Selama dibesarkan dan tumbuh dalam didikan mama dan papa, mereka mewarisiku darah orang jawa.
Maksud darah jawa yaitu sifat lemah lembut, Kalem, Gak gampang emosian dan legowo. Oiya satu lagi sifat Nrimo, yaitu pasrah akan keadaan, Iklas akan takdir yang diberikan Tuhan.
Sehingga selama hidup aku seringkali memendam emosi, bahkan ketika tau dizolimi aku lebih sering diam tanpa melakukan apa-apa.
Prinsipku saat itu, ketika seseorang memukul dan aku balas memukul maka persoalan telah selesai, tapi ketika seseorang memukul, dan aku memilih untuk tidak membalas. Maka aku akan tampak lebih mulia dari orang itu.
Dan lagi aku percaya, untuk setiap tindakan jahat, tanpa harus kita membalas, ada yang lebih kuasa dan berhak membalasnya yaitu Tuhan.
Orang-orang mempercayai itu sebagai Karma.
Dan bagiku, setiap karma dalam hidupku adalah tugas Tuhan untuk menyelesaikannya, bukan tugasku karna aku lemah.
Begitulah kira-kira!
<><>
Sampai akhirnya, aku menikah dengan laki-laki berdarah batak.
Laki-laki yang prinsipnya jauh berbading terbalik dengan yang kuyakini selama ini.
Entah bawaan darahnya yang 'gampang panas' atau mudah terpancing emosi, karna dulunya pernah bertahun-tahun hidup di jalanan, bersama anak-anak jalanan.
Atau karna didikan keluarganya yang cukup keras, akupun tak tau.
Tapi bagi suamiku, jika sesuatu yang menjadi haknya, maka akan tetap dia tuntut untuk didapatkan sesuai haknya.
Baginya, sesuatu yang memang miliknya maka mutlak adalah miliknya -tak boleh diganggu ataupun diambil sembarangan oleh orang lain.
Karna itu jika ada sesuatu yang tak sesuai maka suamiku akan bicara, melawan, dan kalau bisa baku hantam, sampai semuanya akan menjadi sesuai sebagaimana mestinya.
Baginya, hidup ini harus punya kekuatan, Power atau Taji agar tidak diinjak orang lain.
Jika kita terlalu lemah, maka orang lainpun akan sepele dan mudah memanfaatkan kita.
Setidaknya bicara jika merasa tak cocok, jangan diam saja.
Tuhan memang memegang kuasa untuk memberikan karma pada mereka yang bersalah.
tapi Tuhan juga menganugrahi kita pikiran dan kekuatan untuk membela dan mempertahankan Hak dan Harga diri kita sendiri.
Jadi selama menjalani 4tahun pernikahan, aku belajar untuk lebih berani dan melawan jika ada sesuatu yang tak cocok. Tidakpun harus berkata kasar, setidaknya utarakan saja baik-baik lebih dulu.
><><
Seandainya !
Inipun hanya seandainya.
Seandainya suatu hari aku tak bersama suamiku lagi, satu ajarannya yang bisa kuterapkan dalam hidup yaitu, dalam diri harus ada Darah Preman.
Anak dan suamiku |