Bukan karna aku tidak pengertian.
Bukan juga karna aku tidak memahami kondisi.
Tapi, apa yang kuhadapi sekarang
adalah hal kimak yang menggrogoti keyakinan dan ketulusan di hati.
Melihat kegigihanmu dalam bertahan dan
sifat keras kepalamu yang luar biasa bebal.
Aku kehabisan cara untuk mendepakmu
lenyap dari hidupku.
Karna semua yang terjadi kemarin masih
terasa baru dan hangat di ingatan.
Malam hari tiba, dan aku mengirim
pesan yang sangat teramat menyakiti hatimu.
Aku mengetiknya di Whatsapp, panjang
dan jelas.
Soal uang 25juta, yang akupun mungkin harus setengah mati jika diminta mengumpulkan sebanyak itu.
Soal uang 25juta, yang akupun mungkin harus setengah mati jika diminta mengumpulkan sebanyak itu.
Soal budaya dan keyakinan yang dianut ayah ibu yang mau gak mau, mendepak paksa kedua anaknya untuk berpisah.
Aku setuju lho sama ayah ibuku. Itu
juga yang pernah mereka lalui dulu, waktu menikahkan putri pertamanya.
Tapi tampaknya kamu juga sangat setuju
dengan ayah ibumu. Yang memintamu menyimpan uangmu lebih banyak daripada
menikahi gadis tak berguna seperti aku.
Kalau memang kamu tak sanggup menahan nafsu, Coba menikahlah.
Tapi kalau belum mampu menikah. Coba putuskanlah pacarmu.
Dia bukan pelampiasan Nafsumu.
Kalau memang kamu tak sanggup menahan nafsu, Coba menikahlah.
Tapi kalau belum mampu menikah. Coba putuskanlah pacarmu.
Dia bukan pelampiasan Nafsumu.
Kalau mau bicara soal 25juta itu. Aku tidak akan menerimanya, sepenserpun tidak akan. Kalau nanti ujung-ujungnya kau hanya akan mengungkit-ungkit itu.
Hargaku memang murah, Gimana ?
Aku kudu Piye..
Gustii.. Tolonglah hambamu ini…