Featured Post

Turn Out he was divorced

August 23, 2016

Trauma Ikut Jula-jula, Tari’an dan sejenisnya.

Di jaman masih sekolah, aku pernah ikut jula-jula. Sistemnya itu satu minggu setor 10ribu. Dan akan narik uang, sekian –yang jumlahnya aku lupa- di akhir pekan. Ada beberapa angka dan nama, bergiliran yang akan menarik uang itu setiap minggu.

Waktu itu namaku bukan di urutan atas, tapi bukan juga di urutan bawah. Di tengah-tengah.
Yang diamanahkan memegang uang itu adalah teman kami yang bernama Rahmadani Nasution.
Awalnya semua berjalan lancar, sampai tiba saat aku yang narik, uang itu tak kunjung terkumpul dan diberikan. Si dani yang mulai tidak amanah memakai uang yang seharusnya menjadi hakku.

Saat itu, aku bisa merasakan dari semua nama yang ikut jula-jula, aku adalah salah satu yang tidak terlalu marah dan ngoyo untuk menagih uang tersebut. Karena itu dani dengan sepele memakai uang tersebut tanpa berencana mengembalikannya.

Minggu demi minggu berlalu, permainan jula-jula tetap berlanjut, namun seolah terlupakan, nama dan saat giliranku menerima jula-jula tidak kudapatkan. Mungkin dani hanya memberikan seperempat dari total keseluruhan uang yang harusnya kudapatkan.
sisanya dani hanya berjanji dan tersenyum palsu.

Waktu itu aku tak mau ribut, aku sudah cukup meminta baik-baik, meskipun ditanggapi dengan sepele.
Dan  gara-gara kejadian ini, sejak itu aku cukup trauma dan ogah kalau ada yang mengajak main jula-jula, atau biasa disebut main Tari’an. Even, ada juga yang berkedok Arisan.

Sekilas, hal seperti ini bisa diibaratkan menabunug cara cepat. Tapi untuk sebagian orang yang penghasilan dan pengeluarannya tidak stabil, mengikuti jula-jula semacam ini, bisa jadi masalah di kemudian hari.
Alangkah baiknya menabung sendiri saja daripada harus berhubungan tentang Uang dengan sesama manusia.

Karena sifat asli manusia akan terlihat jika sudah berhubungan dengan UANG.

--
Kembali pada Dani, kebetulan dani pernah menjabat sebagai bendahara di kelas. Dan saat itu dani pernah pura-pura depresi gara-gara takut uang kas yang selama ini dipegangnya diminta oleh Miss (wali kelas kami).
Miss pernah bilang, dani selalu menghindar dan beralasan jika diminta uang kas sama miss, padahal uang itu mau digunakan untuk membeli kado.

Aku sendiri tidak tau, apakah ikhlas atau tidak dengan uang tersebut (yang dimakan oleh dani), yang pasti aku tidak pernah melupakan kejadian tersebut.

Dan akan menjadikan kejadian semacam ini sebagai pembelajaran di kemudian hari, apabila ada yang mengajak ikut jula-jula dan sebagainya.
Karna bagiku, selain itu menjadi beban, juga aku takut ajal –yang tidak kita tau- akan datang di saat urusan dengan manusia belum selesai.

Dan ya, well..
Kalaupun saat ini, aku ada ikut arisan keluarga, itu juga bukan karena keinginanku, melainkan paksaann dari saudara dan keluarga besar.
Dan aku juga  meniatkan segalanya untuk sekedar silaturahmu, bukan pada patokan –jumlah nilai uang arisan- yang harus dibayarkan.