Featured Post

Sedang Membereskan

April 06, 2025

Tua Bangka

Aku hampir lupa, ternyata laki-laki tua bangka itu bukan siapa-siapa. Hanya seorang laki2 yang dinikahi ibuku untuk dimanfaatkan hartanya.

Aku hanya acuh dan diam. Ditambah janji-janji palsunya padaku, membuatku kian acuh padanya.

Tangannya gemetaran setiap kali melakukan sesuatu. Menandakan bahwa usianya yang uzur mulai mengambil kekuatan di raganya. Jika saja lansia itu adalah bapak kandung yang kucintai sejak aku kecil, aku pasti sangat simpati dan memandangnya dengan seluruh keprihatinan hati, karena sosok itu akhirnya menua juga.

Tapi karna tua bangka itu bukan siapa-siapa, yang aku baru tau keberadaannya di muka bumi ini hanya setengah tahun belakangan. Maka aku tidak bisa menganggap bahwa dirinya adalah –siapa-siapa. Karena memang bagiku dia bukan siapa-siapa.

Di usianya yang senja, sungguh sebuah kesialan tua bangka itu menikahi wanita ‘picik’ seperti ibu. Tapi setelah kubayangkan kenapa mereka bisa menikah, ternyata beliau ini juga sama piciknya.

Di usia setua itu yang ada difikirannya hanya Harta, Tanah, dan Benda-benda.
Sesuatu yang pastinya tidak mungkin dibawa mati.

Satu-satunya hal yang akan dibawanya mati hanyalah amal ibadah, yang syukurnya masih dijalankan dengan sepenuh kesadarannya saat ini.

Mungkin. Satu2ny hal positif dari hidupnya adalah ibadahnya pada Allah itu.

 --p--

Note: Ditulis dalam keadaan Dark Heart.
Semoga Tuhan mengampuniku.

April 01, 2025

Lebaran Ketiga

 Bangun jam setengah sembilan, dan sangat terganggu dengan suara bising dari tetangga depan rumah. Entahlah, entah kenapa mereka selalu berisik setiap pagi.

Aku masih bingung apakah akan bertamu kerumah tetangga depan itu atau tidak. Di satu sisi istrinya sangat baik, tapi satu sisi lain, ada rasa segan luar biasa karena mereka itu -orang kaya yang punya kuasa-.

Kak via ngajak bertamu tempat buk idar, Lumayan buat ngisi perut.. Mudah2n Rezeki buk idar bertambah karena sudah menjamu tamu dengan baik.

Lalu kami lanjut ke tempat Mbah paman. Kakek dan nenek yang tersisa dari mereka yang telah tiada.

Ada  momen dimana aku merasa sangat sedih, apalagi mengingat mereka yang 'dulu menyatukan' saat telah tiada, membuat semuanya buyar tak bersisa.

Pedih tapi memang itu kenyataannya.

Lalu pulang kerumah, aku bertekad untuk membereskan rumah yang mirip kapel pecah ini pelan-pelan.