15 September 2019 silam. Aku ingat, hari itu adalah hari
terakhir kamu datang menemuiku. Tanpa tanda-tanda dan Pamit.
Kita baru saja baikan dari sebuah pertengkaran, Kita baru saja saling menatap
dan memeluk untuk membunuh rasa rindu yang takkan pernah cukup. Tapi lalu kamu
pergi meninggalkanku begitu saja seperti sampah tak berguna.
Kamu datang dengan alasan habis menjual kereta tak jauh dari tempatku berada, dan kamu singgah seperti biasa, seperti esok dan seterusnya kita akan tetap berjumpa kembali.
Setelah itu kamu pergi, pamit sebentar, kufikir kamu akan kembali lagi, tapi ternyata tidak.
Aku bertanya kamu sedang apa ?
Sudah Mandi atau belum ?
Lalu, hujan deras dan angin kencang datang. Banyak pohon tumbang dan tercabut. Tepat di depan rumahku, seng Rumahnya terangkat. Aku ingin memberitahumu, melanjutkan bercerita banyak hal tentang diri dan hidupku, tak terbesit sama sekali difikiranku jika itu adalah hari terakhir kita bertemu.
Sampai sekarang aku masih kesal mengingat sikapmu kala itu. Kenapa kamu pergi diam-diam tanpa memberiku kabar seolah aku sama sekali tak ada artinya, seolah 2 tahun yang kita lewati tidak akan melukai hati saat kita berpisah. Dan kenapa juga kamu tidak pernah mengucapkan kata Putus, untuk semua pertengkaran yang pernah terjadi.
Jika kamu memberikan kepastian soal hubungan kita yang telah berakhir. Mungkin aku bisa lebih memaafkan kebodohan sikapmu.
Tapi yasudahlah, itukan keputusanmu. Setahun yang lalu. Saat kau sudah meninggalkanku pergi ke KL, itu artinya kau sudah siap kehilanganku.