Jangan bilang aku bodoh, karna ini sudah menjadi bagian dari diriku sejak –masa itu-.
Selamat ulang tahun ya, Cinta pertama yang sudah menjadi Kenanganku.
Aku tak ingin siapapun tau, tapi aku juga gak ingin menyembunyikan ini sendirian. Kenyataan bahwa aku memang tidak pernah bisa membuangmu dari ingatan dan perasaanku.
Karna Takdir dan Jalan Cerita Tuhan telah menjadikan ini semua terjadi.
Tanggal yang sama dengan hari pernikahan orang tuaku adalah hari kelahiranmu beberapa tahun setelahnya.
Kau yang pertama membuka hatiku, bagaimana mungkin aku bisa lupa, kau yang mengawali semuanya, kau yang mulai memberikan bahagia dan luka di hari-hariku sejak kedatangan dan kepergianmu sampai detik ini.
-
Kau Tau, cinta pertamaku, setiap kali aku menyadari kenyataan pahit itu, ingin rasanya aku mati dengan menyayat nadiku atau menggantung leherku sendiri.
Tapi sekarang aku sudah menjadi seorang Ibu dari seorang Putri paling cantik di dunia. Dan aku sudah berjanji untuk terus bersama dan menjaganya, sampai Tuhan sendiri yang mencabut nyawaku.
Seperti harapanmu agar aku bisa melanjutkan kebahagiaanku. Kini aku sudah menikah dan melahirkan seorang putri.
Aku sedang mencoba menyirami kembali sesuatu yang pernah kita tanam, yang sudah pernah layu.
Meskipun memang sulit dan takkan mungkin yang kita tanam itu bisa tumbuh subur kembali.
-
Suamiku, dia tidak benar-benar mencintaiku, semua yang dilakukannya adalah kebohongan, topeng, dan modus.
Aku sudah mulai merasakannya sejak awal sampai detik ini.
Kami bertengkar, dia menyakitiku dan tidak peduli sedikitpun dengan apa yang kurasakan. Baginya aku adalah alat, aku adalah pembantu dan aku adalah temannya yang menjijikkan.
Entah ini hanya pikiran kotorku saja, tapi aku memohon dan berdoa pada Tuhan,Jika memang dia bukan laki-laki yang baik untukku, Tolong Pisahkan saja kami. Setidaknya aku sudah pernah merasakan bagaimana itu, Kehidupan Berumah Tangga.
Kehidupan topeng yang memaksaku harus mengubur semua impian dan tujuan hidupku.
-
Aku mendengar kembali lagu kenangan kita. Tapi waktu telah membuat luka itu perlahan sembuh. Meski tidak pernah benar-benar hilang, bekas dari luka itu sesekali juga masih mau berdarah.
dan ketika menulis kata-kata ini, luka itu sedang berdarah sangat banyak. Rasanya perih dan menyakitkan. Aku tak bisa mengandaikannya.
-
Sakit memang jadi aku.
Dinikahi dengan cara licik seperti ini.
Aku fikir mana ada laki-laki yang mau menikah denganku, wanita berbadan jelek dan bodoh, tidak bisa apa-apa.
Huh, sejenak, aku hilangkan fikiran itu demi meningkatkan kepercayaan diriku. Tapi nohol, pada faktanya memang aku jelek dan tak pantas dicintai. Bangsat, siapa pulak manusia yang bisa menerima wanita yang penuh kekurangan macam aku. ANjing.
Benar-benar pemikiran setan yang menyiksa batin. Aku harus mengurus hidup manusia tak tau diri dan melayaninya sepanjang hidupku seperti ini. Padahal manusia berjenis kelamin laki-laki itu, tidak peduli sedikitpun padaku seperti ini.
Heyyy,, Berpisah aja yok.
Aku tak takut apa-apa lagi sekarang.
Yang kukhawatirkan hanya, anakku besar tanpa sosok ayah. Itu saja.
Dari berbagai segi dan aspek, tampaknya hidupku akan jauh lebih baik, lebih bahagia dan terarah kalau kau tak ada. Suami Laknat.