Terkadang orang yang
hebat merasa patut untuk sombong,
tapi alangkah baiknya jika kehebatan tidak
diiringi dengan kesombongan
Sejak Smp kelas 2,
aku memiliki idola seorang gitaris salah satu band besar di indonesia. Aku
mengidolakan damar (bukan nama sebenarnya), karna permainan gitarnya sangat
menyentuh. Selain itu damar juga memiliki wajah yang imut dan kalem.
layaknya orang
lain yang punya keinginan untuk bertemu idolanya, akupun begitu. Aku
menempelkan beberapa foto damar di kamarku, dan setiap malam aku memandangi
foto itu berharap suatu saat yang kupandangi adalah damar yang asli.
Hal itu terus
berlanjut sampai 4tahun lamanya, hingga suatu hari aku mendengar kabar band
yang digawangi damar akan datang ke kota tempat tinggalku yaitu Medan.
Aku senang sekali,
bahkan seminggu sebelum kedatangannya aku sudah mencari informasi kesana kemari
tentang tiketnya. Dan dengan harga lumayan murah, aku memperoleh tiket untuk
nonton konsernya damar. Kebetulan 2 orang temanku juga ingin nonton, jadi kami
pergi bersama.
Sampai di hari yang
dinanti, untuk pertama kalinya aku nonton konsernya damar secara langsung.
Lewat aksi panggungnya, damar dan seluruh bandnya membius para penonton.
dan Ini seperti mimpi
yang menjadi nyata buatku.
Lokasi konsernya
band adalah panggung dan penonton terhalang oleh sebuah pagar besi lumayan tinggi. Jarak kami terlalu jauh,
sepertinya Harapanku untuk bertemu langsung sama damar, akan sulit. Tapi aku
tak kehabisan akal, aku menunggu 4tahun untuk kesempatan ini dan akupun mencari
cara untuk melewati pagar itu. Aku melompatinya di saat semua orang takut
melihat polisi berdiri di depan pagar.
Akhirnya, aku melawan petugas keamanan (perdebatan sengit yang menyebalkan,
tapi aku melakukannya). Di saat yang sama aku dipertemukan dengan seorang crew
acara. Aku ingat namanya dan aku sungguh berterimakasih dia mau membantuku.
aku memohon sama crew itu untuk dipertemukan
sama damar, dan dia memberikanku izin.
Akupun menunggu
damar dan bandnya selesai manggung, aku menunggunya dibawah panggung dan
berharap bisa memeluknya.
Ketika damar turun,
aku langsung memeluknya, dan damar sangat kaget. Ketika itu aku hanya ingin
berterimakasih, setidaknya secara tidak langsung damar sudah memotivasi hidupku
selama ini. Aku begitu bahagianya sampai aku menangis, mungkin ini yang dikatakan
orang 'air mata bahagia'.
hanya saja ada satu hal yang tak kukenali
selama ini, aku tak peka jika ternyata damar seorang artis yang Sombong. Begitu
tau aku memeluknya, dia mendorongku dengan ilfil lalu seorang petugas menarik
tanganku dengan kasar dan damar langsung
berlari meninggalkan aku begitu saja. "aku ngefans sama damar..."
Cuma itu yang aku katakan pada petugas yang sudah memperlakukanku dengan kasar
tadi. Tapi dia menertawakanku dan memperlakukanku seperti orang bodoh.
Dan inilah hasil
yang kudapat setelah bertemu dengan damar. Setelah empat tahun aku
mengidolakannya dan hari ini aku datang jauh-jauh kekota, setelah aku melompati
pagar yang tak wajar itu, dan setelah aku melawan petugas. Ternyata hanya ini
yang kudapat.
Aku hanya bertemu
seorang musisi sombong yang tak tau menghargai Fans. Oke izinkan aku mengatakan
ini "Damar Anjing"
Kejadian itu sudah
3tahun lalu kualami. Ya bisa dipastikan kini aku tak lagi peduli dengan artis
sombong itu. Aku tak lagi mendengarkan karya-karyanya yang "lebih
hebat" katanya. And I don’t care again Now.
Hanya satu pelajaran
berharga yang bisa kupetik. Jika ingin hidup sebagai manusia sombong,
berfikirlah lagi, fikir ulang, dan pikirkan terus. Apalah arti kita ada di muka
bumi ini, jika kita merasa hebat. Lihatlah diluar sana ada yang jauh lebih
hebat, jika kita merasa tinggi maka Selalu ada yang jauh lebih tinggi, dan jika
kita merasa sempurna, berarti kau tak mengenal Tuhanmu yang maha sempurna.
Mungkin itu hak
setiap orang untuk bersikap sombong atau tidak.
Tapi ingatlah selama
kita masih hidup di bumi, takkan ada yang abadi. Sombong ataupun tidak semuanya
akan mati. Lalu hidup.
Apa!
Dan lalu Mati.