Featured Post

Worst today 001

October 20, 2020

Ikan KOI kalau mati jadi ikan merah ya !

Pertama kalinya dikasih hadiah ikan peliharaan oleh seorang laki-laki dihidupku.
Beberapa ikan Hias, gak cuma satu macam.

Awalnya aku menjaga dan benar-benar menyayangi ikan-ikan itu, tapi saat hubungan kami putus.
Aku menikah dengan orang lain dan mulai menitipkan ikan hias itu dirumah orang tuaku.

Ikan yang tadinya berukuran kecil, lama-kelamaan tumbuh besar.
Tapi karna satu sebab dan lain hal.
Perlahan ikan itu mati satu persatu karna air yang jarang diganti.

Ikan Koi yang tak bersalah itupun mati. Saat itu sudah hampir sebesar tanganku.
Ibuku mau menggorengnya.

Entah bagaimana rasanya, aku tak akan sudi mencicipi.

Meskipun terbesit niat untuk mengubur ikan-ikan itu.
Tapi apakah wajar mengubur ikan yang mati, selayaknya mengubur kucing atau tikus mati. 
>,<


 

Something 'bout Win Gb

"dulu, aku pernah menghapus air matanya"

demikian potongan kata yang kudengar dari suamiku, saat tanpa sengaja bertemu dengan dia di suatu acara resepsi.

-

Pernahkah, kamu bertemu seseorang yang mirip denganmu.

Yang tanpa kehendakmu, menjadi cocok dengan karakter dirimu ?

Well, Sebuah keberuntungan.

Karna aku pernah bertemu dengan yang seperti itu.


Alam semesta, entah kenapa berkontribusi nyata dalam setiap detik perjumpaan kami.

Berawal dari dikenalkan teman.

Lalu main kerumah sekalian pulang ngeJob.

Hujan dan minjam mantel, agar ada alasan untuk datang kembali dan mengembalikan mantel itu.


Lalu ngobrol di whatsaap.

Ngomongin hobi foto, Desain, Musik, Grafik, sampai yang paling sepele ngobrol soal warna hitam putih yang netral.


Sebuah pita rambut kecil pernah kujepitkan di sela kemejamu, lalu kau kembalikan padaku beberapa hari kemudian.

Hal sesimpel itu tapi terasa sangat berarti.

Aku mulai tertarik, dan ingin mewujudkan project rahasia itu -bersamamu-.


Berbahaya, tapi prinsipku hanya sekali seumur hidup.

Yah, Cerita klasik orang dewasa.

Aku suka kamu, kamu suka aku. cukup.

Dunia tak perlu tau.

Urusan dengan Tuhan, Tuhan juga pasti bahagia jika hambanya bahagia.


i think, selama tidak merugikan siapapun, why  Not.


Memang sulit menjabarkannya secara gamblang. Aku cukup mengingat beberapa kenangan bersamanya itu dalam ingatanku sendiri.



==

Other story.

Saat malam hari, aku akan pulang setelah jalan seharian denganmu.

Kudapati hari hujan ringan. Cukup membuat baju dan hati ini basah karnanya.

Kitapun berteduh di depan teras sederhana tanpa bangku.


Aku menatapmu yang terlihat muda dan manis, meskipun usia terpaut 5tahun lebih tua dariku.

Rambut dan wajahmu basah terkena hujan, tak kusiakan untuk abadikan momen itu dengan video pendek.

Lalu, kau usap pipiku yang basah sekilas.

Untuk beberapa detik pandangan kita beradu.

Pandangan tanpa kata, tapi mampu menjelaskan jika "rasa sayang mulai ada".


Aku sadar dan kamu sadar. Posisi tak akan berubah. Perasaan tak bisa lebih.

Rasa sayang ini, biar jatuh dan luruh bersama hujan.

Esok pagi, saat mentari berbinar maka sinarnya akan membuka cahaya baru lewat jendela hati yang lain.


Akupun mulai pergi meninggalkanmu, dan kau juga tepat setelah project itu terlaksana.


Aku menemukan orang baru dan menikah dengannya.

Kaupun hilang, lenyap ditelan bumi.