Well, bisa dibilang ini adalah lebaran paling suram, paling tidak bermakna sepanjang sejarah hidupku.
Dimulai takbiran sepanjang malam yang membuatku terjaga sampai sepertiga malam. Pagi hari yang seharusnya 'pergi sholat I'd' aku malah melanjutkan tidurku karena kondisi badan sangat lemas dan bermimpi sosok papa yang sedih.
Tidak ada papa, tidak ada mama, tidak ada keluarga dan saudara, hanya ada aku, suami dan anakku. Seperti hari kebalikan, saat semua orang yang merayakan, kami malah berdiam dirumah dengan rasa hampa.
Pintu rumah kututup dan aku hanya memasak makanan seadanya dan juga mencuci pakaian seambrek.
Suamiku yang kucintai, hanya dia obat dari rasa hampa di hari raya pertama ini.
Bisa kudengar, begitu banyak suara dan kegembiraan di luar sana. Orang-orang berlomba pasang Status. Minal aidin wal faidzin..
Pakai baju bagus, penampilan terbaik dan makanan2 enak dikeluarkan dari dalam kulkas dan penyimpanan.
--
Tapi tak masalah, Sebulan tanpa puasa dan ibadah, hanya bekerja dan bayar fitrah, kurasa juga kurang pantas jika suamiku ikut merayakan idul fitri.
Lagipula, kami tak punya banyak duit. Malu kalau berhadapan dengan keluarga, saudara dan tetangga..