Featured Post

Sakit

December 19, 2014

Suara Tak Terdengar


Terkadang Yang Tak Di Dengar Oleh Manusia, Menjadi Hal pertama yang Didengar Oleh Tuhan.
_Chery

Penebangan Pohon di dekat Pemakaman Umum itu, tidak disangka menimbulkan Peristiwa Menghebohkan di Daerah Kampung saya, tiga tahun lalu.
 Karna dianggap Pohon sawit yang berdiri dekat pemakaman itu sudah cukup tua dan mengganggu, akhirnya 2 orang warga, Pak amin dan pak Joko (bukan nama sebenarnya) memutuskan untuk menumbangkan Pohon sawit itu. Tapi saat pohon sawit itu tumbang, salah satu akarnya ternyata menjalar pada salah satu Tanah kuburan seorang Pemuda bernama Aji (bukan nama sebenarnya). Sampai Tanah Kuburan itu terbongkar pada setengah bagian, terikut bersama sang akar sawit.
Merasa Panik, pak amin dan pak joko akhirnya melongok ke dalam liang kuburan, dan dengan jelas mereka melihat bagian kepala mayat yang terbaring di dalamnya.
Mereka mengenal mayat itu, seorang pemuda yang meninggal sekitar 8 bulan yang lalu. Ya, itu waktu yang cukup lama untuk usia sebuah kuburan. Tapi hal yang tak mereka duga adalah mayat aji tetap utuh dan bagus. Mereka melihat bagian kepala mayat masih dipenuhi dengan rambut yang lebat, dan wajahnya sama sekali tidak rusak. Bahkan seakan sedang tersenyum.

**
Baiklah, ini adalah kisah nyata yang pernah dialami oleh anggota keluarga saya. Dan izinkan saya bercerita dalam catatan ini agar dapat diambil Hikmahnya.
Sengaja saya samarkan semua pihak dalam cerita ini, agar  tidak menimbulkan perdebatan di kemudian hari.
**

Karna merasa takut pak joko meminta pak amin memanggil salah satu anggota keluarga dari almarhum aji, dan selang tak berapa lama Ibu almarhum datang dan menyaksikan jasad anaknya dalam keadaan terharu.
Hal yang sangat tidak ia sangka, wajah anaknya yang telah terbaring di dalam kuburan itu ternyata masih baik, seakan baru meninggal beberapa hari. Sang ibu sangat merindukan anaknya itu. Tapi ia tidak diizinkan menyentuh wajah anaknya, sampai akhirnya ditimbun Tanah kembali.
 ._

Alm. Bang Aji adalah anak dari kakak ayah saya. Saya sempat mengenalnya ketika dulu Alm.bang aji pernah menginap di rumah untuk berlibur. Usia antara alm. bang aji dan kakak saya itu berbeda 2tahun. Dan sebelum menetap di Medan, Keluarga Alm. Bang aji tinggal di Jakarta dan Ia sempat mengenyam pendidikan di Pesantren daerah sekitar Jawa.

Bang aji dikenal sebagai anak yang sholeh dan Humoris. kata-katanya yang khas jawa Ngapak, sering membuat kami sekeluarga tertawa dengan candaannya.

Singkat kata, Alm. aji mulai berubah Drastis ketika usianya menginjak 20 Tahun.
ketika itu bang aji merantau ke Kota untuk kuliah. Ayah, ibu dan kedua adiknya tinggal di daerah yang agak  pedalaman, sedikit jauh dari pusat kota, dan belum berdiri Universitas apapun di daerah itu.
Dengan harapan besar, Ayah dan Ibu Aji banting tulang mencari Dana untuk kuliah Nya di Kota. Sampai berbulan-bulan bang aji Menetap di kota, ketika itu dia kos di daerah dekat kampus. Sampai akhirnya Bang aji Pulang ketika bulan puasa, dan betapa kagetnya melihat keadaan bang aji. Badannya Kurus dan kelihatan kurang sehat.

Setelah pulang ke kampung bersama keluarganya. Bang aji tanpa alasan yang jelas -entah kenapa- tidak mau lagi kembali ke Kota. dia bilang Cuti kuliah.
Tak berapa lama, bang aji ketahuan jika selama ini dia tidak benar-benar Kuliah. Bahkan setelah dicek, di kampus itu Tidak terdaftar namanya.
Ayah ibu bang aji merasa sangat kecewa. entahh apa yang telah dilakukannya selama di Kota.

Belum cukup mengecewakan, Suatu hari bang aji sakit panas dan dibawa ke Puskesmas. Hal yang tidak diduga, ternyata Bang aji selama ini telah Mengkonsumsi Obat-obatan terlarang. sejenis Ganja dan Sabu yang kini perlahan merusak Ginjalnya.

Bang Aji Dicaci, Diumpat dan dikatakan anak tak tau diri begitu orang-orang tau berita ini. Uang Kuliah yang dikirim dari keringat ayah ibunya selama dia di Kota ternyata digunakan untuk membeli Obat-obatan terlarang saja.

Bang aji Sakit beberapa minggu dan meninggal akibat Diagnosa Ginjalnya. 

Tapi cerita tidak berhenti di sini.

-kau tau inilah yang terjadi-
Bang aji telah Pergi untuk selamanya, dengan Cap buruk yang menyertai sebelum Kematiannya.
Tapi ada satu hal yang tidak kami sekeluarga tidak ketahui.

Sebelum masuk kuliah bang aji menjalani Tes Kesehatan, dan Dokter bilang ada TBC di paru-parunya. Sakitnya itu lumayan parah, sudah mendiami paru-parunya sejak Ia Masih kecil. Memang sejak kecil bang aji terkenal dengan Ingus yang selalu meler dari hidungnya.
Tapi hal sepenting itu tidak diberi tau oleh bang aji kepada siapapun, termasuk keluarga terdekatnya.

Merasa bingung dengan keadaannya, bang aji tetap melanjutkan kos di medan dengan uang kiriman dari ayahnya setiap bulan. Dia menahan sakit itu sendirian, sampai seorang temannya menawarkan obat penghilang rasa sakit itu -kau tau itu obat apa !!-.  Dan sejak itu dia menjadi pecandu.

Baginya, memberitahu orang lain tentang penyakitnya sama dengan membuat susah orang lain. Bang aji tidak ingin orang Tuanya jika harus mengeluarkan biaya lebih banyak lagi untuk mengobati Penyakitnya. Sedangkan kedua adiknya juga masih butuh biaya untuk sekolah.

Bang aji pulang kerumahnya, membawa kekecewaan, memberi pukulan keras di hati keluarganya. Tanpa pernah membiarkan kami tau apa yang sebenarnya sedang ia alami.


Terkadang kita hanya menilai orang, padahal kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Semoga Kebaikan Hatimu membuatmu Bahagia disisinya Bang Aji.