Daun yang membusuk
di kolam itu masih juga tengadah ke ranting pohon jeruk yang dulu
melahirkannya.
Ia ingin sekali bisa merindukannya, Tak akan dilupakannya hari
itu menjelang subuh hujan terbawa angin memutarnya pelahan, melepasnya dari
ranting yang dibebaninya begitu banyak daun yang terus menerus berusaha untuk
tidak bergoyang.
Ia tak sempat lagi menyaksikan matahari yang senantiasa
hilang-tampak di sela-sela rimbunan, yang kalau siang diharapkan lumut yang
membungkus batu-batu dan menempel di dinding kolam itu.
Ada sesuatu yang
dirasakannya hilang di hari pertama ia terbaring di kolam ini, ada lembah angin
yang tidak akan bisa dirasakannya lagi di dalam kepungan air yang berjanji akan
membusukkannnya, segera setelah zat yang dikandungnya meresap ke pori-porinya
Ada gigil matahari yang tidak akan bisa dihayatinya lagi yang berkas-berkas
sinarnya suka menyentuh-nyentuhkan hangatnya pada ranting yang hanya berbisik
jika angin lewat tanpa mengatakan apa-apa.
Zat itu bukan angin. Zat itu bukan
cahaya matahari….
Karya:
Sapardi Djoko Damono