Hai Sahabat,
Aku ini orangnya baperan parah. Gampang Nangis, dan gak pernah bisa lupain kenangan indah di masa laluku, apakah diantara kalian ada yang sepertiku ?
Sebelum menulis ini, baru saja aku
bertemu seorang anak laki-laki.
Wajahnya sangat manis, badannya tinggi besar namanya wahyudi. kami tinggal
dengan jarak tak begitu jauh, tapi entah kenapa aku tidak pernah melihatnya.
kusebut dia anak laki-laki karna usianya masih 18tahun.
Sudah dewasa sih, tapi dibandingkan
aku dia masih anak-anak, kurasa.
setelah dia pergi, aku langsung baper tanpa sebab.
Lagi dan lagi, hatiku yang kampret ini siapa yang bisa mengendalikannya selain diriku sendiri.
--
Akupun beralih pada 3hari
sebelumnya, tanggal 2 Januari, Kemarin.
Saat aku pergi bersama orang-orang yang baru beberapa Jam Kukenal.
Ika, arip, amel, dan Midun. Mereka
temannya sepupuku Rani.
Dimana aku menjadi seseorang yang benar-benar berbeda dari aku yang biasanya.
Aku tampak luar biasa ceria dan Gokil seperti M,Iqbal di masa sekolahku dulu.
Jika di dunia ini iqbal ada versi ceweknya. Maka cewek itu adalah aku hari ini.
Aku yang Lucu, Ceria, Gokil, dan 70% apa adanya.
Aku bernyanyi, berjoged,
berkata-kata dengan gila, bahkan menahan nafas beberapa menit.
Cukup menambah bunga di hati karna bisa membuat mereka tertawa terbahak
karnaku.
Saat bertemu air, Ingin rasanya bisa berenang.
=
Aku harus membebaskan diriku dari
ikatan bersama dia yang kini sudah jauh disana.
Aku memang tidak punya bukti nyata. Tapi kepergiannya adalah salah satu cara
semua orang disekelilingnya, agar bisa memisahkan kami.
Dan perasaanku soal seberapa
‘mahal’ harga diri.
Aku selalu merasa baik-baik saja dengan semua jalan yang kupilih selama tidak
merugikan orang lain.
Aku tidak ingin dianggap murahan, karna kunilai diriku dari pandanganku
sendiri, bukan pandangan orang lain. Khususnya orang yang tidak kukenal.
Tapi bersamanya aku merasa sangat diinjak-injak dalam hal harga diriku. Perasaanku tak bisa lagi merasa baik, malah semakin lama aku semakin membenci diriku sendiri.
Aku bersumpah demi diriku, takkan pernah kuterima mahar, atau berapapun banyaknya uang yang dia berikan.
Karna dia melakukan itu bukan karna
benar-benar mencintaiku.
Dia hanya melakukan itu, karna ingin
membeli semua harga diriku dan diinjak seperti keset, ketika aku tak bisa
menjadi seperti yang dia mau.
Well, aku memang masih menggantungnya.
Tapi aku tak lagi menyayanginya. Perasaan ini tak mungkin dipaksa.
Jikapun aku rindu, itu bukan karna aku masih sayang. Hanya karna dulu pernah memberikan kenangan indah. Itu saja.