Suatu hari aku tak
sengaja bertemu kembali denganmu. Dalam situasi yang sempurna dan tak terduga.
Ketika itu kita saling menatap, saling mengagumi.
Tanpa banyak bicara
tanganmu menyentuh tanganku, kau menggandengku dan membawaku pergi ke suatu
tempat. Aku ingin bertanya tapi kau tak mengizinkanku untuk bicara.
Yang kau tau kau
menginginkanku seperti dulu kita pernah bersama. Dan aku juga begitu, yang
kutau aku hanya ingin denganmu. Aku ingin bersama seperti masa sekolah dulu
kita pernah saling jatuh hati. Kau dan aku ingin mengulang cinta itu, tak
terfikir yang lain lagi. Bahkan setelah bertahun tahun berlalu.
Tiba-tiba langkah
kita terhenti di sebuah tempat yang tak terbayangkan, tempat yang tak kutau dan
tak banyak dilalui orang. Yang terlihat hanya tatapan 'ingin' antara aku dan
kamu.
Ketika itu kita
saling menatap. Bagiku kau masih memiliki fisik sempurna seperti kau yang
kukenal bertahun tahun lalu, dan bagimu aku makin cantik dan dewasa seperti
yang kau harapkan.
Kau mungkin ingin
tau keadaanku sekarang. Kau mulai memperhatikan jari tanganku, tapi aku
menyembunyikannya di balik punggung. Sedangkan aku sama sekali tak ingin tau
keadaanmu, karna ketika kuperhatikan jarimu, sebuah cincin melingkar indah
disana.
Ya, sejak dulu kau
memakai cincin jika sudah berkomitmen dengan seorang wanita. Tanpa kau jelaskan
aku tau kau sudah ada yang punya sekarang. Pasti setelah kita tamat sekolah kau
sudah gonta ganti pacar.
Tapi tak apa? Itu
bukan masalahku.
Ini masih seperti
dulu. Aku tidak berharap memilikimu selamanya. Aku hanya ingin memilikimu saat
ini saja, karna dulu kita pernah 'punya kisah'.
Suasana ini seperti
mimpi, baju yang kukenakan seakan berubah jadi seragam putih biru, aku masih
merasakan cinta yang sama seperti pertama kali aku mengenalmu sebagai cinta
pertamaku. Tempat ini sangat damai dan penuh pesona. Seperti sihir atau apalah,
aku menyukaimu dan bagitu menginginkanmu
saat ini. Itu saja!
Matamu yang indah
mengatakan hal yang sama, kau juga menginginkanku. Tanpa basa basi, mata kita
sudah menjelaskan banyak maksud. Udara hangat menggiring langkahku semakin
mendekatimu. Kita saling mendekat, tak ada seincipun jarak yang menghalangi
kita. Bagiku wajahmu masih menggemaskan, aku ingin mencubit pipimu, lalu
mencium bibirmu. Lalu tanpa izin, aku melakukannya begitu saja.
Kau memelukku erat,
muncul bahagia di hatimu bisa bertemu aku lagi. Kau menciumku dengan baik,
memperlakukanku dengan lembut seperti pria dewasa.
Perlahan Aku
melepaskan ciumanku lalu mendekap tubuhmu, mendengar nafasmu, detak jantungmu.
Mungkin kau bingung, tapi tak ada pertanyaan apapun. Sekali lagi kau
menciumku,bibirmu yang basah, kubiarkan semuanya berjalan indah. Saat memainkan
lidahmu, aku bisa menikmatinya, mataku terpejam dan aku bahagia.
Tiba-tiba!
Seseorang melihat
kita dari kejauhan. Kita saling terkejut dan melepaskan pelukan hangat ini.
"maaf"
hanya itu yang kau ucapkan.Dan aku hanya terdiam.
Ponselmu berbunyi
dan kau mengangkatnya. Pacarmu menelfon dan memintamu untuk menjemputnya. Kau
ingin menolaknya demi aku, tapi tidak mungkin karna dia pacarmu. Kau mulai
ragu.
Kau merasa bersalah
padaku.
Merasa bersalah
bukan karna telah menciumku, tapi karna telah menghianati pacarmu.
Ya, aku juga salah
karna telah mengambil milik orang lain yang berharga.
Aku minta maaf padamu, khususnya pada pacarmu.
Secara tidak langsung aku sudah menyakitinya.
Ketika itu kau
menangis karna melihatku menangis. Kau kembali mendekati dan memelukku. Mungkin
terbawa suasana, Untuk pertama kalinya kau kau bilang "aku mencintaimu
lebih dari siapapun, bagaimanapun ceritanya kau tetap cinta pertamaku".
Oh tuhan, aku
bahagia mendengarnya. Ternyata selama masa sekolah dulu kami memang sudah
saling cinta. Aku mendekapnya dan menangis semakin kencang.
Tapi kutepiskan
semua. Karna sejak awal dia bukan milikku.
"maafkan aku,
tapi sekarang semuanya udah beda"
Aku akan coba
melupakanmu, "sejujurnya aku mencintaimu lebih dari yang kau sadari"
Ya, ini tulus dari
hati.
Kau mencium
keningku, ketika aku memintamu untuk kembali pada kekasihmu.
Semoga setelah pergi
dari tempat ini. Air mata ini akan terkubur bersama dengan pertemuan kita yang
tak disengaja ini.
Karna takkan ada
kesempatan ketiga.
Aku ingin menulis
kesempatan kedua ini dalam hatiku, seumur hidupku, hanya untukmu.
Semoga cintamu lebih
bahagia dengannya.