Featured Post

Sakit

February 04, 2016

Cinta dan Selebihnya Tak Ada

TOday, i meet her again.
Someone So Important in my life.

Like Virus Attack, Replace Heart beat. 

Dia Malaikat Tanpa Sayapku. 
Seseorang yang mengajarkanku betapa Hangatnya arti sebuah Pelukan.

Aku tak sengaja melihat ke arah jalan, Ketika tiba-tiba dia melintas dan menoleh ke arahku.
Dia. Memakai baju yang sama ketika kenangan itu berlalu difikiranku. 
Dengan gaya rambut nakalnya yang menggambarkan bajingan itu nyata.

Entah darimana dia, sampai harus melewati daerahku lagi, Di Satu sisi aku ingin tau kabarnya.
Kenapa dia bisa sampai kembali ke sini. Saat dia bahkan bersumpah takkan kembali lagi ke tempat dimana dia dikecewakan.

Jika kami bertemu kembali. Akulah yang akan menangis.
Dan ya, Hatiku memahami itu.
Perasaanku Langsung menangis. Mengeluarkan air mata penyesalan untuk kebodohan yang tak terlupakan.

Untuk satu pintu yang telah tertutup, Dan ketika kudapati seribu pintu terbuka.
Aku hanya berpura-pura tegar dan memutuskan untuk memilih.
Padahal dari banyak pilihan itu, Tak satupun yang sama dengan pintu yang telah tertutup itu.
Dan inilah kebingunganku sendiri. Diam-diam aku mengharapkan pintu tertutup itu kembali terbuka.
Aku merindukan Satu Pintu itu. Aku ingin kembali masuk ke dalam pintu itu.

Walau Sakit, Walau Perihh..

Pintu hatimu yang berucap :
CINTA YANG GILA INI FANA. BAHKAN TANPA SADAR,SESEORANG BISA MENJILAT LUDAHNYA SENDIRI.
UNTUK LUDAH YANG DI CUIHKAN. SAAT INGIN KEMBALI PADA CINTANYA YANG HILANG.

Kalau Pintu Hatiku bilang, semua itu yang Terbaik, Jika seandainya Cuma bawa-bawa Cinta dan Perasaan.
Tapi Standarisasi kehidupan dan Persyaratan Penyatuan Hati tidak hanya melulu soal Cinta.

Cinta bukan Lagi Soal aku dan Kamu. atau soal kita.
Cinta adalah Soal Keuarga, Agama, Masyarakat dan Tetek bengek cengkonek mencret.

Dan atas dasar itulah. Cinta menjelma menjadi sebuah batu yang melempari pintu hatiku.
sehingga dia takut untuk terbuka. Takut untuk kembali menerima orang baru yang menawarkan kebahagiaan.

Aku Bahagia bukan aku satu-satunya yang bersalah dalam pilihan untuk mengakhiri Hubungan ini.
Kau juga salah besar, Saat kau berfikir akulah yang Bersalah.

Entahlah, Bahkan aku pernah bertemu seseorang yang begitu menghargai satu-saja-kalimat-KU.
Yang mempelajari sungguh-sungguh bahkan untuk kata yang kuucapkan dalam Canda.
Jauh dari dirimu yang tak memaknai makna kata.
Bahkan untuk kata yang keluar dalam kondisi terbaikku, Kau tetap tak ingin mendengar dan pahami.

Hey, Belajarlah sedikit Peka untuk menerima Kelebihan Orang Lain. 
Kau hanya orang bodoh yang keras kepala, yang kebetulan sedang berdiri di atas hatimu yang rapuh.

Seperti kondisiku yang hampir kehilangan kesadaran.
Dimana ada waktu-waktu tertentu aku ingin bernyanyi, dan waktu terdiam bak sibisu.
Dimana aku bisa menangis dan tertawa di saat yang hampir bersamaan.

Sudah Gilakah aku karna semua ini ?
Apakah manusia murahan sepertimu bisa membuatku begitu rapuh dan tak tentu arah.
 Hey... Ayolahh..
Menjauh dan enyahlah dari Realita kehidupanku.

Kalau kau ingin hidup, Lanjutkanlah hidupmu disana.
Biarkanlah aku membaik di sini, dengan perlahan.
 Seiring melenyapkanmu yang masih hidup di ingatan.