Sudah 2 hari ini bapak tiriku ada dirumah, dan bisa dihitung jari berapa kali aku mengajaknya bicara. Bahkan saat bicara dengannya, bisa dihitung jari ada berapa kata yang terlontar.
Aku tak bisa berlagak palsu seperti saudara yang lain, yang berpura-pura suka demi mendapatkan keuntungan. Kalau aku tidak suka aku lebih baik diam, tidak menampakkannya, tapi tidak terlalu memendamnya dalam perasaan juga.
Aku hanya diam saja,tidak mendendam tapi tidak melupakan.
Seorang bapak yang sangat mencintaiku, sudah tak ada lagi di dunia ini. Dan bagiku, tak akan ada laki-laki manapun yang bisa mencintaiku sesempurna dirinya.
=0=
Semua yang disekelilingku memiliki uang yang lumayan dan cukup. Dibanding keluarga kecilku yang pas-pasan.
tapi aku tak mau mengganggu, tak mau meminta atau mengacau. karena apa yang mereka miliki adalah hak mereka sepenuhnya, dan itu sudah menjadi kepemilikan mereka yang Tuhan titipkan.
Dan dikala mereka terjadi sesuatu juga aku berharap mereka tidak melibatkan aku atau keluarga kecilku. karena itu juga bukan sesuatu yang datangnya dari kami.
Semua sudah ada ujian dan kebahagiaannya masing-masing, daripada berharap pada manusia yang dekat dengan rasa kecewa, lebih baik mendekat pada Allah yang tak mungkin akan mengecewakan.
=oo=
Pada akhirnya sulit untuk menjelaskannya, dimulai dari mana, dan akan mengarah kemana.
Aku hanya..
masih mencari jawaban.
apakah yang kulakukan salah, atau memang sudah sewajarnya begitu.
 |
piuk |