tampak tersenyum dibalik kemudi. Itu pasti supirnya. Airin tersenyum padaku dibalik kaca mobilnya, tangannya memberi isyarat Terimakasih, atau sampai jumpa. Dan aku membalas dengan lambaian tangan sampai jumpa.


*
Aku ingat hari itu, adalah pertama kali aku berkenalan dengan Airin. Dan hari ini tepat 3 bulan kami sudah manjalin pertemanan. Lebih dari itu kami menjadi sahabat dekat. Sekarang  Teman satu kelas sudah tau jika airin bisu. Tapi aku sudah berjanji akan menjaga airin dari siapapun yang mengganggunya. Karna aku jago beladiri, merekapun tidak pernah mengganggu airin. Karna takut ku Kamehameha. haha

" DER pagi dila" dimas tiba-tiba menepuk pundakku.
Dimas adalah senior latihan bela diri di sekolah, tapi usia kami sebaya, jadi tak heran jika kami tampak akrap dan sering pukul-pukulan kalau bercanda.

"duh, dimas ngagetin aja" kupukul kembali pundak dimas. Dan dia langsung duduk disampingku.

"eah..kamu ngapain bengong pagi-pagi, ntar kesambet, aku lagi yang repot"

"ihh.. Resee. Ya gaklah emang sekolah kita angker  apa!
 Gini Mas, aku bingung si airin kenapa udah 5hari gak masuk, gak ada kabar. Udah ku sms gak dibalas"

" ah,si bisu itu. Kok gak kamu telfon aja la!"

"ya elah dimas, dia itu kalau ditelfon ngomong apa juga aku gak ngerti"

"oh iya ya.kamu samperin aja kerumahnya, pulang sekolah nanti aku temenin deh"

"hm, itu dia masalahnya. Aku belum pernah kerumah dia, kan kamu tau selama ini airin pulang selalu dijemput kan !"
'hemm.. aku memperhatikan dimas sambil garuk-garuk kepala, kupandangi matanya yang bening. Entah kenapa, aku selalu suka melihat pupil mata dimas yang kecoklatan

"kok repot banget si la, dia lagi males kali liat muka lo, makanya males dateng. Ini aja gue males liat muka lo haha" sambil tertawa lebar, diam-diam dimas membalas tatapanku

"Iihh,,ngomong apasih. Nyebelin banget" aku langsung beranjak dari tempat duduk. Dimas mengejarku dan sekali lagi ingin menepuk pundakku, tapi aku sudah siap-siap membalikkan badan, dan menangkis dimas. kamipun  tangkis tangkisan sampai masuk kelas.

'hm, airin kenapa ya. Satu minggu lagi ujian, kalau dia tidak masuk nanti bisa ketinggalan informasi' aku terus bergumam dan mengkawatirkan airin. Aku ingat ketika airin bilang, dia ingin lulus dengan nilai terbaik. Agar kebisuannya tidak diremehkan orang lain.
Meskipun ini bukan ujian kelulusan, tapi nilai ujian kali ini mempengaruhi nilai ijazah nantinya.

'oh iya, tanya guru Bp aja, kenapa gak kepikiran daritadi' berbarengan dengan bel istirahat akupun ngeloyor setengah berlari menuju kantor guru Bp yang ternyata sudah tutup.

'lha, sudah tutup, besok ajadeh. Kalau Airin gak masuk besok,kusamperin kerumahnya' gumamku.

Ternyata keesokan harinya airin belum juga masuk.
Dan tanpa pikir panjang, sepulang sekolah setelah bertanya alamat airin pada guru Bp. Akupun langsung kerumahnya.
Seingatkusih, airin pernah cerita dia hanya punya satu orang adik dan tinggal dirumah hanya bersama pembantunya. Karna orang tuanya sudah bercerai, kini airin tinggal ikut bersama ayahnya. Dan ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, sangat sibuk dan jarang dirumah.

'jalan cempaka nomor 24' ya, enggak salah lagi ini rumahnya airin.
"permisii.. Airin, Assalamualaikum.." dibalik gerbang kuning yang  tinggi itu, aku coba memanggil nama airin. Dari sela-sela pagar terlihat sebuah rumah mewah, dengan taman kecil yang ada kolamnya dan sebuah mobil Ertiga terparkir di sana. Tampaknya tak ada orang dirumah itu, pagarnya terkunci dan pintunya tertutup rapat.

"ada apa dek?" aku sudah hampir pulang ketika sebuah suara menyapaku dari belakang. Seorang bapak yang memakai baju satpam.

"eh.. Ini pak, saya lagi mencari teman saya yang tinggal dirumah ini. Namanya airin"

"oh, adek ini temannya airin yang bisu itu. Emang tidak dengar kabarnya  3hari yang lalu ayahnya airin meninggal dunia"

"APA!!" Kabar itu menabrakku tiba-tiba, aku sangat kaget. Bagaimana mungkin airin tidak memberi tahuku, kabar kematian ayahnya. Kabar sepenting ini, bahkan 1 sekolah tidak ada yang tau.
Sontak akupun menangis, padahal hanya aku teman dekat airin disekolah. Tapi kenapa aku tak ada saat dia sedang dirundung duka. 'Airin.. Maafkan aku..'

Saat itu aku terduduk jatuh ketanah.  di depan gerbang airin, pak satpam itu menatapku dengan  kasihan. Dia memintaku berdiri dan duduk tak jauh dari pohon besar yang menjulang disebrang rumah airin.

"emangnya kamu tak dikabari airin, dia sekarang tinggal dirumah mamanya di jalan kasturi" sambil membantuku duduk, satpam baik hati itu menceritakan sedikit hal yang ia ketahui tentang airin.

"mamanya airin itu sudah menikah dengan seorang duda beranak tiga."
Sambil menarik nafas, pak satpam itu melanjutkan ceritanya. Bisa ku baca sebuah tag nama di bajunya bertuliskan Rahman Hidayat.
 "Dulu, keluarga airin tampak sangat bahagia. Mereka tinggal dirumah ini sejak airin masih bayi, dan mamanya melahirkan adik airin dirumah ini. Tapi sayang kebahagiaan itu lenyap ketika mama dan papa airin bercerai"

"hiks, kalau boleh tau, kenapa orang tua airin bercerai pak?" sambil kuseka air mataku, kucoba bertanya kembali. Aku ingin tau  lebih banyak hal-hal yang tak pernah diceritakan airin padaku.

"kebahagiaan mereka hilang saat ayahnya airin semakin sibuk bekerja  dan jarang pulang. Mamanya airin bertemu pria duda yang kini dinikahinya"

"maksud bapak, mamanya airin selingkuh?"

"ya, bisa dibilang begitu. Tapi kita semua -warga disini tau. Bukan sepenuhnya salah mama airin.  Ayahnya airinpun mulai berubah tempramen saat dia memiliki segalanya. Rumah itu semakin mewah. Bahkan rasanya kami tak pantas bergaul dengan orang sekaya ayah airin"

"iya, aku juga kadang merasa tak pantas bergaul dengan airin, tapi dia punya kekurangan. lagipula, hanya aku teman yang paling dekat dengannya disekolah. Kenapa, aku tidak diberi kabar" mataku kembali berkaca-kaca. Tapi kucoba untuk berhenti menangis.
"kalau boleh tau pak. Ayahnya airin meninggal karna apa?"

"saya juga kurang tau dek, ayahnya meninggal saat perjalanan kerumah sakit. Kabarnya ayahnya airin meninggal akibat serangan jantung. Bahkan jenazahnya tidak dibawa pulang kerumah ini. Mereka mengebumikannya dirumah keluarga besar nya di kampung"
 
"jadi, kapan airin pulang kerumahnya pak?"

'tiin..tinn..'  sebuah klakson mobil berbunyi. Memberi isyarat pada satpam itu untuk menuntun mobilnya memasuki jalan besar.

"maaf dek,  saya harus lanjut kerja" sambil setengah berdiri "yang pasti saya, tidak tau kabar keluarga itu lagi, kalau mau tau kabar airin carilah kerumah ibunya" lanjutnya.

"baiklah, terimakasih ya pak rahman" akupun berdiri dari tempat duduk itu. Berjalan pulang dengan pikiran 'tak akan bertemu airin lagi'


***
Pada malam hari, aku tak bisa tidur. Kuraih telfon genggamku, mencoba menelfon airin. Tapi di saat yang sama telfon genggamku berbunyi, panggilan dari dimas.
"halo, Dila.. Kamu udah tidur ya.." dengan nada ramahnya aku bayangkan posisi dimas yang sedang melamun di pinggir tempat tidurnya

"hmm, kamu salah. Aku belum tidur. Aku nememin kamu yang sedang melamun disana Mas"

"loh kok kamu tau aku lagi ngelamun"

"tau dong, aku kan anak dukun. He he"
Hah, tidak. Sebenarnya aku tau itu karna aku pernah main kerumah dimas. Dan saat lewat di depan kamarnya dimas sedang melamun di ujung tempat tidurnya, bersandar pada sebuah bantal dan memandangi dinding di depannya.
Entahlah aku tak bisa melihat gambar siapa yang tertempel di dinding itu. Tapi kakaknya dimas pernah cerita bahwa foto itu adalah seorang gadis yang paling membuat dimas patah hati. Namanya jihan, cinta pertama dimas. 'Kalau lagi bosan, biasanya dimas bengong sambil mandangin foto itu' begitu kata kakaknya dimas. Hi hi

"kamu kenapasih dimas, tumben nelfon"

"gak, aku Cuma bosen, udah dua hari rumahku sepi. Hanya ada kakak, seisi rumah pada liburan tapi gue enggak diajak"

"trus,"

"ya, gue mau kerumah lo boleh gak?"

"hah, serius kamu? Tumben banget!!  Jangan deh, jangan mas. Bahaya, udah malam ini" aku kaget. Karna dimas bukan tipe orang yang suka bercanda tengah malam kayak gitu. Dari nadanya sepertinya serius.

"oke dilaa.. Tunggu 5 menit, gue lagi caw  langsung kerumah lo. Keluar ya"

"hah"
'tutt…' telfon itu mati dan aku makin tak bisa tidur.

5 menit kemudian, sebuah sms masuk.
{dilaa, gue udah di depan rumah kamu ni. Kalau kamu gak keluar aku teriak. Kuhituung sampai 3 ya satu, dua , ti. .}

"Duh," dengan tergesa aku berjalan keluar rumah. Dimas berdiri disana, dekat pintu gerbang dengan jaket merah dan kereta suzuki kebanggaanya. 'Dimas, ngapain sih rese banget'. Sambil kupukul-pukul bahu dimas. Dimas hanya tertawa pelan.

"kan udah gue bilang, gue lagi boring abis. Lagipula gue enggak punya teman yang rumahnya gak terlalu jauh, jadi.."

Kupotong kata-kata dimas.
"oke-oke jadi sekarang kamu mau apa?"

"hmm..  Jalan-jalan yuk. Refreshing kita, sebelum ujian 2hari lagi. Mau gak?"

'ih' kutendang kaki dimas, namun dia berhasil mengelak tendangan itu
"gilak lo, kalau ketahuan aku bisa dihajar sampe bonyok. Ide Dodol gitu"

"wes, jadi gak mau nih. Apa gak ada cara lain,hm" mata dimas tiba-tiba menatap dan mendekatiku. Pandangan yang selalu aku sukai, mata coklat dan bening. Sinar lampu jalan terpantul di matanya. Ah, Rasanya aku tak bisa menolak ajakan dimas.

"oke, tunggu sebentar. Aku ambil jaket. Aku akan keluar diam-diam dari jendela dan mengunci pintu kamarku. Tapi janji jangan pulang pagi ya"

"sip.. Dila. Woles aja" sambil tersenyum dan mengacak-acak rambutku.
"ih,apasih".. Kutangkis kembali tangan dimas

Akhirnya kami menyusuri keheningan kota di malam hari.
Kau tau ini sudah pukul 2malam. Suasana jalan kota penuh kerlip lampu dan jalanan begitu luas. Berbeda dengan pagi hari yang selalu padat kendaraan dan macet.
Udara dingin terasa menusuk tulang.

"oya, kabar temanmu yang bisu itu bagaimana, bukannya sudah mau ujian?" tiba-tiba dimas bertanya tentang airin.

"oh ya Tuhan aku lupa menceritakannya. Aku tadi tidak bisa tidur karna sudah dengar kabar ayahnya airin ternyata sudah meninggal. Sekarang airin tinggal sama mamanya, mereka sudah bercerai"

"astaga, jadi airin anak korban broken home"

"ya begitulah. Mas, aku ingat kata pak satpam. Rumah mamanya airin itu dijalan kasturi.kamu tau itu dimana?"

"ya, taulah.kalau tidak salah jalan kita Ini jalan menuju kesana. Tapi butuh 1jam lagi untuk sampai kesana?"

"Yasudah kita kerumah airin saja"

"serius, malam-malam gini. emang kamu tau rumahnya?"

"enggak sih, kita cari rumahnya pakai feeling aja"

"oke"  dimas langsung melaju kecepatan lebih kencang.

Udara yang kian dingin membuatku memeluk punggung dimas. Punggung yang hangat dan nyaman.
aku tersenyum di balik topi jaket yang kunaikkan.
Dan dimas tetap fokus pada kecepatan kendaraannya.

Kau tau, ada hal aneh yang terjadi begitu kusentuh tubuh dimas. Seakan ada sengatan Kecil yang menyerang Perasaanku. Mungkinkah aku menyukainya.

Satu jam berlalu, kami sampai di jalan Kasturi. Tempat ini memang sedikit Menyeramkan di malam hari, karna sepanjang jalan kasturi aku bisa melihat banyak rumah berpagar hitam dan  berkarat.

Sampai tiba-tiba di sebuah  rumah, kulihat Sepasang sepatu putih, mirip dengan sepatu yang pernah dipakai airin kesekolah.
 "Stop, stop. Berhenti mas" kutepuk bahu dimas agar dia mendengar ucapanku. Dan dimaspun berhenti.

"dilla, u know we must finish here. So!"
 
"I feel this house.. Look. Airin house"

Ada sebuah pamplet kecil berbentuk kotak, bertuliskan rumah diko. Kalau tidak salah ingat, diko adalah nama adiknya airin. Tapi malam hari begini -kalaupun benar itu rumahnya. dia pasti sedang istirahat.

'baiklah aku akan coba menghubungi airin'. Ah, tapi percuma. Aku akan kirim sms.
{Airinn, aku lagi di depan rumah kamu ni. Aku sama kak dimas, Kamu percaya kan.
Baiklah, kalau kamu gak keluar aku teriak. Kuhituung sampai 3 ya satu, dua, ti...}

Sudah 5menit. Tapi tak ada tanda. Sepertinya percuma saja, airin sama sekali tidak membalas ataupun keluar dari rumahnya.

"mungkin lo salah rumah kali la, yaudadeh cabut yuk. Makin pagi dingin nih" dimas kembali menggerutu.
Namun entah kenapa hatiku mengatakan bahwa benar itu rumah dilla.

"tunggu lima menit lagi mas" kembali kukirim sms pada dilla. {dilla,plizz.. Kamu harus keluar. We here just for you ;(}

Sambil menunggu ditengah keheningan, dimas merangkul bahuku dan kusandarkan kepalaku dipundaknya.

'ckrek'
Suara pintu terbuka. Dan seorang gadis berwajah manis keluar dari rumah itu.
"Airin" ternyata perasaanku kali ini tidak salah. Itu benar rumah Airin. Tapi saat mendekati pagar, ada sesuatu yang berbeda. Dimas langsung menyadarinya dan menyentuh tanganku, memberi isyarat agar aku tidak berjalan ke arah gerbang itu.

HAH.. Aku tercengang dan Terbelalak Tak percaya.
Seketika Tubuhku membeku dan wajahku Memucat. Gadis itu benar-benar airin. Tapi dia bukan airin yang kukenal.

Rambut airin yang hanya sebahu, sekarang menjuntai panjang hampir sepinggang. Wajahnya putih pucat dengan tatapan mata yang kosong dan pilu. Baju yang ia kenakan berwarna putih dan terang,  semakin terang ketika terkena cahaya bulan. Dan yang paling mengagetkan Airin tidak berjalan menapak tanah. Ia melayang dan berhembus halus seperti angin.

'Shit' dimas gemetar  tak percaya menyaksikan apa yang ia lihat dihadapannya.
Batin kami saling berteriak Ketakutan "HANTU…………."

Serasa aku ingin pingsan, tapi saat melihat betapa inginnya aku bertemu airin. Kukuatkan diriku untuk tetap tersadar. Dan kutatap sekeliling, tak ada siapapun. Hanya dimas yang juga terkaku disampingku.

"kak dimas ayo kita pulang" kusambar  tangan dimas dan langsung kuambil alih mengendarai kereta. Kak dimas masih ketakutan melihat pemandangan yang barusan. Tangannya dingin menyandar di bahu kananku. Kulajukan keretaku dengan kencang melewati jalanan malam yang semakin tidak bisa kupercaya.

Sesampainya dirumahku, aku dan dimas masih sama-sama saling diam. Entah bagaimana cerita cerpen ini bisa menjadi horor. Bukankah ini hanya tentang persahabatan !

Di depan pintu gerbang rumahku, kak dimas tiba-tiba jatuh pingsan. Mungkin dia ketakutan setengah mati. Dia pikir yang kami lihat tadi adalah Kuntilanak.
'ah.. Bikin repot saja. Harusnya aku yang pingsan. Sial' aku bergumam dan mencoba berfikir. Apa yang harus kulakukan.
Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul empat pagi, dan kulongok jendela kamarku. Semua orang masih terlelap dan tak menyadari jika aku tak berada di kamar. 'syukurr, syukurr' sambil menepuk dada.
Sekarang kuparkirkan kereta dimas di halaman tetangga. Supaya tidak ada yang curiga kututup kereta itu pakai kardus bekas.
'Baiklah, tak ada pilihan lain'. Kucoba memapah kak dimas masuk melalui jendela kamarku. Ih..berat sekali.

'Mas, dimas, bangun mas' sambil menepuk-nepuk pipinya. Kak dimas seperti sengaja ingin numpang tidur, eh pingsan di kamarku. Kuambil minyak kayu putih dan menciumkannya dihidung dimas, namun tak berhasil membangunkannya.

Aku terbengong dan 'ah.. Yang benar saja, kak dimas satu-satunya cowok yang pernah masuk ke kamarku dan itupun dari jendela. Dan itupun dalam situasi seperti ini' gumamku. Dan aku terus bergumam.

Kau tau, jika sudah berdua begini. Tiba-tiba aku ingin mencium kak Dimas, entah pingsan atau tidur. Tapi dia terlihat manis sekali jika sedang begini.
Kukuatkan nyali, perlahan kudekatkan wajahku,  kulihat bibirnya yang manis dan… Ah.. Aku tidak berani. Ini picik sekali. Jika ingin menciumnya setidaknya lakukan itu dalam keadaan Dimas  sedang  tersadar.
Ya, akhirnya ku urungkan niatku.

Yang menjadi masalah sekarang Kenapa Airin bisa jadi hantu?
Padahal yang meninggal itu bapakknya??
Tuh kan kamu Penasaran??

Ya.. Tadinya aku mau tulis kalau airin bunuh diri. Dan Mitha sama dimas, berusaha membongkar motif di balik bunuh dirinya Airin, yang ternyata depresi memikirkan keluarganya yang mulai Rusak.
Lalu airin dan Dimas merasa saling suka, dan berpacaran. Ditutup dengan akhir cerita kelulusan. Dan dimas akhirnya mencium Mitha lebih dulu.

Ya.. Kira-kira begitulah kesimpulannya.
Saya yang ngarang cerpen ini, udah cape karna tulisan  ini kagak kelar-kelar.

Jadi wasallam aja ye :)